16. Kehangatan Di Sore Hari

Kejadian tidak sengaja, yang terjadi pada Arkana, di dalam rumah Elina. Membuat laki-laki SMU tersebut, justru ikut tertidur pulas, disamping Elina.

Rasa lelah tubuh Arkana, terlepas di atas ranjang tidur. Setelah harus lari berkali-kali pada saat ujian pratik, membopong tubuh Elina berkali-kali juga. Semua terasa lelah di tubuhnya.

Kedua insan, yang sedang tidak sadarkan diri. Saling memburu nafas, di hidung mereka masing-masing. Segelas air hangat yang di bawa Arkana tadi, sudah menguap menjadi dingin.

Suasana ruang kamar semakin dingin, selepas suhu AC kamar yang tertutup, begitu meresap ke tulang rusuk. Hampir tidak terasa, jarum jam di kamar Elina, sudah menunjukkan pukul 14.15. Yang menandakan matahari, akan berganti senja.

Suara mobil dari luar ruangan, sama sekali tidak sampai di telinga Arkana. Tangannya masih hangat memeluk Elina, tubuh mereka masih saling berhimpitan, di atas springbed kamar tidur. Bernuansa biru.

Papa Elina baru saja selesai, menjemput istrinya mengikuti arisan bulanan, di tetangga sebelah. Terheran melihati mobil warna silver yang terparkir di depan pagar rumah.

Mama dan Papa Elina menduga jika itu, mobil salah satu teman Elina. Namun, mobil hari ini, tidak pernah di jumpai papa Elina.

"Papa, itu mobil siapa?," tanya mama Elina.

"Mobil temannya Elina kelihatannya mah," jawab nya.

"Siapa yang nganterin Elina? apa papa tadi nggak tanya, sama wali kelas Elina," tanya mama Elina.

"Tadi siapa itu? Kia? bilangnya, Elina di antar temen sekelasnya, tapi papa lupa," kata papa Elina.

"Papa itu kebiasaan deh, anak sakit mbug ya'o ta di tanyakno nang kancane.. sopo sih arek sing ngeterke anak'e iku," gerutu mama Elina.

("Papa itu kebiasaan deh, anak sakit harusnya ditanyakan ke temannya.. siapa sih anak yang mengantarkan putrinya tersebut)," omelnya.

Ia kesal dengan sifat pelupa suaminya.

"Yok opo sih papa iki? (gimana sih papa ini?)," mama Elina masih marah.

"Mene-mene pa, tanyak'o ?? sapa sing nganter cek mamah gak was-was," (lain kali pa, tanyakan ?? siapa yang nganter? biar mama gak was-was)" ucapnya.

Logat bahasa khas Surabaya terdengar jelas, sebelum mama Elina turun dari mobil, lalu membuka pagar.

"Yo papa iki manusia biasa lo mah, wajar ta nek ono lali sitik-sitik, (ya papa ini manusia biasa lo mah, wajar kan kalau ada lupa sedikit-sedikit),"

"Udah tau, anaknya tadi masuk badannya anget, nggak malah di ajak pulang.. tetap aja di masukkin," gerutu mama Elina tak henti-henti.

"Wes ma, sekarep kon, cek ngeyel'e.. (Sudah ma, terserah kamu, kok bantah aja)," jawab papa Elina.

"Lha Elina itu, masih minta masuk sendiri, katanya ujian olahraga."

Suami istri itu, saling mencari pembenaran sendiri-sendiri. Papa Elina sedikit di buat kesal istrinya. Merasa terpojokkan atas kesalahannya. Mereka berdua saling mengkhawatirkan Elina.

"Mama ini, selalu memojokkan papa."

"Siapa yang memojokkan?, orang papa masih didalam mobil, nggak di pojokan."

"Wes wes wes (sudah sudah sudah) emang dasar perempuan itu selalu benar, dan laki-laki tempatnya salah," ucapnya.

Papa Elina, melajukan mobil, masuk ke dalam garasi. Pintu pagar juga terdengar, sudah di tutup kembali mama Elina.

