Hari ini, Elina sudah terlihat kembali masuk ke sekolah. Setelah sehari kejadian Elina jatuh pingsan, dan harus pulang pagi.
Kemarin perempuan cantik tersebut terpaksa, harus absen ijin dari sekolah tercintanya.
Udara pagi ini menyambut hangat rambut terurai Elina, yang saling berterbangan diatas pundak.
Murid cantik itu, mengenakan seragam putih abu-abu, lengkap dengan dasi dan ikat pinggang.
Elina sudah kelihatan lebih fit, jika di banding beberapa hari lalu, saat di antar pulang Arkana. Wajahnya sudah berseri lagi, tidak pucat pasi.
Lobi sekolah terlihat ramai. para ibu bapak guru berjajar rapi, sedang melaksanakan jadwal piket masing-masing. Satu dari beberapa tukang kebun di sekolah, membuat irama dari gerakan sapu yang di bawa.
"Sreeek... Sreek... Sreek.." (Suara sapu tukang kebun.
Semua terlihat bersih, di pelataran rindang sekolah. Mengajak para murid, disiplin buang sampah pada tempatnya.
Dimana beberapa hari lagi, salah satu sekolah favorit di kota Surabaya itu. Akan mengikuti lomba Adiwiyata. Sekolah yang Elina gunakan, menimba ilmu, akan mengikuti penilaian Adiwiyata.
Tak disengaja, langkah kaki murid cantik itu, akan berjalan menuju kelas. Ternyata bertemu dengan Yana. Salah satu teman kelas lain Elina, juga menjadi perwakilan Kader Adiwiyata seperti dirinya.
Wajah sumringah Yana, terlihat semangat berlari, menghampiri perempuan berambut panjang tersebut. Raut wajah Yana seperti tak sabar ingin segera menanyakan sesuatu pada Elina.
Tangan Yana melambai pada teman kelas Arkana itu. Pertanyaan-pertanyaan dari Yana, mulai membuat semangat lambaian tangannya. Yana tak sabar memanggil Elina, sedang berjalan ke arah Yana.
"Hai Elina..," sapa Yana.
"Hai Yana..," Elina menyapa balik.
"Gimana? Lama nggak kumpul kader, kok gue denger gosip-gosip hangat," ucapnya.
Yana memepet tubuh Elina, yang santai berjalan disamping Yana.
"Gosip apa emang Yan? kok gue nggak tau," raut wajah Elina berubah penasaran.
"Halah.. loe nggak perlu, nggak enak gitu ah, toh juga anak-anak semua. udah pada tau," jawab Yana.
Dirinya mengangkat kedua alis bersama-sama, masih berjalan. Membersamai Elina.
"Emang ada apa?," tanya Elina mengernyitkan dahi.
"Ya itu Li, tentang loe sama Arkana?," ucap Yana mulai memancing.
"Apa'an sih?? kon iku ta, gawe aku penasaran ae rek (kamu itu lo, buat aku penasaran aja rek)," Elina memukul gemas pundak Yana.
"Eh tapi seriusan, masak loe nggak tau sih?," Yana yang justru berbalik tanya.
"Beneran Yan, gue nggak tau..! emang ada apa sih? kemarin gue nggak masuk, jadi gue nggak tau apa-apa," Elina menggeser bibir ke kanan.
"Li, bukannya loe kemarin, habis ciuman sama Arkana?," bisik Yana.
"Hah?? Apa??," Elina spontan langsung menjauhkan, wajah Yana dari telinga.
Elina begitu sangat terkejut, tentang apa yang dibicarakan oleh teman kadernya Yana. Dirinya sama sekali tidak pernah membayangkan, namanya akan terkena gosip bersama Arkana.
Apalagi menurut Elina, gosip yang dibuat anak-anak, terkesan murahan dan mengada-ada. Ciuman Elina dan Arkana adalah hal, yang tidak mungkin terjadi.
"Siapa yang bilang? orang kemarin aja gue nggak masuk, bisa-bisanya ada gosip yang bilang gue ciuman. Haduuh.. berita itu ngawur banget," ucapnya.
Bola mata Elina, menatap kebingungan.
