14. Elina Pulang Duluan

Setelah Arkana memberi tahu, sahabatnya ada di dalam UKS. Anggi dan Kia berlarian ke UKS.

Mereka menuju ruang, yang berada disebelah kantor TU (Tata Usaha).

Kaki kanan dan kiri mereka, seakan berlomba menunjukkan, siapa paling cepat, di antara keduanya.

Kia dan Anggi memberikan aba-aba berhenti, setelah bola mata mereka melihat ruang, bertulis UKS.

Mereka berdua masuk, melihat perempuan yang memang, baru setengah sadar dari pingsan.

"Elina, loe nggak nggak papa kan?," tanya Kia.

Kia khawatir memandangi sahabat nya itu.

"Iya Li, loe nggak papa kan?," sahut Anggi.

Duduk Anggi bersebelahan dengan Kia.

"Li, loe tadi pingsan dimana?," Kia mengelap keringat Elina.

"Tadi Arkana bilang, dia yang bawa loe kesini," Anggi mendudukan diri.

Anggi dan Kia sama-sama duduk di samping ranjang.

"Iya Li, tadi gue kira Arkana cuma bercanda," ucap Kia.

"Heem Li, sama gue juga," imbuh Anggi.

"Tadi emang gue ngobrol sama Arkana, cuma gue nggak tau setelah itu gimana?," jawabnya.

Elina memegangi kepala, masih berdenyut, pening'nya tidak kunjung mereda.

"Berarti habis itu, kemungkinan loe pingsan Li, dan di bawa Arkana ke UKS," kata Anggi.

Anggi menebak sembari, memainkan poni rambut.

"Mungkin," bibir Elina, belum bertenaga penuh.

"Bau loe minyak kayu putih semua," hidung Kia mengendus.

"Kelihatannya, Arkana sengaja ngelakuin itu, biar loe sadar," imbuhnya.

Kia memegangi, tangan dingin teman sekelasnya itu. Kedua tangan Elina, seperti selesai di celup es batu.

"Loe harus berterimakasih Li, sama si Arkana.. jangan jaim-jaim mulu," goda Anggi.

Anggi mengingat, kejadian waktu di toko buku, lusa.

"Puuuuukkk...,"

Elina melempar minyak kayu putih, di temukan sebelah bantal.

Tenaganya belum sepenuhnya kembali, tubuh perempuan berlesung pipi, tinggi 168 itu. sama sekali tidak membaik. Semua masih terasa lelah.

Meski sudah tersadar, sudah bangun dari pingsan. kepala Elina tetap pusing. Sementara di luar ruangan, suara pergantian jam pelajaran, sudah mulai terdengar jelas.

Kia dan Anggi mengajak balik Elina, kembali ke ruang kelas XI-IPS 1. Kedua tangan, kanan kirinya di pegangi oleh kedua sahabat Elina.

Seretan kaki, sedikit demi sedikit, terdengar pada decitan sepatu Elina. Rambut panjangnya, agak berantakan, kusut karena pingsan tadi.

Beruntung, jam kedua pelajaran tadi ternyata kosong. Hanya tugas Seni Budaya dari Bu Ria saja. Mengerjakan modul halaman 46, tertulis rapi pada papan kelas XI.

Semua sibuk masing-masing, hanya Nadhine, sengaja memandang sinis ke arah Elina. Kia menduduk kan Elina di bangku. di tempat belakang Arkana, seperti biasanya.

Tapi, Arkana tidak ada, di ruang kelas.

"Elina, loe habis pingsan ya?," tanya Naswa menghampiri.

"Iya, wajah loe pucat banget," Dinda juga mencemasi.

"Badan Elina juga masih panas, tapi tangannya dingin," Anggi memberitahu.

"Li, loe mending istirahat di UKS aja," suruh Naswa.

Naswa memegangi pundak Elina dari belakang.

"Iya Li, daripada nanti loe kenapa-napa," ucap Dinda menyetujui.

"Nggak.. nggak papa..!! gue nggak papa kok," tangan Elina menutup wajah.

"Serius ta Li, kon lagi sakit lo rek (kamu lagi sakit lo rek)," Anggi tak henti-henti nya memastikan.

Ada suara sepatu terdengar dari luar, menuju masuk ruang kelas. Membuat Anggi, Kia, Naswa dan Dinda membubarkan diri.

Benar saja, ternyata pelajaran jam ke 3, telah di mulai. mereka semua, meninggalkan bangku Elina.

Tidak berselang lama, muncul dari belakang pintu kelas guru cantik tanpa hijab membawa modul.

Tentengan tas mewah di bagian kiri, tangan Bu guru juga terlihat. Biasanya, anak-anak menyebut, dengan sebutan Miss Nilna, salah satu guru baru di SMA Negeri 28 Surabaya.

"Good morning, how are you today?," sapanya.

Suara sepatu Miss Nilna, memecah keheningan.