Mama Elina kemudian bergegas masuk, mencari ke dalam rumah, siapa yang mengantar Elina?. Pikirannya tidak tenang, setelah melihat alas kaki seperti milik laki-laki.

Sementara sepatu Elina tidak ada di luar. Membuat mama Elina, berasumsi macam-macam. Istri cantik papa Elina itu, meraih gagang pintu kamar, yang terbuka sedikit. Kamar Elina, menjadi tujuan utama mamanya.

Setelahnya, papa Elina baru masuk ke dalam rumah. Jalan kaki papa Elina santai, mencoba mengingat lagi, siapa teman Elina yang mengantar Elina itu. Semua di jelaskan teman sekelas Elina.

"Papa kesini cepetan," lambai tangan istrinya.

"Apalagi mah?."

"Lihat pa..? itu siapa ? kenapa anak kita pelukan seperti itu pa?," gigit jemari tangan mama Elina.

"Loh loh loh? sopo arek iku mah? (siapa anak itu mah?) jangan-jangan dia habis ena-ena sama anak kita?,"

"Husst.. papa mulutnya di jaga.., lagian papa kok tau bahasa ena-ena itu dari siapa?," bisik mama papa Elina di depan pintu.

"Ya itu, anak-anak di kantor, kalau ndak gitu ada bahasa gaulnya lagi.. namanya milidi papap mah,"

"Kok milidi sih pah? skidipapap itu pah!!, kalau itu mama juga tau artinya."

"Ahhh itu maksudnya papa, papa juga cuma ngikutin anak-anak di kantor," Papa Elina semakin memperhatikan laki-laki itu.

Laki-laki berkacamata, kesayangan Elina itu, masuk ke dalam kamar. Wajah Arkana yang terlalu berhimpitan dengan wajah putrinya, begitu susah di kenali jika itu adalah Arkana.

Beberapa kali, papa Elina jinjit kaki, namun tidak berhasil. Mereka melihat lagi, siapa laki-laki itu. Jangan sampai anak kesayangan mereka, terkena pergaulan bebas.

"Hemm.. hemm..," suara papa Elina mencoba membangunkan.

"Hemm.. hemm..," kali ini suaranya lebih keras.

"Yok opo sih, arek-arek iki gak tangi ma (gimana sih, anak-anak ini nggak bangun ma?)," ujar Papa Elina melirik ke samping.

"Coba sekali lagi pa,"

"Hemmm hemm.. hemmm.. hemm hem..," suara papa Elina justru bernada seperti lagu'nya Sabyan.

"Papa itu yang beneran dong," mama Elina, menampak pundak suaminya.

"Iya, itu sudah benar mamah, dari tadi kok papa salah terus sih mah?"

Suara berisik mama papa Elina di dalam kamar, mulai menyadarkan Arkana di tidur yang sedikit terjaga tadi. Matanya remang-remang membuka, samar ada perempuan, yang tetap berdiri sama. Di hadapan Arkana.

"Haaah....!!," Arkana langsung menjauhkan wajah.

Wajah yang tadi begitu dekat dari Elina, di jauhkan cepat, karena jarak mereka sangat terlalu dekat. Tidak lupa, tangan putihnya juga ditarik, dari atas pinggang yang di rangkul, selama kurang lebih 30 menit tersebut.

Pikiran Arkana parno, membayangkan lagi dan lagi, jika tiba-tiba Elina bangun langsung memaki. Arkana juga menyingkirkan, tangan putih Elina. Tidak sengaja melingkar di leher Arkana.

Laki-laki berhidung mancung tersebut, lalu mendudukkan diri di atas ranjang. Merenung beberapa menit, dengan pikiran kosong. Bola mata indah Arkana mulai melihat sekeliling ruangan, menemui pandangan.

Ia melihat, mama papa Elina berdiri di hadapan dia. Mata ngantuk Arkana, tidak saja menyihir tidur lagi. Namun menampar kerasa, jika ia sudah bangun.

"Waaaa....," Arkana terkejut.