"Anak-anak bilang sih, katanya Nadhine yang tau kejadian itu Li..!! dan loe tau, beritanya sih udah nyebar kemana-mana Li," Yana memandangi Elina.
"Haduuh Yan, loe tau sendiri kan, gue aja nggak ada akur-akurnya sama Arkana. darimana gue bisa ciuman.. iihhh.. najis," mood Elina benar-benar hilang.
"Terus Arkana gimana Li, denger gosip itu?," tanya Yana.
"Kok loe tanya gue sih, mana gue tau Yanaa..?," ucapnya kesal.
"Kelihatannya, Arkana nggak bakal ngurus deh. dia kan biasanya mau digosipin gimana aja, bakalan bodo amat," kata Yana sering mengikuti gosip Arkana.
"Udahh ya, kalau gitu gue mau masuk ke kelas dulu daaa...," tiba-tiba Elina melambaikan tangan.
Murid cantik bersepatu fantovel itu, meninggalkan Yana yang masih memanggil-manggil, nama Elina dari belakang. Rasanya lambaian tiba-tiba Elina, sama sekali belum memuaskan pertanyaan yang Yana ingin ketahui.
Gosip dari Yana pagi ini, sangat berhasil melukis kekecewaan pada wajah, serta hati Elina. Di saat matahari belum meninggi, menyinari hangat bumi. Semua terasa melemahkan langkah kaki Elina.
Apalagi, setelah Elina mendengar sendiri dari Yana. Jika yang menyebarkan gosip tersebut, tak lain teman sekelas Elina sendiri. Hatinya terasa benar-benar berkecamuk kesal, ingin marah tapi tak bisa.
Perempuan yang memilih style, menyampingkan poni rambutnya pagi ini. Merasa hatinya seperti terkena, lindasan truk bermuatan berat.
Batin Elina menggerutu mengatakan, cobaan apalagi ini?? sebelum akhirnya Elina betul-betul mempersiapkan diri untuk UTS.
Lamunan Elina menemukan semua jawaban, setelah dirinya mendengar semua berita yang terjadi disekolah.
Pantas saja, kenapa banyak anak memandanginya?? ketika baru masuk, dan berjalan menuju kelas. Lagi-lagi semua hal yang menyangkut Arkana, menjadi penyebabnya.
"Awasss aja loe Nadhine.. nyebar-nyebar berita seenak jidad loe.. baru kali ini gue bener-bener kesel sama orang" Elina membatin sembari menjalankan kedua kakinya.
Di depan pintu kelas, atasnya bertulis XI-IPS 1. Dengan malas, perempuan berlesung pipi, yang juga sedang terkena gosip. Kurang enak masuk ke dalam ruang kelas.
Dan apa yang terjadi..?? mata semua anak di dalam ruang kelas, memandang Elina aneh. Sementara yang paling mendominan, adalah anak perempuan dikelas Elina.
Kedua mata Elina, justru seolah menantang balik. Melihati satu persatu anak-anak yang berani, memandang dirinya sinis.
Namun perlahan semua mata murid dikelas, mengalihkan pandangan ke berbagai arah. Tidak berani lagi melihat kearah Elina.
Terlihat dari bangku depan, biasanya menjadi tempat duduk Arkana. Badan Kia sudah lebih dulu meminjam, bangku tersebut, sengaja untuk menanti kedatangan Elina. Yang kemarin sempat absen tidak masuk sekolah.
"*Brruuukkk..."
Suara Elina menaruh tas kesal*.
"Elina, loe nggak lagi kenapa-napa kan?," Kia mendongak ke atas melihat Elina berdiri.
"Kesel tau gue Ki," jawab Elina mendudukkan diri di kursi.
"Kenapa lagi?, loe udah denger gosip ya?, dari siapa emang?," tanya Kia penasaran, dari mana Elina tau.
"Iya gue denger, tadi pas gue ketemu Yana anak IPA, dia bilang katanya gue habis ciuman sama Arkana. gila nggak sih," kaki Elina menendang meja.
"Ya emang gitu Li, berita yang kesebar ke anak-anak.. kelihatannya ada pihak sengaja," Kia mengetuk meja.
"Gila aja sih, itu anak-anak nyebar bilang, kalau gue habis ciuman sama Arkana," ucapnya.
