2. Bangku Baru Elina

Belum selesai, kejadian yang mengesalkan hati, pada beberapa waktu lalu. Elina harus menahan hati duduk di bangku belakang Arkana.

Mengesalkan, tidak ada canda tawa dengan Anggi, tidak ada lelucon Kia lagi. Mendiami kursi, dengan kepala yang hampir lelah, menengok kearah jendela terus menerus.

"Elina, kamu nggak capek nengok kearah jendela terus?," tanya Anggi menghampiri pelan.

"Aku lebih rela bayarin tukang pijit, daripada lihat kupret neraka satu itu," jawab Elina berbisik ke Anggi.

Didepan Elina, Arkana seolah tidak mendengar apapun. Semua perempuan berdua itu bicarakan, tak mendapat perhatian khusus. Cukup sesekali melirik saja.

Bolpoint digigitan mulut Arkana, semakin begitu kuat tergigit. Lama-lama laki-laki berhidung mancung itu, tak tahan sendiri.

"Tapi, kamu kan ndak tahan sama pijat Li, apa mending besok kamu bawa minyak angin aja biar agak mendingan," Anggi begitu polos menjawab.

"Anggi.. bukan gitu..!! maksudnya itu," ucap Elina belum selesai menjawab.

"Maksudnya itu, dia lebih cocok jadi tukang urut pakai jarit Anggiiii...," suara Arkana memenuhi ruangan.

"Ehh Ar, kemarin loe bilang tukang pande, sekarang bilang tukang urut, besok lagi bilang apa??,"

"Haduuh.. apa malaikat malik nggak tau ya? ada penghuninya yang lolos ke dunia," kata Elina mulai menggulung buku di depan mejanya.

"Ya ngaca aja, lengan berotot loe cocok jadi tukang pande waktu pagi, terus wajah loe, cocok jadi tukang urut yang bau khas minyak GPU," ejek Arkana.

Dia mengejek sembari menarik bibir keatas.

"Un faedah banget deh, nanggepin omongan loe," jawab Elina.

Elina memukuli lengan Arkana, gulungan buku yang dibuat tadi, di buat melemahkan lengan kanan rivalnya tersebut.

Belum ada satu bulan, duduk Elina dan Arkana di satu dereta meja. Tensi darah perempuan berkulit putih tersebut, hampir setiap hari dibuat tinggi.

Ada saja hal kecil yang membuat mereka berseteru, ada saja kesalah pahaman antara mereka, semua tidak membuat jera keduanya.

Tidak jauh berbeda seperti Elina, Arkana berharap, UTS segera dilaksanakan. Posisi bangku mereka kembali normal, Arkana kembali duduk dekat Arya, Nadhine, Bima serta Devan.

****************

Setelah pertengkaran mereka, terdengar bunyi bel istirahat. Bel sederhana sekolah, alarm alami yang selalu membuat bahagia anak-anak.

Ternyata bel itu, juga menjadi angin bahagia Elina. Mengajak kedua matanya, melepas penat. Mengisi amunisi, untuk semangat berikutnya, ketimbang melihat Arkana terus-terusan.

Arkana terlihat merangkul Bima, dia pergi bersama temannya. Kemana lagi, jika bukan menuju kantin. Ahh.. semua sangat mudah ditebak.

Lain dengan Arkana, Elina dan Anggi jalan menuju perpustakaan. Elina adalah murid pandai dikelasnya, hanya beberapa nilainya selalu bersaing dengan Arkana.

Di jam istirahat, Elina menyeruput teh kotak, membuka sachet roti, melahap pelan. Roti yang dibelinya di kantin, mengenyangkan penghuni didalam perutnya.

Beberapa buku pinjaman dari perpus, terbawa rapi pada lengan kirinya. Lalu lalang para siswa, terlihat riuh dimana-mana. Apalagi di kantin sekolah, sangat ramai sekali.

