Semenjak bertemu Arkana dan Giska, di salah satu store buku sore itu. Tidur Elina, begitu terasa tidak tenang.
Rasanya, kaki Elina ingin segera saja pergi ke sekolah.
Dia berharap, malam segera berganti shift, menjadi siang. Agar Elina, bisa bertemu Kia. Teman curhat Elina selama ini.
Keesokan paginya, Elina terlihat berangkat lebih pagi, untuk mencari Kia. Lagi-lagi, Elina harus menelan kecewa, karena Kia tidak di kelas.
Kia sedang berkumpul, di ekstrakurikuler teater. Mempersiapkan penyambutan, kepada para penilai.
Ajang Adiwiyata Mandiri, tinggal beberapa minggu lagi.
Beberapa pertanyaan, memenuhi pikiran Elina. Semakin membuatnya kesal, semakin di buatnya sendiri.
Belum lagi, Kia sang penjawab semua, semua keinginan tahuan Elina. Tak kunjung-kunjung datang.
Hingga 3, dari 4 mata pelajaran, hari ini hampir selesai.
Ternyata, masih belum menunjukkan batang hidung Kia, di dalam kelas IPS 1.
"Kia kok nggak balik-balik sih?, sampai udah mau jam terakhir," ucapnya.
Elina memandang kesal, jam tangan yang menunjukkan pukul 12.30.
"Eh muka udah kusut, kayak tumpukan setrikaan, jangan di kusut-kusutin lagi dong.,"
"Jadi makin jelek loe Li," sahut Arkana.
Dia yang sedari tadi di depan Elina.
"Urusan loe apa, ih.., sok kecakepan banget sih loe,"
"Nggak ngaca, wajah loe kayak pelepah pisang, udah di injak kambing," jawab Elina sewot.
"Tumben loe sewot banget," Arkana kaget.
"Mending, gue saranin loe kalo beli bedak, pilih yang anti aging. Biar ngebantu loe, dari penuaan dini, hahaha,"
Dia tertawa mengintip wajah Elina.
"Loe sekarang pinter banget, milih-milihin gue bedak. emang loe sejak kapan, jadi brand ambassador kecantikan?," tanya Elina.
Elina memandang Arkana kesal.
"Perasaan, dari dulu gue udah pinter. mungkin loe aja, yang kurang perhatian ke gue," di barengi Arkana tertawa.
"Loe emang pinter, kalau suruh ngakalin temen-temen lo, sama piket ngehapus papan tulis terus, setiap tahun"
Elina menyindir.
Kekesalan Elina tidak seperti biasa, jika biasanya Elina begitu bangga, bisa meng skak mat satu persatu perkataan rivalnya itu.
Hari ini seolah, Elina ingin mengatakan, bahwa sebetulnya dia kesal. Kenapa Arkana bisa jalan bareng bersama Giska.
Disadari atau tidak oleh Elina, Arkana menjadi alasan Elina tidak tenang dari tidur malamnya.
Dia tidak menyadari, laki-laki yang selama ini di bencinya, perlahan mengundang perhatian Elina.
Untuk tau lebih dalam, kisah asmara mereka.
"Oouh... loe kok tau masalah bedak sih??,"
"ya-ya pasti loe sering, nemenin pacar loe kan? makanya loe tau," ucapnya.
Telunjuk tangan Elina, menunjuk ke arah hidung Arkana.
"Apaan sih? orang gue biasa baca bedak mama gue, bedak-bedaknya orang tua,"
"Lagian kan, gue nyaraninnya juga sesuai usia loe kan?," Arkana menjauhkan muka.
"Ya kan siapa tau?? lagian loe anak mama, tapi doyannya pacaran mulu" jawab Elina.
Lagi-lagi Elina menyerepet soal pacaran.
"Eh jangan salah, gue mah doyannya sama bakso, mie ayam juga boleh, terus martabak juga oke,"
"Coba beliin gitu Li buat gue ..," pinta Arkana, menurunkan wajah di meja.
"Oogaaahh.., enak banget minta-minta bakso ke gue,"
"Kalau gak kuat beli, tuh moge (motor gede) loe, masih bisa di gadaikan" jawab Elina menahan tertawa.
"Anjaayyyyy.. loe, jiwa rentiner loe bergejolak ya," ucapan Arkana memantik tawa.
Arkana kembali memutar tubuh. di mana persiapan, jam terakhir menuju ke lab bahasa, akan sebentar lagi datang.
"Hahahahahaa...," Elina tertawa puas.
"Itu moge, modal buat beli burger di MC Donals, kalau buat beli bakso aja, sepatu loe masih bisa di gadaikan," Arkana memulai lagi.
"Nah kan, kok loe sampe ke sepatu-sepatu segala sih.., jangan-jangan loe sering, nganterin pacar loe ke Mall,"
"Buat beli sepatu ya?," Elina menebak lagi bersuudzon.
Hal itu tidak mendapati jawaban, dari Arkana. Karena Bima memanggilnya, ke arah bangku pojok kelas.
Bercanda Elina dan Arkana,menuju pada jam terakhir. Sedikit menghilangkan rasa penasaran, yang tadi membubuhi pikirannya.
Walau begitu, apa yang sudah di korek Elina, sama sekali tidak menghasilkan jawaban. Arkana tidak menjawab, rasa penasarannya.
Suasana di kelas siang itu, semakin gerah. Karena satu kipas angin di kelas mati, di tambah jam kosong pada pelajaran ke tujuh.
Semua semakin membuat anak-anak, menggeliat kesana kemari, mencari hawa dingin.
Semua murid bergegas, membereskan buku pelajaran, setelah bunyi bel di jam terakhir.
Satu persatu siswa, sudah mulai meninggalkan kelas.
