Elina masih kesal, dengan apa yang terjadi, sebelum pelajaran dari Pak Ardan dimulai. Mood'nya hilang tak terkendali.
Rasanya, pelajaran akuntansi, mengelola dana kas kecil, sama sekali tidak masuk ke dalam fikirannya. Perasaan Elina, masih tidak terima. atas apa yang diperbuat oleh Nadhine.
Anehnya, dia memandang Arkana, yang sama sekali belum menyapa Elina hari ini. Suara lantang Pak Ardan menjelaskan terang bagaimana membuat tabel debit dan kredit secara benar, ditambah modul pegangan anak-anak yang terjajar rapi setiap meja.
Sesekali tanpa dikomando, rasanya kepala Elina, selalu ingin menengok ke arah pojok jendela.
Melihat Nadhine cengengesan dengan Dhea, murid yang ada di depan bangkunya. Hatinya tidak sudi, mengingat bagaimana Nadhine, Dinda serta Naswa kompok menjelekkan Elina.
"Elina, loe udah sembuh?," Arkana menengok ke bangku belakang.
"Udaahh...," Elina mengangguk.
"Masih lemes ya ? kok jawabnya gitu," pertanyaan Arkana bersuara lembut.
"Nggak, biasa aja," Elina menjawab pelan kembali cuek.
"Kemarin waktu papa kamu ke rumah, ternyata Om Bowo itu teman kuliah papa aku dulu Li," kata Arkana sangat merubah tatanan bahasa.
"Iya..,"
"Dan papa kamu kaget loh, waktu tau, aku anaknya temen kampusnya dulu,"
"Biasa aja" Elina membuat garis buku folio, menggambar tabel jurnal akuntansi.
"Ouh," hanya itu ucapan Arkana.
Merasa tidak di indahkan pertanyaannya oleh Elina, Arkana kembali fokus, di pelajaran pertama pagi ini.
Tangan kanan kirinya, bekerjasama membuat jurnal akuntansi. menyamakan dengan contoh, jurnal yang ada di dalam modul.
Rasa penyesalan Arkana kembali muncul, mulai membuat ragu. Karena sikap Elina yang hampir sangat susah ditebak, membuat Arkana ingin mengurungkan niatnya.
Dirinya inginmendekati murid cantik di kelasnya. Pemain basket idola anak-anak tersebut, merasa Elina sangat susah ditaklukan. Tetapi banyak yang harus diperhitungkan Elina.
"Arkana.....," panggil Elina.
"Ada apa?," Arkana menengok.
"Pas waktu kemarin gue sakit di UKS, loe ngapain gue? gara-gara loe, gue jadi bahan omongan anak-anak tau," bibir Elina manyun.
"Biarin aja sih, kalau loe dengerin omongan mereka, bisa gila nanti.. toh hal yang gue lakuin, juga masih wajar," jawab Arkana.
Dia ternyata sudah mengetahui duduk persoalan.
"Ya bukannya gitu Arkana, baru kali ini gue jadi bahan omongan, hampir seluruh sekolah, gue nggak nyaman aja," Ucapnya.
Elina mencurhati, mendekatkan kepala nya ke arah telinga Arkana.
"Sabar Li, gue ajarin caranya menghadapi ke famous'an yang loe alami.. kita ini sudah ahlinya ahli," jawab Arkana sama sekali tidak serius.
"Kampreet lo.. Arkana," Elina menjauhkan diri lagi.
"Hahahahaha" (suara Arkana tertawa)
Suasana ruang kelas yang masih di dominan oleh suara Pak Ardan, menambah fokus mata pelajaran. Tetapi Nadhin langsung melirik tajam kearah bangku mereka, saat mendengar Arkana tertawa menengok kearah Elina.
Matahari dari kaca jendela yang terlihat, mulai menembus masuk lewat kaca kaca kecil di ruang kelas Elina dan Arkana.
Membuat Elina, menutup kening putih nya dengan poni, yang tadi sudah di arahkan Elina ke samping. Semua masih terasa sakit.
"*Awasss aja loe Elina, tunggu pembalasan gue.."
"Loe jangan bangga dulu karena sekarang ketawa sama Arkana," (Nadhin meremas tangan diatas paha*)
"*Gue bakalan bilang ke Giska, biar loe tau rasa sedikit.., dan nggak sok kecantikan lagi di depan Arkana.."