Melewati Aula sekolah, papan pengumuman juga tak kalah ramai, tak kalah berdesakan, oleh kerumunan anak-anak. Membuat Elina dan Anggi ikut mencari tahu.

Ternyata, pengumuman ekskul sudah membuka pendaftaran baru. Estrakurikuler yang paling bergengsi, hingga yang kurang diminati, telah tertera tanggal awal pendaftarannya.

Mulai dari ekstrakurikuler basket, tari, teater, sepak bola, bola voli, bela diri hingga menyanyi, tertempel rapi di papan madding sekolah.

"Anggi, kamu jadi mau ikut ekskul apa?," tanya Elina memastikan.

"Aku mau pindah ke tari aja Li, udah capek ikut ekskul bola voli," jawab Anggi membaca info ekskul menari.

"Kelihatannya, aku masih tetep di teater aja deh, soalnya kata Bu Endah bakalan ada pagelaran diakhir tahun ini," Elina memberitahu.

Sementara, belum selesai Elina, Anggi, beranjak dari papan informasi. Beberapa gerombol anak kelas X (Sepuluh) berebut menyerbu, melihat papan pengumuman.

Akhirnya, suara bising tidak bisa terelakkan. Ada yang ingin mendaftar, ada yang ingin pindah ekskul, semua didengar telinga Elina.

Lucunya, sebagian mereka mengatakan, akan ikut ekskul basket. Tapi, cuma agar bisa bertemu Arkana. Pasalnya, hanya kesempatan ekstrakurikuler itulah, mereka bisa bertemu dengan Arkana.

Ikutnya Arkana, menyumbangkan beberapa medali serta piala ke sekolah. Semakin Arkana, lagi dan lagi, dikenal adik kelas serta kakak kelas.

"Kalau kita ikut ekskul basket, pasti kita bisa lihat kak Arkana dari dekat," kata adik kelas Elina heboh.

"Iya ya.. nanti kita bisa ketemu sama kak Arkana," jawab anak lain kegirangan.

"Gak perlu lagi nunggu bubaran pulang sekolah, nunggu jumat bersih, atau pas istirahat," sahut salah satu anak kelas X.

Anak-anak menyetujui, berkata, "Iya.. iya.. betul."

"Kak Arkana itu ganteng banget sih.. wajahnya mirip Sehun Exo ya Ki?," ujar adik kelas.

Semua lagi-lagi memuji Arkana.

"Hah Sehun EXO..?? yang ada bihun bakso itu ya," gerutu Elina kesal.

Ekspresi wajahnya, mengubah pandangan kesana-kemari, wajahnya sesuka hati berekspresi tidak suka.

"Hey Arkana masuk basket lagi..? gimana Fa, kita masuk basket aja sih ya..!!," kata kakak kelas Elina berunding.

"Oke ayooo..," jawab temannya menyetujui lagi.

Kakak kelasnya tidak kalah juga, berkeinginan sama seperti adik kelas.

"Haduuhh.. Arkana lagi, Arkana lagi," Elina membuang nafas.

Dirinya semakin kesal.

"Itu mata, perasaan nggak ada yang minus, kenapa juga pilih ekskul basket cuma gara gara Arkana?",

"Apa nggak bisa gitu, pilih aja gitu sesuai kemampuan dan bakat mereka semua, dasar bucin," lanjut Elina.

Kepala Elina geleng-geleng, melihati adik kelas serta kakak kelas dari atas bawah.

**************************

Kekesalannya dipapan madding, mengajak kedua kaki Elina, memasuki ruang kelas. beberapa anak, masih asyik sendiri memainkan ponsel.

Naswa dan Dinda asyik berkaraoke, Nadhin beraksi di tik tok, Mela dan Fey mengaktifkan youtube masing-masing.

Arya, Arkana dan Bima tetap mengambil pojok kelas, sebagai markas tempat mereka. Sedang Elina medudukan diri, mengelus perut kenyangnya, lalu mengambil tisu di laci meja kelas.

"Apa ini?," kata Elina.

