Pagi ini Elina terlihat, dia sedang berkumpul di Aula sekolah, bersama para Kader Kader Adiwiyata.
Mengingat, bulan depan SMA N 28 Surabaya, mendapatkan rencana kunjungan. Untuk penilaian Adiwiyata Mandiri, tingkat Provinsi.
Dari pesan grup whatsapp, malam tadi di baca Elina, terlihat dia menggunakan seragam kader Adiwiyata. Berwarna hijau muda, lengkap dengan slayer, di leher putihnya.
Walaupun, sudah selang 4 hari dari kejadian. Sempat memalukan Elina dan Arkana, di dalam ruang perpustakaan, saat mengikuti ekstrakurikuler teater.
Nampaknya, hal tersebut masih membuat Elina, merasakan was-was. Wajahnya masih menanggung malu.
Langkah kaki Elina, tidak tenang seperti biasa, tidak luwes di hari biasa. Sorot mata dari adik kelas, kakak kelas, saat berpapasan. Memperlihatkan sikap jijik.
"Li, kelihatannya loe sekarang jadi terkenal,"
"Gara-gara, kejadian di pepustakaan itu deh," bisik Yana.
Yana adalah, salah satu Kader Adiwiyata, perwakilan dari kelas XI IPA 2.
"Halah biarin aja sih Yan, nanti juga reda reda sendiri," jawab Elina merasa bodo amat.
"Kayak loe nggak tau aja, apa-apa tentang si Arkana, pasti langsung jadi perhatian, heran gue," gerutu Elina.
Elina sebetulnya geram, sembari melihat, luar aula sekolah yang ramai.
"Jelas lah Li, ganteng, populer, pinter juga iya, siapa sih yang nggak suka ??," Yana merasa iri.
"Sayang aja, gue beda jurusan sama Arkana, gak kayak lo, tiap hari bisa ketemu," ucap Yana.
Dirinya menaruh iri, karena Elina satu kelas.
"Yanaa... gue aja, malah berharap biar UTS segera terlaksana, biar gue jauhan tu sama si kupret neraka," lanjut Elina
"dan loe tau nggak, Arkana itu suka kentut sembarang tempat Yan .., beneran," imbuhnya.
Elina berniat membalas dendam ke Arkana, menyebar berita hoax, agar membenci Arkana.
"Iiiihhh.. seriusan loe Li?? masak sih?? Ya namanya perut mules, emang mau diapain Li?? dari pada ditahan, nanti juga sakit," sanggah Yana.
Ternyata, Yana justru membela Arkana.
"Gimana sih Yan??," jawab suara Elina.
"Dulu aja, pas gue cerita Bima suka kentut sembrangan, loe bilang jijik. harus sopan santunlah, dan lain-lain," alis Elina menyatu.
"Ya harusnya, Arkana juga harus kamu suruh, punya sopan santun donk," gerutunya kesal.
"Aahh.. gue heran, apa -apa yang dilakuin si Arkana, kenapa sah sah aja?? didepan wanita, termasuk loe," ucap Elina.
Raut wajah Elina, tidak santai, tidak bisa tersenyum, dan tidak ikhlas terutama.
"Hehehe... Kok, loe yang sewot sih Li..!!awas loh, nanti loe ikutan naksir Arkana," kata Yana.
Yana menggodai Elina, mengedipi mata kearah perempuan di sampingnya.
"Apa Yan??, nggak salah denger gue, Hiii.. amit-amit jabang bayi, 7 turunan, dari Surabaya sampe Cileungsi (Jawa Barat), jangan sampai deh," tolaknya.
Elina menggeleng cepat kepalanya, mengetuk'i kepala, mengetuk'i meja berulang-ulang. Teman perempuan, berambut keriting itu. Menyenggol-nyenggol pundak Elina, mata Yana mengarah ke Arkana.
Arkana yang baru saja datang, menggunakan seragam, berwarna hijau muda Kader Adiwiyata.
Laki-laki berhidung mancung itu, semakin tampan. Dengan leher, yang dibalut slayer, serta lengan seragam di gulung setengah siku.
Elina diam tak ber ekspresi, hal itu sudah biasa Elina alami, saat berkumpul bersama kader kader lainnya.
Dimana, banyak anak kelas lain, tengah menggandrungi Arkana. Ditambah, dalam Organisasi Kader Adiwiyata, tidak ada teman dekat Elina.
Kia dan Anggi, tidak ada yang berhasil ikut. Membuat mulut Elina, berpuasa merumpikan kejelekan Arkana. Lagi-lagi, hanya Elina dan Arkana, yang ditunjuk Bu Riana. Sebagai perwakilan dari kelas IPS 1.
Tidak lama, setelah itu Pak Teguh Ketua Kader Adiwiyata datang. Beliau masuk, kedalam ruang aula sekolah.
Para kader, lalu mengambil duduk masing-masing, sama-sama berbaur dari Kader kelas lain.
Beberapa informasi, telah Pak Teguh jabarkan. Secara terinci, sangat spesifik, didepan anak anak.