(Nadhine membenci Elina yang berhasil mendekati Arkana*)
Hati Nadhin bukan hanya kesal, tapi juga sedikit tidak percaya. Perempuan anak Pak Bowo, yang dianggap Nadhine penakut. Terrnyata sekarang sangat pandai membantah. Sementara Elina kembali membuat pertanyaan di hati.
"Jadi bener Arkana sempat ngasih nafas buatan gue? Jadi sebelum gue sadar di UKS, dia udah ngasih nafas buatan ke gue?," (Elina membatin merapatkan bibirnya sendiri)
Senyum Elina tiba-tiba tergambar jelas, saat mempertanyakan Arkana ke dalam batinnm. Walau kemudian tidak berselang lama, murid kelas XI tersebut, mencoba menepis apa yang sudah di fikirkan tadi.
"Apaan sih Li yang loe pikirin ? hadewwh.. kenapa sekarang dikit-dikit loe mikirin Arkana? Pliss Elina jangan mikir macam-macam," (Elina bergelut dengan batinnya sendiri)
"*Tookkk.. tookkk.. tokkk.."
( Suara murid laki-laki mengetuk pintu *kelas**).
Bangku Arkana, berada di sebelah pintu. Langsung melihat Dega, karena teman team basket di minta berkumpul.
"Permisi Pak, disuruh manggil Arkana dan Devan sama Pak Agus untuk kumpul basket," Dega meminta ijin.
"Ouh iya silahkan."
"Arkana dan Devan bisa keluar kelas ya," Pak Ardan menginstruksi.
"Ya pak," jawab Devan dan Arkana bersamaan.
"Permisi dulu pak," Arkana beranjak.
Dia berpamit menuju keluar kelas.
"Iya Arkana silahkan." kata guru pagi itu.
Kedua mata Elina, mengikuti arah Arkana mulai berdiri, dari kursi hingga berjalan bersama Devan menuju keluar kelas.
Nampaknya turnamen lomba basket akhir semester, sudah di persiapkan Pak Agus dan kawan-kawan, agar memenangkan pertandingan.
Keluarnya Arkana dari kelas, biasanya sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari Elina. Entah kenapa perasaan putri cantik Pak Bowo tersebut, seperti tidak ikhlas. Melihat Arkana keluar dari kelas.
Semua perasaan itu, terjadi ketika akhir-akhir ini.Arkana tanpa sengaja, menjadi orang yang selalu membantu Elina, ketika dirinya sedang kesusahan.
Apalagi, setelah mama dan papa Elina mengenal Arkana. kedua orang tuanya tak henti-henti, menggodai putri cantik yang bernama Alisha Elina Azzahra.
**********************
"*Teet.. Teeet.. Teeett..."
(Bel pulang sekolah berbunyi*).
Sesudah suara bel pulang berbunyi, Kia dan Anggi, mengajak pulang Elina bersama-sama. Para murid berhamburan keluar kelas, saling berebut tidak mau mengalah.
Mereka semua, berlomba-lomba. mengambil celah pertama, untuk segera bisa keluar. Karena pulang, adalah hal yang paling di tunggu mereka.
Hal itu sangat amat wajar terjadi, pada setiap bubaran sekolah. Kebahagiaan besar siswa, salah satunya adalah mendengar suara bel pulang.
Anehnya, Nadhine, Naswa dan Dinda yang juga berebut keluar kelas. Memandang Elina biasa saja. Wajah-wajah mereka berbanding terbalik, tidak seperti saat Elina baru memasuki kelas pagi tadi.
Beruntung karena gosip ciuman, tidak ada penyakit panas, menyangkut. hati Elina lagi. Perempuan berhidung mancung itu biasa aja.
"Elina, gimana rasanya dicium Arkana?," kali ini Anggi yang bertanya setelah Nadhine.
"Anggi, kamu mulai lagi deh..," Kia mengisyaratkan, segera berhenti kepo.
"Eh iya Li, nggak jadi.. nggak usah di jawab juga," Anggi merasa tidak enak.
Suara terasa sepi setelah ada pertanyaan dari Anggi, hanya kaki-kaki Elina dan teman-temannya yang bersuara.
"Ya gue nggak tau Anggi, kan posisinya waktu itu gue pingsan," jawab Elina.
"Eh dijawab loh sama Si Elina," Anggi terkejut.
"Iya sih Li, harusnya pertanyaan itu cocok buat Arkana deh.. Gimana rasanya dicium cewek cantik? cieeee..," Kia berani menggodai.