"Hussssst....," Papa Elina menutup mulut.

"Hah Arkana??," Mama Elina kaget.

"Kamu Arkana kan?," tanya mama Elina pelan.

"Bukannya itu teman Elina, yang kita ketemu di Mall tadi malem ya mah."

"Iya pah.., itu namanya Arkana."

"Ouh iya ya.. bener mah, papa ingat," lirik papa Elina ke Arkana.

Tanpa pikir panjang, Arkana bangun, langsung jalan turun dari ranjang. Anggukan kepala laki-laki tampan itu, memastikan jika memang dia adalah Arkana.

Perasaan khawatir mama papa Elina, berubah menjadi lega. Setelah mengetahui putri cantiknya tersebut, diantar oleh Arkana.

Mereka bertiga lalu keluar kamar meninggalkan Elina, masih terbaring lemas, di atas tempat tidur. Sementara itu, jantung Arkana masih berdebaran. Menjawab semua pertanyaan kedua orang tua Elina.

Bagaimana jika nanti dirinya di anggap menjamah tubuh Elina?, bagaimana nanti dia dianggap melecehkan Elina?, padahal yang terlihat, hanya kejadian murni tidak sengaja.

"Sini Arkana, duduk dulu..," mama Elina mempersilahkan Arkana.

Mereka bertiga duduk di ruang keluarga.

"Ini om sama tante baru pulang, tadi om ke sekolah, ternyata katanya temen Elina, dia sudah pulang duluan karena sakit," kata Papa Elina.

Pria berkacamata itu, melepaskan dasi dari leher.

"Iya om, tadi Elina sempat pingsan juga di sekolah, tapi Alhamdulilah sudah membaik."

"Anak itu memang keras kepala, kayak mamahnya," bisik pelan papa Elina takut istrinya dengar.

"Tadi itu, Om sudah bilang, kalau jangan ikut ujian praktik olahraga.. tapi bilangnya nggak mau, males ikut ujian ulang sama anak kelas lain," tuturnya.

"Padahal tadi malem l, sepulang dari Mall itu, bilang badannya udah nggak enak," imbuh papa Elina.

"Kalau ndak diturutin masuk itu nangis, kalau diturutin malah sekarang om yang kena marah dari mamanya Elina," papa Elina mengeluhkan sikap putrinya.

"Hehehe gak papa om, yang penting sekarang Elina sudah istirahat," Arkana tersenyum.

"Jadi, tadi kamu yang ngantar Elina pulang?," sahut mama Elina.

Beliau baru keluar dari kamar, mengompres badan Elina.

"Iya tante, kebetulan Miss Nilna itu teman kakak saya," ucap Arkana.

"Ouh terimakasih ya Arkana, maaf ya, kalau Elina sudah sering banget merepotkan kamu," wanita cantik itu duduk di sebelah suami.

"Nggak papa tante, sesama teman, harus saling membantu."

Kehangatan diruang keluarga, yang sudah menunjukkan waktu sore hari. semakin menghangatkan kebersamaan Arkana dan mama papa Elina. Bertemunya Arkana dengan keluarga teman sekelasnya itu, menjadi moment pendekatan satu sama lain.

Disela-sela obrolan bersama calon keluarga baru di masa depan. Arkana mengambil ponsel, membuka aplikasi whatsapp . Tangannya mencari nomor kontak Fahril, kakak laki-laki Arkana. Dia khawatir Miss Nilna tidak mendapatkan tumpangan ketika pulang

"Kak Fahril, bilangin ke Miss Nilna kalau mobilnya masih ada sama gue, di rumah Elina,"

"*Gampang, Nilna tadi udah minta jemput gue"

"Ouh Syukurlah, makasih kak, kalau gitu habis gue pulang.. mobil Miss Nilna bawa aja"

"Yo'i*"

(Chatting Whatsapp Arkana dan Fahril)

Nafas Arkana memburu lega, ada Kak Fahril yang menjemput Miss Nilna. Guru cantik Arkana yang memang sedang melakukan pendekatan dengan Fahril, teman kuliah kakaknya dua tahun lalu.