Mulai dari, rencana penambahan bibit, stek di area belakang kantin, pengelompokan tumbuhan. Dan pencangkokan tanaman baru, hingga rencana budidaya jamur.
Semua memanfaatkan, beberapa area kosong, yang ada di sekolah. Salah satunya, di belakang Lab IPA.
Pengumuman terakhir, yang menjadi penutup informasi pagi ini. Himbauan untuk para Kader Adiwiyata, agar hari ini tidak pulang, seperti jadwal murid lain umumnya.
Para Kader Adiwiyata, diminta Pak Teguh, pulang pada pukul 17.00 WIB.
"Jadi Bapak mohon kerjasama dari kalian para Kader Adiwiyata, Bapak yakin kalian BISA," ucap Pak Teguh.
"Bapak percaya, kalian bisa menyelesaikan tugas hari ini. dan semoga, usaha kita bisa dibayar Kemenangan," lanjutnya.
"Kemenangan Adiwiyata tingkat Provinsi di sekolah kita" tutur Pak Teguh.
"SIAP BISA" jawab para Kader secara kompak.
"Bapak berharap, kalian bisa kompak, dengan apa yang sudah menjadi tanggung jawab kalian," Pak Teguh percaya mereka bisa.
"baik saya akhiri Wassalamualaikum wr wb," kalimat penutup dari Pak Teguh.
Pemberitahuan tugas, menutup salam pertemuan hari ini.
Elina mengambil, lembar kertas yang dibagikan Aulia. Daftar pengelompokan tumbuhan, penambahan bibit tanaman, semua sudah dijelaskan.
Di dalam kertas tersebut, semua tugas terinci rapi.
Arkana malas berjalan ke arah Elina, kakinya kaku, mengurungkan niat. Lagi-lagi, karena dari perwakilan kelas yang sama, mengharuskan Elina Arkana satu kelompok.
"Kita dapat bagian dimana Li??," tanya Arkana.
Ternyata, kemalasan kakinya, masih mengajak Arkana berjalan.
"Dibelakang kelas X-B, tempat angker, kayak wajah loe hiiii..," ucap Elina.
Wajah cantiknya, berulah seperti anak kecil, menakuti Arkana.
"Ouh, yang kuntilanak nya beneran persis muka loe itu ya..! Ya ya gue tau," bisik Arkana.
Dirinya berdesis seram, ditelinga kiri Elina.
"Nggak lucu ahh.., minggir-minggir," kata perempuan itu.
Elina tidak suka, dirinya menjauhkan kepala Arkana, mendorong kepala Arkana pergi, dari telinga Elina.
Mereka berdua seolah paham, pilihan tempat, yang mereka dapatkan. Sedikit mistis dan berhantu.
Ada yang mengatakan, menjelang maghrib, sering terdengar suara kursi yang berjalan sendiri.
Entah betul atau tidak, kebenaran berita itu. Hal tersebut, sudah membuat nyali Elina menciut.
"Mending ayo deh, kita kerjain mulai sekarang," ajak Elina.
"Pokok, sebelum jam pulang sekolah tiba, kita harus sudah selesai," tuturnya.
Elina berjalan keluar, mencoba merayu waktu, jangan cepat-cepat sore. Dari aula sekolah, dirinya keluar ke tempat yang dimaksud.
"Bilang aja, loe takut kan," tebak Arkana.
"Gue kasih tau Li, gengsi loe nggak bakal bisa, ngebeli tuh Gunung Fujiyama," Arkana berlari mengejar Elina.
"Ngapain juga gue takut, gue males lama-lama barengan sama loe," alasan Elina.
"Takut fitnah buruk, datang lagi ke gue," sindirnya.
Arkana paham, Elina menyindir. Tentang kejadian di ekstrakurikuler teater, waktu di perpustakaan lusa itu.
Arkana hanya tertawa basi, mengeringkan gigi di depan Elina. Sedikit merasa bersalah, namun Arkana enggan meminta maaf.
Mereka lalu berjalan, menuju ke arah belakang kelas X -B. Dimana ternyata, kelas itu pernah ditempati Arkana, saat menjadi siswa baru.
Suara gaduh anak-anak terdengar, didalam kelas sangat gemuruh. hal itu membuat Elina, tenang meminimalisir rasa takutnya.
Meski terdengar ramai, namun tidak mengubah, suasana mistis dibelakang kelas X-B. Elina menyembunyikan rasa takut, perlahan tapi pasti, menjalari tubuh Elina.
Rak tanaman besar, di belakang kelas. juga puluhan bunga gantung, di tembok pembatas. Antara sekolah dan rumah warga, membuat ketakutannya timbul.
Pohon bambu tinggi, di tambah decitan suaranya, yang bisa di dengar Elina. melengkapi ketakutannya, bisa melihat jelas semua itu.
***********************
Setelah beberapa jam, hitungan menit, serta tambahan detik. Elina dan Arkana berkutat pada tugas, di selebaran pengelompokan tanaman.