Di tangan, dirinya justru mendapati coklat, bertulis dairy milk, ukuran 32 gram, plus kartu ucapan kecil.

"untuk Arkana, jangan lupa makan siang. Semoga harimu manis dengan coklat ini,

Tertanda GISKA"

"Kupret neraka, dia ini fansnya banyak banget," gumam Elina.

Elina menduga, Giska tidak mengetahui, bangku kelas XI-IPS 1 sudah berubah. Sesuai urutan absen, sesuai nama anak-anak.

Perempuan berambut panjang itu, mencoba mengaitkan, mencoba menelisik, karena semula, tempat duduk Elina ditempati oleh Nadhine.

Nadhine tidak lain adalah teman dekat Giska. kedekatan mereka mulai, saat Nadhine Giska satu organisasi.

Setelah Giska tau, Nadhin adalah perwakilan dari kelas Arkana. Kelihatannya Giska selalu meminta bantuan.

Beberapa gosip pernah didengar Elina, dia flashback, dirinya ingat, Arkana sempat menjalin hubungan dengan Giska.

Gosip beredar simpang siur, ada yang mengatakan tidak berpacaran, tetapi Kia mengatakan, Arkana Giska sudah putus lama.

sampai saat ini tidak ada, yang memastikan kebenaran berita tersebut. Apalagi Arkana, tidak pernah memperjelas hubungan. Asmara terpendam meraka, gosip percintaan Arkana, selalu menjadi trending topic.

Elina baru mengetahui. Kebiasaan kecil, perhatian kecil, mendapatkan coklat serta kartu ucapan, kelihatannya setiap hari didapat Arkana.

Sayangnya, Elina tidak tertarik. Segala hal tentang Arkana, dia tidak penasaran.

Dirinya lalu memanggil Arkana, kebetulan langkah kaki Arkana, berjalan ke arah bangkunya.

"Eh, ini buat kamu," kata Elina memberikan coklat tersebut.

"Buang aja, gue alergi sama coklat," Jawabnya.

Arkana kelihatannya, sudah tau coklat itu dari siapa.

"Iya, kalau sama neraka emang loe lebih cocok..," gerutu Elina kesal.

Coklat itu masih di tangan, mencoba diberikan, namun ditepis oleh Arkana.

"Mending, gue habis dari neraka masih ada kemungkinan masuk surga, nah loe malah yang iblisnya hiii..," Arkana menjulurkan lidah.

Tidak puas, dirinya mengangkat berat kedua bahunya, berhenti disamping Elina.

"Ya elo itu yang iblis..," jawab Elina.

Perempuan cantik, berponi samping tersebut, berdiri tidak terima, mengangkat tangan, menjitak kepala Arkana.

"Aduuh...," rintih Arkana menggosok kepala.

"Rasain..,"

Selesai menjitak kepala, Elina belum puas. Tangan kanannya mengulang lagi, secara keras menjitak kepala Arkana.

"Li, sakitt taukkk," bentak Arkana kesal.

Tiba-tiba saja, dari arah belakang. Bima berlari kencang, Bima memberi aba-aba minggir, tanpa sebab yang pasti melompati kaki Arkana.

Arkanapun tidak dapat menjaga keseimbangan. Badannya tersungkur kedepan ambruk didepan Elina.

Sedangkan Elina, yang berada didepan Arkana. Menarik seragam, laki-laki berhidung mancung tersebut.

Alih-alih berharap dapat menolong Elina, sayangnya mereka berdua, justru sama-sama  tersungkur ke lantai.

"Brruuuuuuuuuukkkk....."

Arkana menindih tubuh teman perempuannya itu, jantung Elina berdegup kencang, nadinya tak beraturan karena kaget, di tindih tubuh atletis Arkana.

Mata mereka berdua saling bertemu, seperti cerita di novel. Jemari Elina memengangi baju seragam depan Arkana.

Bukannya seperti di novel, ternyata Elina justru marah-marah.

