7. Toko Buku Pembuka Rahasia

Sore ini setelah pulang sekolah, Elina terlihat mempersiapkan diri, untuk pergi ke toko buku favoritnya.

Baju abu-abu tak berlengan, terlihat di gunakan Elina. Di padu celana jeans biru, yang di pilihnya.

Sore ini, Elina lebih memilih, rambut panjangnya di biarkan terurai. bekas rambut di kepang tadi, sedikit menaruh sisa gelombang. Pada setiap inci rambut Elina.

Dara cantik, berusia 17 tahun tersebut. Menuruni taksi biru, sudah mengantar Elina, dari rumah menuju toko buku Gramedia.

Store yang terletak di sebelah kiri jalan raya. Terlihat, banyak sekali para pelanggan. Keluar, masuk memenuhi.

Udara sore, begitu sangat cerah. Sinar senja, kadang-kadang tanpa malu, menghadang wajah Elina.

Sendal bertali kelinci, warna coklat muda, semakin mendukung santai, penampilan keluarnya sore ini.

Elina memasuki toko buku, sudah familiar, sering Elina kunjungi. Beberapa pegawai, juga sudah tidak asing, dengan wajah cantik perempuan itu.

Bukan hanya Elina saja, banyak murid SMA N 28, yang sering berkunjung ke store buku ternama itu.

"Hallo Anggi, kamu dimana? aku udah nyampai ini," tanya Elina.

Suara Elina, membawa ponsel di tangan kanan.

"Iya Li, ini aku masih nunggu adikku mandi dulu, bentar ya Li," jawab Anggi.

Anggi masih di rumah, menjawab telepon.

"Kebiasaan deh..!! ya udah, nanti kamu langsung ke store gramed aja," tutur Elina.

"Siap, kan nanti kamu bisa ngobrol tuh, sama Kak Andre hahaha," kata Anggi.

Dirinya menggoda'i Elina.

"Apaan sih? udah, udah, cepetan ya," ucapnya.

Sebelum akhirnya, dia menutup telephon dari Anggi.

Elina mulai menyusuri, sisi store buku termegah, di kotanya tersebut. Kaki jenjangnya, berjalan menyisir, setiap lorong buku.

Terlihat, tumpukan buku yang di acak-acak oleh para pengunjung, di bagian rak promo sore itu.

Ada juga, banyak perempuan muda, beserta anak kecilnya. Masing-masing mencari buku dongeng, buat dibeli.

Sangat lucu. Sesekali, rengekan anak-anak kecil itu, terdengar jelas di telinga Elina.

"Sebuah usaha melupakanmu..," Gumam Elina.

Dirinya mengambil, buku besutan penulis Boy Candra.

"Kamu yang ini aja, cocok lo hahhaha," kata perempuan.

Suara tawa perempuan, menarik perhatian Elina.

"Nggak nggak.., mending loe ini aja," jawab laki-laki.

Elina merasa, suaranya terdengar tidak asing di telinganya.

"Arkana... bukan, aku nggak suka," kata perempuan itu.

Rengek perempuan, dengan manja, masuk ke telinga Elina.

Suara laki-laki yang di dengar Elina, semakin menarik perhatian dirinya. Melihat ke arah rak buku, berada didepannya.

Wahhhh.. benar saja, laki-laki berbaju seragam SMAN 28, terlihat di depan Elina.

Sedangkan, perempuan yang pagi tadi memaki Elina, berada di samping laki-laki itu.

"Arkana...," ucap Elina.

Jemari Elina menunjuk, bibirnya tak bersuara, melafalkan nama Arkana, tanpa bunyi.

"Itu Giska kan?," gumamnya.

Tangannya, menunjuki perempuan, di samping Arkana.

"Munafik, gitu aja kalau di sekolah sok sok'an nggak kenal, sok sok'an cuek nyatanya cuihh," gerutu Elina.

"Ketawa-ketawa di store, kayak store udah milik berdua aja," lanjutnya.

Elina membiarkan buku, yang di bawa.

"Tuh si ceweknya juga ganjen amat, di sekolah aja jahatnya kayak ratu rukayah. giliran sama Arkana, gelendotan ditempat umum," ucapnya gemas.

Elina geli, melihat sikap Giska. Manja kepada Arkana, di tempat umum.

Perempuan itu, terlihat kesal. Mendapati Arkana dan Giska, berdua didalam store.

Perasaan Elina, tiba-tiba saja tidak menaruh ikhlas. Mengetahui Giska dan Arkana sedekat itu. Hatinya seolah merasa di bohongi oleh Arkana.