Jam terakhir, di haruskan ke lab bahasa indonesia, membuat anak-anak berkemas cepat.
Mereka menuju ke lantai 2, ruang lab bahasa.
Lab bahasa, dekat ruangan perpustakaan sekolah.
Pundak Elina membawa tas Kia, ke Lab bahasa. karena Kia tak kunjung datang, mengikuti pelajaran.
Suasana siang hari, di sapu semilir angin, lewat pepohonan rindang sekolah.
Rambut Elina, berlarian menutupi wajah.
Kedua pundak, sudah membawa tas'nya dan Kia, menyusutkan tubuh tinggi badan Elina.
Kakinya pelan, menyusuri anak tangga, satu persatu.
Arkana sudah lebih dulu, masuk ke Lab Bahasa. bersama Arya, Bima, Devan dan lainnya.
Anggi juga, sudah dulu meninggalkan Elina, bersama Naswa dan Dinda.
"Hai Elina...," sapa anak laki-laki, dari dalam kelas IPA 1.
"Elina cantik...," sapa anak lagi,
Saat, Elina melewati kelas IPS 2.
Elina tidak mengetahui, siapa laki-laki yang memanggil namanya.
Nama Elina mulai dikenal, setelah dirinya berhasil menjuarai pentas teater, tingkat nasional berperan sebagai Nona Jane.
"Elina...," Kali ini sapaan lagi.
Ternyata, berasal dari Kia, yang berlari kearah Elina.
"Kia... latihan loe baru selesai ? gila, dari jam 9 tadi sampe jam setengah 1 loh Ki," katanya.
Dia mengembalikan tas Kia, melempar ke pundak wanita itu.
"Iya.., tadi Bu Endah datangnya telat, akhirnya molor deh, capek banget tau Li," keluh Kia.
"Sabar.., kemarin gue, sama temen-temen Kader Adiwiyata, juga pulang sampe hampir maghrib malah," tukas Elina.
Elina memilih, tanpa menceritakan kejadian dia dengan Arkana.
"Eh Ki, kemarin kan gue sama Anggi ke store Gramed, nahh.. loe tau Ki, gue ketemu si Arkana sama Kakak kelas yang ngomelin kita di upacara,"
"Itu Giska, Giska," bisik Elina.
Elina sangat pelan berbisik, melihat ke belakang, takut ada Nadhine.
"Hah beneran? Apa jangan-jangan mereka cuma nggak sengaja ketemu Li, soalnya kan mereka udah putus," jawab Kia.
Kia selalu update, dengan gosip terbarunya.
"Nggak.. nggak.., gue yakin nggak..," jawab Elina.
"Loe nggak tau sih Ki, gimana gelendotan'nya kakak kelas kita, ke Arkana,"
"Apa mungkin mereka sengaja nyembunyi'in hubungan mereka, dari anak-anak ya Ki..?," tanya Elina.
Dia mencoba menebak-nebak.
"Bentar bentar deh Ki, ya kan loe tau, Arkana yang suka banyak banget kan, masuk akal nggak sih? kalau mereka berdua nyembunyi'kan hubungan mereka?," tanyanya lagi.
Elina tidak memberi jeda sama sekali
"Eh iya Ki, sama tadi, Si Arkana ini kan.. dia ngatain gue, katanya gue disuruh pakai bedak yang anti aging,bbiar gue jauh dari penuaan dini"
"Kelihatannya, dia punya pacar deh Ki, nggak mungkin kan dia kalau nggak punya pacar, tau merk bedak segala" ucap Elina bising.
"Elinaaaa.... kan bisa aja dari mamahnya si Arkana sih," Jawab Kia.
"Iya Kia, tadi si Arkana juga bilang gitu, tapi gue nggak yakin deh, pasti si Arkana punya pacar Ki," tuduh Elina.
"Li, kenapa loe sekarang jadi paranoid banget sih ke Arkana?? loe nggak lebih dari adik kelas kita, yang tingkat kepo nya, persis banget kayak loe," ucap Kia.
Kia menunjuk Elina bernada kesal.
"Bukan gitu Kia, masalahnya loe nggak tau sih, gimana Arkana sama Giska?? di mall sore itu," bantah Elina.
Dia tidak terima.
Elina lalu tersadar, rasa penasaran yang begitu besar darinya, membuat Kia merasa terganggu.
Tidak ada jawaban, yang di peroleh dari Kia, memangkas rasa penasaran Elina. Yang ada, malah kekesalan Elina, bercampur rasa penasaran.
Kemudian Kia dan Elina melanjutkan perjalanan ke lantai 2 menuju Lab Bahasa Indonesia.
Anak-anak IPS kelas Elina, sudah lebih dulu masuk. Bu Umi guru bahasa, kelas mereka, sudah duduk di depan meja komputer.
Lab bahasa, di dalam ruangan, lengkap dengan LCD proyektor di Lab tersebut.
Arkana yang lagi-lagi, berada di depan Elina. Urutan bangku lab Elina, berhadapan dengannya, membuat Elina bosan.
Pelajaran siang di lab bahasa, reading berita. headphone menggantung, di kaca meja lab bahasa. sudah mulai terambil, dan dikenakan anak-anak.
Modul halaman 38, juga di siapkan masing-masing murid, di hadapan mereka.
Reading berita dimulai, dari absen Aira, Arya, Arkana, Elina, Kia, Naswa, Dinda, Nadhine dan teman-teman lainnya.
Sekali gaduh terdengar, di bagian belakang Lab, karena ulah Bima dan Devan, masih menyempatkan bercanda saat pelajaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2020-09-24
0
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
kok bisa? hihihi
2020-06-17
0
Adine indriani
semangat menulis
2020-06-17
0