"Morning Miss, I'am fine," jawab kompak anak-anak.

"Baiklah, Miss akan menjelaskan modul halaman 31, silahkan kalian buka ya," Miss Nilna mengenakan kacamata.

"Oke Miss," beberapa anak-anak menjawab.

"Siapa yang hari ini tidak masuk?," buku absen ada ditangan.

"Oke, masuk semua ya," Miss Nilna menjawab sendiri.

"*Tok.. tok.. tok.. tok.."

Ketukan suara pintu kelas, mengalihkan perhatian para siswa*.

"Maaf Miss, saya habis dari toilet," ucapnya.

Murid laki-laki, tidak lain adalah Arkana, masuk ke dalam kelas.

"Ouh Arkana, Oke, masuk saja," Miss Nilna tersenyum ramah.

Terlambat masuknya Arkana, sama sekali tidak memancing perhatian Elina, melihat ke arah pemain basket kebanggaan anak-anak itu.

Mata Arkana mencuri perhatian, memandang Elina, mencari tahu. Dia melihat, Elina membuka halaman modul bergambar balok.

"Jadi, hari ini miss akan memberikan penjelasan, penggunaan kosa kata yang di perbolehkan, dan tidak," kata Miss Nilna.

Miss Nilna mulai menjelaskan.

"Pada kotak example, kalian bisa memberi stabilo atau melingkari,Kata bantu, yang bisa digunakan, maupun yang tidak," ucapnya.

Miss berjalan mengitari setiap bangku.

Guru muda itu, memperhatikan jelas. Jemari tangan para murid, menstabilo, melingkari, atau menggaris bawahi kosa kata yang di maksud.

Kaki dan sepatunya, jalan dari arah belakang menuju ke depan ruang kelas. Kembali lagi, mengecek aktivitas anak-anak.

"Setelah kalian menggaris bawahi, lihat lah pada kotak example ke dua, kata verb + ing yang bisa di gunakan, atau tidak," terangnya.

Miss Nilna berjalan lagi.

"Elina, are you oke? kenapa kepala kamu di tidurkan ke meja?," tanya Miss Nilna.

Dia melihat kondisi Elina, tidak seperti biasa. Pertanyaan Miss Nilna, berjalan di belakang Elina, mengangkat nyeri kepala yang di rasakannya.

Tubuh Elina, yang memang dari tadi tertopang di atas meja, sangat masih terasa pusing.

"Saya sedikit kurang enak badan Miss,"

"Wajah kamu pucat sekali,"

Miss Nilna menurunkan kepalanya, melihat kondisi, murid yang di tolong Arkana tadi.

"Nggak papa Miss," jawab lirih Elina.

"No.. no.. no.., kamu ini panas nya tinggi," ucap Miss Nilna mulai panik.

Miss Nilna mengecek suhu, pada dahi murid bernama Elina. Leher, dahi, semuanya panas.

"Naah kan.. ini sejak kapan?," Miss Nilna bingung.

"Tadi habis selesai olahraga Miss," jawaban keluar dari anak-anak.

"Tadi Elina sempat pingsan Miss, tapi sudah dibawa Arkana ke UKS," Anggi memberitahu.

"Serriously??," Miss Nilna kaget.

"Ini nggak bisa dibiarin ini, sebaiknya kamu pulang saja Elina," ucap guru itu.

Kekhawatiran Miss Nilna, mengambil perhatian anak-anak divdalam kelas. Mata, tangan, para murid tidak berfokus lagi, pada modul.

Mereka saling berebut, memperhatikan ke arah Elina semua, termasuk Arkana.

Suara gaduh mulai berani terdengar, ada beberapa anak berjalan, mengerumuni Elina.

Seperti halnya, Arkana juga ikut membalikkan tubuh, ke bangku tempat Elina duduk.

"Sebaiknya kamu pulang saja sayang, kamu sangat butuh istirahat,"

Ucapan Miss Nilna memerintahkan, tak tega.

Elina tak bergumam, matanya semakin sayu, sedang tangan kiri dari tadi memegangi kepala.

"Ada yang tau rumah Elina?," Miss Nilna mencari tau.

"Saya tau Miss, di perumahan Absolute palace Blok AB no 4," Kia menjawab cepat.

"Oke Kia, thank you..."

"Tapi Miss minta, jangan perempuan yang ngantar, Miss semakin takut kalau terjadi apa-apa di jalan,"

Miss Nilna menggenggam lagi, tangan dingin Elina.

"Arkana, Miss bisa minta tolong."

"Apa miss," jawab Arkana mulai resah.

"Kamu antar Elina ya..!," pintanya.

"Miss tau, kamu yang bisa mengendarai mobil di kelas ini," ucap Miss Nilna.

Dia pernah meminta tolong, membawa mobil nya ke bengkel, di bantu Arkana.