Dia mengingat, beberapa waktu lalu. Arkana sempat menolak, coklat dari kakak kelasnya, yang di berikan Elina.

Arkana berdiri di rak buku, bagian komik. Dia mulai merasa aneh, seperti ada seseorang, sedang mengawasi dirinya dan Giska.

Laki-laki tampan itu menoleh, ke arah rak novel, di belakang Arkana dan Giska. Tetapi, tidak ada orang berdiri di tempat rak itu.

Suasana ramai, store buku sore itu. Mengajak Arkana dan Giska, untuk segera pergi dari Gramedia.

Sayangnya, Giska masih mengajak Arkana. Menyusuri beberapa lorong buku, belum mereka jamah.

"Haduh, untung-untung, gue nggak ketahuan," ucap Elina.

"Bisa-bisa, gue malu sama si kupret neraka itu," lanjutnya.

Elina berhasil jongkok, menyembunyikan diri. Ketika Arkana, melihat kearah rak buku, dimana Elina berdiri.

"Elina, kamu ngapain?," Tanya laki-laki.

Dia tidak sengaja, melihat Elina jongkok, menyembunyikan diri.

"Ouh i-ini, aku lagi nyari novel hehe," kata Elina.

Jawabnya, tanpa melihat, tanpa ikhlas, ke arah laki-laki, yang suaranya familiar di telinga.

"Ngapain kamu repot-repot," jawab Andre.

"Kamu tanya aja ke aku, pasti aku suruh anak-anak nyariin," laki-laki itu menawari.

"E-eeehh nggak usah Kak Andre, ini juga aku baru, pilih-pilih aja kok," jawabnya.

Elina beranjak berdiri, dari tempat persembunyian'nya.

"Kamu pasti selalu gitu, nggak enakan sama aku,"

"Aku juga bakalan bahagia, kalau bisa bantu kamu," Jawab Andre.

Laki-laki berkacamata, yang berusia 23 tahun itu.

"N-nggak papa Kak Andre," jawab Elina.

Mata jelalatan Elina, mencari ke arah mana, Arkana dan Giska pergi.

Andre meninggalkan Elina, karena salah satu anak buah'nya, mencari-cari Andre.

Laki-laki berseragam hitam, dasi merah di leher, tampak tampan di gunakan Andre.

Dirinya meninggalkan Elina, meski mata Andre, seolah berbicara, tidak ingin pergi meninggalkan Elina.

Andre adalah supervisor, di store buku tersebut. Laki-laki itu, dekat dengan Elina,sejak Angi dan Elina sering berkunjung ke store.

Wajah cantik Elina, seolah jadi magnet tersendiri. Rasa ingin, Andre memacari gadis belia, masih duduk di bangku SMA itu.

Tidak berselang lama, Anggi sudah datang, dia jalan tergopoh-gopoh ke arah Elina.

Perempuan, berkulit kuning langsat tersebut. Berlarian, menyibak beberapa pengunjung di store sore itu.

"Li, maafin gue ya..,"

"Habis tadi adek gue mandinya lama banget, terus gitu lampu merahnya lama, juga menitannya Li,"

"Berasa kayak nggak jalan," kata Anggi beralasan.

"Bosen.., boseen.., kebiasaan loe, mau nggak ada adek loe, mau menitan lampu merah jadi 5 detik, loe bakal tetep telat," bantah Elina.

"Nyesel gue, nggak ngajak si Kia," katanya kesal.

Elina mengibas rambut, ke arah Anggi.

"Hahaha ya maaf Li, Ehh.. tadi gue ketemu Arkana di pintu masuk, Loe ketemu nggak?," tanya Anggi.

Mereka berjalan, ke buku kamus.

"Iya tadi gue tahu," jawabnya.

"Eh loe tau nggak Anggi, dia ke sini sama si kakak kelas kita itu, yang marahin gue sama Kia, waktu upacara tadi," Elina menjelaskan.

Anggi sedikit terkejut.

"Seriusan ?? masak sih..? sama Giska??  jangan-jangan mereka udah balikan? apa gimana sih?," tanya Anggi.

"Gimana sih loe Anggi? dulu malah Kia pernah cerita, kalau Arkana itu udah putus lama sama Giska," jawab Elina balik memarahi.

"Emang mereka ada tanda-tanda balikan ya nggi? atau kalau nggak gitu, sebetulnya mereka nggak putus ya?? emang gimana selama ini gosipnya?," tanyanya penasaran.

Elina mencerca, banyak pertanyaan.

"Kok loe jadi kepo banget sih Li, sama hubungan mereka,"

"Bukannya selama ini loe nggak mau tau, semua hal tentang Arkana," ucap Anggi penasaran.