"Arkanaa... loe nggak sadar," teriak Elina.

Dia seperti mengeluarkan bola mata.

"Banguuuuunnn.. lutut loe nindihin jempol kaki gue, setaan..,"  kata Elina memaki.

Arkana yang masih tertegun diam saja.

"Arkana.... kaki guee..," bentak Elina kesakitan.

"Eh Rasaiin loe..," ucap Arkana tersadar.

Arkana justru sengaja menindih lebih keras, menekan lututnya kearah jempol kaki Elina.

Dia lantas meninggalkan Elina, meski kepalanya sedikit sakit, akibat dijitak oleh Elina.

Belum genap satu bulan, berada dibangku yang sama. Mereka berdua, sudah mengahabiskan segala cara membalas dendam, secara masing-masing.

"Awas aja, loe Arkana tungguin pembalasan gue..," gumam Elina.

Dirinya kemudian bangkit dari lantai.

************************

Hari sudah menunjukkan pukul 13.30 siang, jam terakhir sudah di tuntaskan guru masing-masing, sesuai dengaj mata pelajaran.

Kelas sudah mulai bising, dengan persiapan pulang anak-anak. Begitupun juga dengan kelas XI-IPS 1.

Perempuan, yang menjepit rambutnya dengan jepit lidi itu, bergegas mengemasi buku pelajaran.

Tidak ada yang aneh, dalam pulang sekolah Elina kali ini. Arkana juga nampak mengemasi buku pelajaran kedalam tas.

Bel pulangpun berbunyi, Elina keluar kelas, dirinya bersama Anggi. Kejadian yang menimpa Arkana, semangat diceritakan ulang Elina. Pasalnya, Elina bahagia bisa menjitak kepala Arkana.

Ditengah ceritanya dengan Anggi, Ternyata Elina lupa mengambil ID card. ID card Elina ketinggalan di laci. Dirinya berpamitan ke Anggi, untuk bisa pulang duluan.

Diperjalanan, kembalinya Elina ke kelas. Arkana tersenyum manis, tak sengaja berpapasan. Lalu bersikap sangat ramah.

"Apa loe..," kata Elina.

Dirinya berpapasan, Arkana yang tersenyum manis.

"Anggi, aku ambil ID Card dulu ya..!! aku lupa," pamit Elina.

Kaki Elina, sudah berlari kecil masuk kelas.

"Iya udah oke," jawab Anggi meninggalkan.

Elina masuk kedalam kelas lagi, sepintas tidak ada yang terlihat aneh dikelasnya itu.

Meja kursi masih sama semua. Tetapi setelah Elina melihat, kearah bangkunya yang ada dibelakang Arkana. Dirinya melihat, ternyata telah kosong tidak ada.

Bangkunya justru tiba-tiba berpindah, ke bagian belakang, ke paling pojok kelas.

Elina menduga, ulah siapa lagi itu? semua itu adalah ulah Arkana. Perempuan tinggi 162 itu, menghela nafas jengkel, melangkah jalan mengambil ID Card yang tertinggal.

"Ini pasti ulah kupret neraka satu itu, Awas awas aja loe Arkana," gerutu Elina.

Dia sangat begitu kesal hari ini, karena Arkana.

"Pantes aja tadi senyumin gue.. Hihhh.. dasar,"

Ditarik kembali meja kursi yang berada dibelakang kelas tersebut, sedikit menguras tenaganya, pada jam pulang sekolah.

Tenaga kuatnya, sudah mulai menghilang. Yaa.. perpindahan bangku baru Elina, cukup membuat warna gelap, pada kisah di semester 3 SMA Elina.

Terpopuler

Comments

Triana R

Triana R

like like

2020-08-09

0

Qie_batubara

Qie_batubara

AQ suka Thor..
semangat

2020-07-20

0

Nova Shi

Nova Shi

Widih ceritanya seru banget
Jangan lupa feedback ya

2020-06-23

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!