Tubuh lelah Arkana pun beranjak, berdiri dari pollybag, melemaskan otot-otot tubuh.
Bunga-bunga yang terjajar, diatas rak tanaman design sekolah sendiri, lebih rapi. Jika dibandingkan dengan sebelumnya.
"Li, gue haus mau beli minum dikantin dulu ya," kata Akana.
Dirinya mencoba berpamit ke Elina.
"Hah apa?? Eee-mbb, Ouhh, ya-ya" ucapnya.
"Ok deh iya," imbuh Elina.
Dirinya gelagapan, mengetahui Arkana akan ke kantin.
"Apa'an sih..??," tanya Arkana.
Arkana hanya memandang, merasa tidak jelas, dengan sikap aneh, perempuan berwajah cantik itu.
"Gimana sih?? ya udah, sana aja, silahkan," ucap Elina.
"Pamit-pamit, udah kayak ponakan gue aja," tutur Elina.
Perempuan cantik itu, jaim (jaga image).
Arkana terlihat berlari, seperti estafet, melaju ke arah kantin. Jaraknya jauh, dari tempat mereka, mengerjakan tugas Kader Adiwiyata.
Sementara, Elina memasang wajah santai, wajah tanpa rasa takut, dan gelagatnya lumrah.
Pelajaran terakhir, terdengar berlangsung. Di dalam kelas X-B, membuat tempat sekitar terasa sunyi.
Hanya sapuan daun kering, dari angin yang ribut. Dan suara gemericik kran air, dari kamar mandi, tidak jauh di tempat Elina.
"Curcuma longa, Zingiber of cinnale, Curcuma zanthorriza," Elina menyebut satu persatu.
Dia menempelkan, nama-nama latin tanaman. Di luar pollybag dan pot bunga hitam.
"Cur-cuuma, comm-bi," sebutnya lagi.
Namun, Elina terbata-bata membacanya.
"kluuuttiiikkk.........."
Tiba-tiba, mata sipit Elina terbelalak, detak jantungnya, seketika itu langsung tidak beraturan. Bulu halus di tangan Elina, berdiri terangkat.
Elina mencari, darimana suara itu berasal. Meski kakinya, sedang gemetaran. Namun, Elina tetap memberanikan diri.
Elina mencoba, berjalan menuju kearah jendela kelas. Ouh, untungnya, hanya tutup bolpoint. Yang dibuang anak-anak, dan mengenai kaca jendela.
"Huusssttt..........."
Suara pelan, dibarengi dengan tepukan, di pundak Elina.
"Aaaaa-aaa-aaa," Elina berteriak.
Dia sekencang-kencangnya berteriak, tanpa lebih dulu menoleh kebelakang.
"Elina, ini gue Arkana" kata Arkana.
Laki-laki berkulit putih itu, tertawa. Mendapati Elina, berdiri ketakutan. Tadinya, membelakangi Arkana.
Elina langsung menoleh, melirik malu. Melihat laki-laki, dengan sebotol teh ditangan itu, menertawai puas.
Keringatnya mengucur di atas kening. Meski begitu Elina, berpura-pura menyembunyikan rasa takutnya.
"Heh.. kapan sih loe operasi plastik??," ucapnya memasang ekspresi kesal.
"Wajah lo, bikin gue, jadi histeris merinding," jawab Elina.
Dirinya menyeka keringat, ternyata muncul di dahi.
"Bilang aja, loe takut kan," ledek Arkana.
Wajah Arkana di buat sekonyol mungkin, sembari menjulurkan lidah.
"Hah apa?? takut?? nggak salah??"
"Yang ada, muka loe lebih nakutin. daripada hantu," jawab Elina.
Elina mencoba santai, ditengah detak jantung yang tidak beraturan.
"Ouh gitu.., pemberani juga loe" Arkana berdecak kagum.
"Di tempat ini angker. nggak sia-sia, dengan kelakuan setan, yang lo miliki," kata Arkana tertawa.
"Nggak lucu," jawab Elina.
Dirinya, mendorong tubuh Arkana kebelakang.
Arkana tertawa sewot, tapi Elina kesal. Perlahan, sebagian tugas, yang diberikan. Sudah selesai, dikerjakan Elina dan Arkana.
******************
Suasana bubaran sekolah, terdengar gaduh di telinga Elina. Perlahan tapi pasti, suara motor para siswa, membabi buta. Luapan kendaraan beroda dua, berangsur-angsur mulai merebak.
Suasana yang tadinya bising, oleh kendaraan para siswa. Kini hanya tinggal Elina dan Arkana, masih berkutat di rak tanaman belakang kelas X-B.
Kadang, Elina meninggalkan Arkana. Mengecek tanaman sekitar, selain di rak tanaman tempat mereka berdiri. Memastikan lagi, tumbuhan sudah di tempel sesuai nama latin.
**********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nova Shi
Widihh....
Makin seru aja
2020-06-26
2
Li Na
semangaat
2020-06-21
0
.
Hai...Aku mampir nih bawa like juga..semangat terus nulisnya ya...
2020-06-09
0