Anggi meledek, di depan wajah penasaran Elina.

"Ya-yaa kan bukan gitu, maksud gue kan, g-gue cuma mau," Elina bingung.

"cuma konfirmasi kebenarannya, soalnya kelihatannya, tadi mereka akrab banget," sambung Elina.

"Dan loe tau nggak, si Giska itu ihh.. gelendotannya parah hiiii..," Jawab Elina geli.

Elina beralasan, dan mengangkat kedua bahu, karena geli. Membayangkan Giska.

"Hahahaha... ya namanya juga pacarnya Li, loe ini aneh, apa jangan-jangan loe mulai suka Arkana ya?? hayoo.." tanya Anggi.

Dia semakin mendekatkan matanya, ke arah wajah Elina terlihat kelimpungan. Jarak begitu sangat dekat, sampai Elina takut.

"Huuueehh.. suka? loe aja kali gue enggak," jawabnya ketus.

Elina membuang pandangan, dari mata Anggi, ke ral buku resep makanan.

"La-lagian gue juga ogah, punya pacar yang kelakuannya, nggak stabil kayak Arkana," terakhir ucapan Elina.

Jawaban darinya, semakin tidak masuk akal, apalagi di dengar.

"Masak? ahh.. masak?? yakin.. ahh.. yakin loe," tanyaa Anggi mempermainkan.

Mata Anggi semakin menajam, ke arah Elina.

Sikap Anggi membuat Elina salah tingkah, kaki Elina berjalan kebelakang melihat Anggi, semakin mendekati tubuh Elina.

Pertanyaan sederhana, di berikan Anggi. Membuat Elina begitu gugup. Dinginnya AC ruangan, mendadak tidak terasa.

Tubuh Elina, di sergap tanpa henti. dirinya terhenti, setelah rak di belakangnya, tidak dapat digeser.

Tubuhnya terhenti, semua kaku, karena ulah jahil sahabatnya.

"Heh.. loe ngapain?? kayak anak pinter aja mainnya ke toko buku," tanya Arkana.

Dirinya tiba-tiba muncul, di belakang Elina.

Anggi mengetahui kedatangan Arkana, menormalkan kembali, posisi berdirinya. seperti sebelum menggodai Elina.

Elinapun langsung mengangkat diri, berdiri biasa. Arkana yang di samping Elina, bingung. Atas apa yang di lakukan dia dan Anggi.

"Kali-kali aja Ar, biar gue bisa kayak loe sama  Elina, nilainya selalu jadi 5 besar," ucap Anggi.

Mereka semua, teman sekelas.

"Hahaha.. anak masuk 5 besar itu Anggi, pasti jam segini, udah mandi. nggak pakai baju sekolah, langsung main ke mall jam segini," jawab Elina.

Elin ternyata sedang menyindir Arkana, masih memakai seragam sekolah.

"Malah ini, bisa di katakan pinter, di bela-belain nggak ganti baju, langsung ke store buku buat cari buku," jawab Arkana.

"Nahh elo, masih sempet dandan. berarti, kualitas kepintaran loe, masih kalah dari gue hahaha," kata Arkana.

Anggi yang mendengar, langsung tertawa. memantik tubuh, penuh tawa Anggi.

"Ngeles aja kayak bajai, dandan itu wajib buat perempuan.. yang nggak wajib itu, pacaran waktu pulang dari sekolahan..," ujar Elina lebih wajar.

"Kan nggak ada di undang-undang, melarang mereka pacaran..,"

"Kecuali emang, nggak ada orang, temen loe, gak ada yang mau, ngejadiin loe pacar kan?" kata Arkana pedas.

Tas ransel di pundak, menurut tuan'nya.

"Iss.. loe ini, mulutnya..!! pasti ada bara-bara panasnya, kesel gue" jawab Elina kesal.

Dia menunjuk Arkana lagi.

Elina, Anggi dan Arkana pergi, meninggalkan store buku. Mengingat, hari menjelang mahgrib.

Apalagi Elina dan Anggi, masih harus mencari taksi di jalan. Mereka jalan keluar bersama.

Mereka berpisah, Arkana jalan ke arah parkir sepeda. Sedangkan Elina dan Anggi, nampak menunggu taksi biru yang sama.

Terpopuler

Comments

raisaa.tana

raisaa.tana

hi thor
saya mampir bawa rate 5 + boom like lho. mampir jg yuk ke novel saya "destiny?"
ditunggu yaa fedbacknya

ayo saling dukung!!

2020-06-26

0

R Ni

R Ni

like ka

2020-06-21

0

Adine indriani

Adine indriani

semangat kak 👍😊

2020-06-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!