"Ouh ya Arkana, Om mau tanya? kamu sudah pacaran sama anak om?, kok tadi berani peluk-peluk Elina."

"Saya Om..?? Ng-nggak Om, beneran..!! tadi itu saya nggak sengaja," mimik wajah Arkana ketakutan.

"Bener apa bener..??, tadi pelukan kalian mesra lo, kayak mau sama mau hahaaha," goda papa Elina.

"Ng-nggak Om, beneran.. tadi pas saya mau bangun, Elina malah mengigau manggil-manggil tante," tunjuk Arkana ke mama Elina.

"Beneran..?? Elina nggak nggak pernah loe manggil-manggil mama'nya."

"I-iya om, saya berani sumpah om.. Arkana beneran nggak ngapa-ngapain Elina."

"Halahhh Om tau, itu pasti akal-akalan kamu kan," papa Elina menyembunyikan senyuman.

"Nggak Om, nanti om tanya sendiri aja ke Elina, Arkana beneran nggak ngapa-ngapain Om," wajah Arkana terpojokkan.

"Kan Elina nggak sadar, kamu menang banyak ya," Telunjuk tangan papa Elina, menari-nari ke arah Arkana.

Melihat Arkana yang sangat ketakutan, dan sedih di tuduh macam-macam oleh papa Elina. Istri cantik papa Elina itu, tidak tega melihat Arkana, di goda habis oleh suaminya.

Bibir Arkana justru semakin susah menjawab pertanyaan laki-laki berkemeja biru itu. Apa yang ditakutkan Arkana, benar-benar sekarang dialami dirinya.

"Sudah ahh papa ini., godain anaknya orang aja," ucap mama Elina menyenggol pundak suaminya.

"Nggak papa Arkana, tante percaya kok sama kamu.. manggil-manggil tante itu, udah kebiasaan Elina kalau sakit, maklum anaknya manja."

"Iya tante..."

"Mama ini gimana sih? sejak kapan Elina punya kebiasaan gitu," ucap papa Elina memasang wajah tegas.

"Papaa... sudah ah.. kasihan itu Arkana, dia udah kebingungan kayak gitu.., masih aja tega digodain."

"Hahahahaha.," seketika itu, baru tawa papa Elina terdengar pecah.

"Arkana.., sebetulnya om dan tante sudah hafal kebiasaan Elina. Yaa bener yang dikatakan mama Elina, dia memang sering manggil mama'nya kalau sakit," kata papa Elina langsung melegakan hati Arkana.

"Om ini mah apa? jarang di panggil kalo Elina sakit, dipanggilnya kalau kartu kreditnya limit hahahaha."

"Hehehe nasib laki-laki ya Om," Arkana juga tertawa.

"Iya, disayang pas ada maunya aja.." Candanya.

"Jadi tadi, mungkin kamu dikira Elina, kalau itu tante, Arkana sabar ya.. kalau peluknya mintanya juga manja," imbuh mama Elina.

"Hehehe.. iya tante nggak papa."

"Ouh iya, Arkana rumahnya dimana?"

"Di Perumahan Griya puri indah tante."

"Jauh ya dari sini, ya udah biar nanti di antar papanya Elina," ucapnya.

"Iya tante," Arkana mengangguk pelan.

Sore hari yang di habiskan Arkana bertamu ke rumah Elina. Menjadikan perbincangan hangat lebih, antara Arkana dan papa Elina.

Terik matahari panas yang tadi menemani Arkana masuk kerumah itu. Sudah berubah menjadi senja di sore hari, sangat mempeseona oleh sinar jingga itu.

Terpopuler

Comments

Toshio Inge

Toshio Inge

mobil miss nya gimana ?

2021-04-28

0

dianelischaa94_

dianelischaa94_

Kan Arkana bawa mobil Miss Nilna. tapi kok mau dianter sama Papa nya Elina..

2020-11-18

1

Ms. Kepo

Ms. Kepo

lampu hijau terus thor.

2020-07-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!