"Loe tau sendiri kan Kia.. gimana gue sama Arkana? nggak mungkin kan, kalau gue ciuman sama tuh kutu kupret," Elina merengek kesal.
"Katanya Nadhine ii-tu Li.. a-a," suara Kia tergagap.
"Itu-itu apa? ciuman ? ciuman di kelas kan.. sumpah Ki, baru kali ini gue jengkel sama anak.. bisa-bisanya ya Nadhine gitu, padahal selama ini gue nggak punya masalah sama dia," jawab Elina.
Pagi itu Kia yang berada di depan Elina, merasa kebingungan menaruh sikap. Elina semakin di gemaskan oleh gosip, yang menurutnya murahan.
Mata cantik Elina, memandang sinis. Mencari kemana perginya Nadhine, yang tidak ada di kelas.
Sebelum jam pelajaran pertama di mulai, banyak anak yang masih berada di luar termasuk Anggi. Teman laki-laki sekelas Elina, seperti Devan,Bima dan Arya juga tidak ada ditempat.
Semua anak masih asyik dengan rutinitas masing-masing. Jarum jam yang di himpit oleh pigora presiden, serta wakil presiden. Baru menunjukkan pukul 06.50 pagi.
Piket kelas yang dikerjakan Arin serta kawan-kawan hari itu, membuat ruang kelas menjadi minim debu, kembali bersih.
(Suasana Kondusif dengan aktivitas murid masing-masing dikelas)
"Cieee yang habis dicium Arkana," Nadhine memasuki ruang kelas.
Suara Nadhine, berhasil langsung menarik perhatian Elina dan Kia.
"Gimana Li, jangan-jangan lo kemarin panas, gara-gara syock nggak pernah ngerasain di cium cowok tampan ya?," sindir Nadhine.
Nadhine, Naswa, Dinda berada di depan bangku Arkana.
"Maksud loe apa? siapa yang dicium? loe kalau ngomong kira-kira?," amarah Elina muncul.
"Halah cara loe basi," Nadhine mengejek.
"Mending loe to the point aja sih Din, masalahnya apa? toh selama ini gue ngerasa, nggak pernah punya masalah tuh sama loe."
"Loh, bukannya kemarin loe pingsan, cuma pura-pura ya..?? biar bisa di kasih nafas buatan kan.. halahhh.. lagu lama," Nadhine memicingkan mata tidak suka.
"Nafas buatan, yang terus menjurus ke ciuman mesra ya Din," Nadhine menanyai Dinda disampingnya.
"Iya lah.. mau apa lagi?," Dinda merangkul dua tangan jadi satu.
"Pingsan? dikasih nafas buatan gimana sih Ki," Elina mencoba bertanya dulu pada Kia.
"Udah-udah biarin jangan urusin," Kia berbisik mencoba melerai Elina.
Perasaan rival Arkana, semakin di buat geram, ketika melihati Nadhine yang ditemani Dinda serta Naswa disampingnya.
Elina sudah bisa menebak, jika kedua teman sekelas dia memihak Nadhine lalu mengucilkan dirinya.
"Gue lihat kok, loe ciuman sama Arkana waktu di dalam UKS, nyesel gue,"
"kemarin nggak nge-capture ciuman kalian," Nadhine masih mendirikan tubuh di depan bangku Arkana.
"Ouh gue paham. mungkin maksud loe waktu gue pingsan, si Arkana ngasih bantuan nafas buatan ke gue. dan itu loe anggap sebagai ciuman.. haaiisssh..," Elina mencoba menduga.
"Nah itu loe pinter, gak sia-sia loe selalu jadi 3 besar di kelas.. bagus kalau loe tau," sahut Naswa di samping Nadhine.
Kemarahan Elina sudah coba di redam, atas ucapan Nadhine daritadi. Tapi tidak berakhir lama, tiba-tiba Elina menjadi naik darah. Nasywa ikut campur dalam permasalahan tersebut.
Padahal sebelumnya, perempuan cantik berlesung pipi itu, selalu baik dengan Naswa maupun Dinda. Meski Elina membenci Arkana, dan sudah tau jika Naswa dan Dinda menyukai Arkana.