"Saya Miss..?? tapi saya nggak bawa mobil Miss, saya jarang bawa mobil,"

"Kamu bisa pakai mobil Miss Nilna, tolong kamu antar temen kamu. Kasihan Elina.., dia butuh istirahat," ucapnya.

Miss Nilna membelai lembut pundak murid tersayang nya itu.

"Baik Miss," jawab Arkana.

"Oke, ayoo anak-anak, kembali ke meja masing-masing," Miss Nilna memberi aba-aba.

"kita lanjutkan pelajaran kita lagi," aba-aba diberikan lagi.

Miss Nilna berjalan mengambil kunci mobil. Menyerahkan, dan menyuruh Arkana tidak berlama-lama lagi.

"Ini Arkana, kunci mobil Miss," beri Miss Nilna kunci.

"Terimakasih Miss Nilna," ucapnya.

Arkana di tunjuk Miss Nilna, mengantar pulang perempuan cantik, di belakang bangkunya tersebut.

Awalnya, Arkana membantu Elina. Mengemasi seragam, modul, kotak pensil, di atas meja. Semua di tutup. Mulai kotak pensil, resleting tas selempang, motif polka punya Elina.

Suasana jam ke 3 pada pukul 11.30, menambah campur aduk kondisi badan Elina. Sangat meriang, terasa pening, ditambah rasa ingin mual.

Arkana dan Elina berpamit pada Miss Nilna, mencium punggung tangan guru cantik di sekolah SMA tersebut.

"Kamu hati-hati di jalan ya Arkana."

"Iya Miss."

"Get well soon ya Elina, segera istirahat," Miss Nilna memberi senyum.

"Terima kasih miss," ucap Elina.

Mereka berdua lalu keluar kelas, menuju ke parkir, mengambil mobil di halaman sekolah. Untung saja, Arkana membawa sim mobil, masih tersimpan rapi pada dompet coklat. Ada di saku celana sekolah.

Terik matahari di luar ruangan, ternyata semakin menghujam rasa panas, membakar tubuh Arkana. Cuaca pancaroba, benar-benar terjadi, pada bulan maret ini. Sangat kurang nyaman di dalam tubuh.

"Rumah loe jauh Li..?," tanya Arkana.

Dirinya berharap, bisa memecah keheningan di antara mereka.

"Lumayan."

"Apanya perempatan jalan Mastrip Li??."

"Ya jalan mastrip itu, belok kiri."

"Ouh, terus kemana Li?," Arkana semakin mencercai banyak pertanyaan.

"Pake google maps," Lirik Elina.

Haduh.. Elina justru kesal, oleh ulah kupret neraka satu itu.

"Hehe," Arkana salah tingkah.

"Li, loe pake jaket gue dulu ya," suruhnya.

Arkana sudah sengaja membawa jaket, ke luar ruangan.

"Huum," Elina mengangguk.

"Apa gue ambilin lagi, minyak kayu putih?," Arkana menawari.

"Biar tubuh loe hangat," lanjutnya.

"Nggak, nggak usah..," tolak Elina.

"Gak papa Li, biar mendingan," Arkana masih memaksa.

"Tangan loe dingin Li, gue ambili ya," Arkana makin memaksa.

"Nggak usah Arkana, nggak mau," rengek manja Elina terdengar.

"Lagian tubuh gue udah panas semua, gara-gara tadi loe kasih minyak kayu putih kan," mulut Elina memarahi.

Arkana terasa malu, Elina di paksa terus olehnya. Tangan Arkana membantu Elina, mengenakan jaket, sebelum masuk ke mobil.

Setelah Arkana selesai membantu. Sebelum masuk ke mobil, jaket warna biru laut, kini sudah menempel.

Tubuh se mampai Elina, membuat pas, jaket yang di kenakan. Mereka berdua masuk ke mobil, hasil pinjaman dari Miss Nilna.

Giska terlihat, baru saja keluar dari pintu ruang guru. Mengambil beberapa tugas, dan dokumen anak-anak OSIS.

Dirinya tidak sengaja melihat Arkana Elina, masuk kedalam, menaiki mobil berwarna abu-abu. Keluaran terbaru, ber merk honda.

Kecemburuan Giska, langsung naik, memenuhi perasaan. Mendapati Arkana bersama wanita lain.

"Mau kemana Arkana dan perempuan itu," Giska membatin kesal.

Mobil abu-abu di kendarai Arkana, keluar melewati pagar sekolah. Mengantar Elina pulang, karena sedang tidak enak badan. Siang di hari itu, menjadi test kekebalan tubuh dari musim pancaroba tahun ini.

Terpopuler

Comments

Umi Tea

Umi Tea

suka

2020-12-13

0

Ana safriana Tarmizi

Ana safriana Tarmizi

🌹🌹🌹

2020-06-10

0

Epron Putra

Epron Putra

q ska smngt teus kak berkarya

2020-06-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!