"Iya bener Ki, lagian berapa kali aja tuh si Arkana nyium'in loe?? kelihatannya loe harus tanya lebih jelas ke Arkana deh?" kata Anggi menertawai Elina bersama Kia.
"Malemnya, gue jamin Arkana langsung mimpi basah deh hahaha," bercanda Kia semakin tidak terkontrol.
"Hahaha.. iya Ki, udah gitu yang terbayang Si Elina sambil bilang," Yank.. sini yukk.." hahaha" Anggi semakin bersemangat membully.
"Anjaayyy Anggi, pikirannya udah kesitu-situ hahaha," Kia menjitak kepala Anggi yang tidak senonoh itu.
"Hahaha Apa'an sih? nggak lucu," jawab Elina sudah tak kuat menahan tawa.
Tak terasa, bercanda ketiga sahabat tersebut, sudah membuat mereka sampai didepan pagar. Yang mengharuskan Anggi,Kia dan Elina memecah arah masing-masing.
Bukan hanya mereka, banyak anak yang terlihat masih menunggu jemputan didepan pagar sekolah.
Sinar matahari disiang hari, pada pukul 13.30 wib terasa membakar kulit putih Elina. Sembari menunggu papa Elina menjemput, kadang Elina sengaja menutup wajah cantiknya dengan selebaran kertas yang sudah diambil dari dalam tas.
"Elina.. belum dijemput?," Suara yang mengagetkan Elina.
Perempuan yang sedang asyik, menunggu papanya dengan memainkan smarthphone di tangan kanan. Sedikit kaget melihat Naswa yang bertanya kearah dia.
"Naswa"
"Belum kok, papaku masih ada meeting sebentar," jawab Elina sebetulnya masih kesal dengan Naswa.
"Iya, papa aku juga belum bisa jemput, soalnya ada meeting," ucap Naswa yang memang papa mereka se kantor.
Elina hanya mengangguk.
Naswa masih sedikit kurang nyaman, dengan sikap yang diberikan Elina. Teman sekelas Elina, yang menyukai Arkana, sudah bisa di tebak.
Apa yang membuat Elina berubah sikap pada Naswa.
"Li, gue minta tolong dong," tanya Nawsa.
"Minta tolong apa?, "
"Li, gue pengen ke kamar mandi tapi gue takut," raut wajah Naswa memelas.
"Teruuuussss..," jawab Elina, sudah mengetahui jika kamar mandi disekolahnya memang angker.
"Anterin gue dong Li..!!! mau nggak? plissss.., Nadhine sama Dinda soalnya juga udah pulang..," kaki Naswa merapat tidak tahan menahan buang air kecil.
"Nggak.. nggak.. nggak ada hantu," Elina sudah malas menjawab'i.
"Li, plisss dong Li, gue tau loe masih sakit hati sama gue.. tapi temenin gue donk.. pliiisss," Naswa memohon dengan sangat.
"Ya udah dehh.. Ayooo," jawab Elina tidak tega.
Mereka berdua kembali masuk, menuju ke kamar mandi lagi. Di dalam sekolah, kaki merek menuju kamar mandi.
Elina tidak membersamai jalan Naswa siang itu, dirinya lebih memilih berjalan mengikuti Naswa dari belakang.
Melihat Naswa yang berjalan di depannya. Mengingingat kembali, bagaimana pedasnya mulut Naswa saat mengatai Elina karen gosip ciuman bersama Arkana.
Bahkan bola mata Elina saja, tidak sudi memandang lama Naswa.
"Kalau ada maunya saja, ngebaik-baikin.. nggak inget waktu tadi pagi.. bilang seenak jidad.
"Kata-katanya panas nyakitin hati" gerutu Batin Elina yang berjalan dibelakang Naswa.
Sebelum Elina pergi ke kamar mandi menemani Naswa, perempuan cantik berhidung mancung itu sempat melihat Arkana, bersama team basket.
Masih mau berlatih, untuk pertandingan basket yang akan datang.
Sesekali Elina menemukan tawa Arkana, yang berada dilapangan dengan teman-teman teamnya. Benar saja, jika semua para murid menggilai laki-laki, dia terlihat tampan ketika tersenyum itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Khanza
next
2020-06-25
0
Harearr
terus semangat kk
2020-06-17
0
Nununa07
semangaaaat
2020-06-17
0