Semenjak bangku percobaan UTS, di berlakukan pihak sekolah. Mengharuskan Elina, berada dibangku dekat Arkana secara terus-terusan.
Bagi Elina membawa sial untuknya. Belum genap 2 minggu, kesabaran Elina sudah dibabat habis oleh Arkana.
Ruam merah yang berada ditangan Elina, karena menarik bangku dan kursi pada waktu pulang sekolah. Hari lalu belum juga hilang.
Pada hari Sabtu ini, Elina berharap, ekstrakurikuler teater yang didaftarnya. pekan lalu, sedikit membawa kebahagiaan.
Ya.. pagi ini Elina tampak sumringah, berjalan kearah perpustakaan sekolah, melajukan kaki, berada di lantai dua bersama Kia.
Entah apa yang dibicarakan mereka, tetapi yang jelas senyum Elina tak henti-henti tergambar.
Baju seragam ekstrakurikuler, warna biru tua, terpadu rok sekolah abu abu. Membuat Elina semakin terlihat cantik.
Sepatu cat putih, hadiah dari mamanya. pagi ini juga nampak dikenakan Elina.
Beberapa anak-anak, sangat ramah melambaikan tangan kearah Elina. Ya.. ekstrakurikuler yang diikutinya, selama kurang lebih satu setengah tahun ini.
Ekskul teater, sudah mengibarkan nama Elina, pada Festival Seni Indonesia. Dia, Kia, dan Yudha secara tidak sengaja, menaruh tas bersama.
Di atas tumpukan tas anak-anak, yang sudah lebih dulu datang. Kia terhenti sebentar, ditengah tumpukan tas anak-anak, pasalnya ada tas hitam yang bagi Kia tidak asing.
Apalagi pin hitam bertulis PERBASI (Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia), semakin menambah keyakinan Kia.
"Elina coba deh lihat..!!! itu seperti tas Arkana Li," kata Kia.
Dirinya menarik baju seragam Elina dari belakang.
"Apaan sih Kia, haduuh Ki, kamu kalau kebayang-bayang Arkana, nggak usah dibawa kesini sini napa..!!! jadi bikin il fill," jawab Elina kesal.
Kia sengaja menghentikan langkahnya.
"Lagian ini itu perpustakaan..!! ingatttt.. ini perpustakaan, bukan ruang olahraga yang isinya Arkana, Arkana, dan Arkana mulu huuuhhhh..," gerutu Elina.
Wajah sumringahnya, berubah meraut wajah kesal.
"Bukan gitu Li, tapi itu ada pin Arkana lo, itu ada namanya Perbasi," bantah Kia.
Dirinya kembali berlari kearah Elina.
"Sudahlah Kia, kalau loe mau bercanda pliss.. bercanda loe nggak lucu," jawab Elina.
Dirinya membuang muka kesal.
Elina tidak mempercayai, apa yang dibicarakan Kia, semua sangat mengada-ada. murid cantik berambut panjang itu, kehilangan mood sepagi ini.
Dirinya, justru nampak lebih dulu, mengambil barisan. Dengan teman-teman baru, di teater periode tahun 2019/2020.
Dari beberapa yang Elina lihat, banyak adik kelas dan kakak kelas baru, semua mengikuti esktrakurikuler teater tahun ini.
Mungkin karena setelah teater SMA NEGERI 28 Surabaya menjuarai Festival Seni Indonesia, anak-anak mulai berminat terhadap ekskul teater ini.
Walaupun, Bu Endah dikenal sebagai pembina galak dalam teater. Namun kedisiplinan Bu Endah, dapat mengantarkan SMA N 28, menjuarai beberapa ajang bergengsi disetiap tahunnya.
Perpustakaan sekolah, nampak begitu ramai. belum lagi instruksi dari Bu Endah, membuat kelompok, semakin membuat riuh ruang perpustakaan.
Kelompok yang terdiri dari dua anak, bebas memilih, cewek maupun cowok. semakin membuat suasana pagi, lebih gemuruh daripada petir.
Meski ada Bu Endah yang terkenal galak, hal itu tidak menyurutkan semangat anak-anak baru untuk mengikuti Teater disekolah.
Elina bahagia melihat adik-adik kelasnya, kebingungan mencari pasangan kelompok.
Hal tersebut, juga pernah dirasakan oleh Elina. Saat pertama kali, mengikuti Ekstrakurikuler Teater.
"Elina, kamu sudah dapat kelompok??," tanya Yudha.