"Naswa, kok loe ikut-ikut sih..? kon gak enak ati juga ta karo aku? (kamu nggak enak hati juga kah sama aku?)," logat khas Surabaya Elina muncul.
"Biasa aja si.. ku kira cantik bisa cari selain Arkana gitu, ternyata gayanya aja yang kayak benci tapi buktinya mau," ucapan Naswa, semakin menyakiti hati Elina.
"Kamu lama-lama aneh ya Wa, namanya orang pingsan, jelas nggak bakal sadar lah.. apalagi sampai niat cuma buat dapet ciumannya Arkana," Elina beranjak bangun dari kursi.
"Udahlah Wa, mau kamu nyindir kayak gimana aja.. toh Elina udah berhasil mendapatkan ciumannya si Arkana," Dinda mencoba'i ikut mengolok.
"Kalah Giska aja, sama cara licik Elina," imbuh Nadhine tak kalah panas.
"Kalau loe mikir kayak gitu, itu salah besar.. siapa yang bisa riquest waktu pingsan mau dibantu siapa..? mau dikasih nafas buatan siapa..??," ucapnya.
Elina memaki Nadhine,Naswa dan Dinda yang berdiri didepan pintu.
"Emang terlihat gitu, gue seneng kalau di kasih nafas buatan Arkana.. malah gue aja nggak tau, kalau gue dikasih nafas buatan Arkana," tunjuk tangan Elina kearah dirinya sendiri.
Suasana semakin panas. Setelah Nadhine masih tidak mau kalah, dan tetap mencoba membantah jawaban-jawaban Elina.
Sedangkan Kia masih duduk di bangku Arkana, tidak kuasa melerai keduanya. Walaupun kadang, kedua tangan Kia berusaha menurunkan telunjuk tangan Elina. Tapi suasana tetap panas.
Ditambah, Arkana juga tak kunjung menampakkan diri, ke dalam ruang kelas. Yang mana perempuan-perempuan di kelasnya, sedang mempermasalahkan seputar Arkana.
"Lah.. halah.. halah.. gayanya aja, pasang wajah tom and jerry terus sama Arkana, tapi sebenarnya loe suka kan," Nadhine terus memojokkan.
"Ng-nggak.. ngapain gue suka?," jawab Elina.
Dia merasakan, tiba-tiba mulutnya tergagap, saat mendapati pertanyaan dari Nadhine.
"Yang ada si Giska, temen loe yang kakak kelas itu kan, gila banget sama si Arkana," Elina keras kepala tidak mau kalah.
"Beraninya loe ngatain Giska.. Giska emang mantannya Arkana kok," bela Nadhin.
"Darimana loe tau? emang udah pasti? Arkana aja nggak pernah lo, ngaku sama hubungannya," jawab perempuan seolah semakin berani.
"Eh Elina, lama-lama loe nyolot ya," Nadhine tidak terima.
"Lah emang kenyataannya seperti itu, siapa tau itu cuma hoax yang dibuat Giska sendiri," Elina justru semakin berani.
"Eh sudah sudah.., kalian jangan ribut.. ini sekolah bukan ruang debat hey," Kia ikut berdiri mencoba melerai mereka.
"Awaasss aja loe," Nadhine memelototkan mata.
"Teeeettt... Teeet.. Saatnya jam pertama dimulai.. is time to bigent the first leason"
Suara bel dari itulah yang akhirnya membubarkan perdebatan mereka bersama. Dengan perasaan kesal, Elina kembali duduk.
Hatinya begitu sakit dikatai oleh Nadhine, Naswa, dan Dinda seperti itu. Apalagi mulut pedas Nadhin, sangat membakar kedua telinga perempuan cantik itu.
Arkana baru terlihat masuk, dibarengi teman laki-laki kelasnya, yang masih bergerilya di luaran tadi.
Tidak berselang lama, satu guru akuntasi masuk kedalam ruang kelas bersih tersebut. Semua kembali normal, dan Nadhine tak berani bergumam apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Khanza
next
2020-06-21
0
Harearr
semangat kk
2020-06-17
0
Nununa07
hai thor aku mampir nih
2020-06-17
0