Teman kelas lain itu, menghampiri Elina.
"Maaf Yud, aku sudah sama Kia," jawab Elina.
Dirinya, menolak laki-laki yang pernah satu kelas dengannya, pada saat kelas sepuluh.
"Oke, ya udah kalau gitu," jawab laki-laki berparas menawan tersebut.
Yudha kemudian meninggalkan Elina.
Elina lalu bergegas lari, kearah Kia. Memastikan, jika Kia mau menjadi kelompoknya.
Kia juga berjalan menghampiri Elina, tapi dengan perempuan berkulit kuning langsat. Ternyata, tidak lain adalah Nirmala, sepupu Kia sendiri.
"Maaf ya Li, ini si Nirmala minta sama aku," ucap Kia merasa tidak enak.
"Kak Kia, sama aku ya-ya," rengek Nirmala.
Suara Nirmala, terdengar masih tak henti-henti.
"Ya udah gak papa Ki, kalau gitu aku cari gandengan lain dulu Ki," jawab Elina.
Dirinya meninggalkan Kia dan Nirmala, mencari lagi pasangan.
Elina kebingungan, menawari anak-anak disebelahnya, menjadi satu kelompok teater. Mana waktu tinggal sedikit lagi, teater sudah dimulai.
Belum selesai, Elina mencari kelompok. suara Bu Endah, sudah mengikstrusikan, memberikan aba-aba. Untuk bisa mengambil posisi berdiri.
Bu Endah memerintah, saling berhadapan, bersama anak kelompok masing-masing.
Sedangkan bagi yang belum mendapatkan kelompok, diminta maju kearah depan, itulah kata Bu Endah.
"Bagi yang belum mendapatkan kelompok, ayoo.. segera merapat ke Bu Endah," perintahnya berkali-kali.
Kedua kaki Elina berlari kedepan, dirinya melihat, Yudha sudah berdiri disebelah Bu Endah. Dan juga 1 anak perempuan lainnya.
Yudha tersenyum, salah tingkah memandang ke Elina. Sedangkan, betapa malunya Elina membalas senyum. Tadi sempat menolak Yudha.
"Elina kamu dengan Yudha, dan ini, Dini kamu sama Arkana ya," kata Bu Endah memerintahkan.
"Arkana??," ucap Elina.
Tangannya, mengikuti tangan kanan Bu Endah. Menunjuk laki-laki berhidung mancung, didalam kerumunan anak-anak.
Dan..???? terlihat Arkana.
Arkana berjalan menuju kearah Yudha, Elina serta Dini. Hampir semua mata tertuju ke Arkana yang santai, apalagi Dini, dia bahagia mendapati Arkana bisa satu kelompok hari ini.
Tanpa berdosa, juga rasa bersalah, Elina seolah tidak kenal siapa Arkana. kepalanya sama sekali, tidak menoleh kearah belakang, menegur teman sekelasnya tersebut.
"Oke, kalian bisa mengambil baris dengan teman-teman," perintah Bu Endah pada mereka.
"Hah..!! gitu katanya ganteng..? nyatanya nyari pasangan di dalam teater aja gak bisa**," jawab Elina.
Dirinya membatin, berjalan membersamai Yudha.
"Sebentar Yudha," ucap Bu Endah menyuruh berhenti.
"Kamu sama Dini aja ya..!! kamu dan Elina sudah lama diteater, jadi kalian bisa berbagi ilmu, sama anak baru," tutur Bu Endah.
"Tapi kan Bu, ini baru pengenalan tokoh," bantah wanita cantik itu.
"Jadi mau baru atau lama, kalau mereka sudah punya bakat. tetap juga bakalan terlihat," lanjutnya.
Entahlah, hari ini Elina berani membantah. Mencuri nyali, entah didapatnya dari mana.
"Sejak kapan, kamu beranibantah perintah Bu Endah?? kalau kamu nggak suka peraturan Bu Endah. kamu bisa keluar dari teater ini," kata Bu endah marah.
Bu Endah langsung to the point.
Elina nampak takut, tak bergumam lagi, lalu berbalik jalan, kearah belakang mengikuti Arkana. Padahal, dia memendam kesal, tak berdaya atas perintah Bu Endah.
seragam batik dikenakan Arkana, terlihat keluar berantakan, meski ikat pinggang masih tertempel, di celana panjangnya ada kotoran.
Bau wangi dari seragam Arkana, menjadi magnet bagi anak-anak perempuan. Indra penciuman mereka, aroma harum dari bajunya, terasa menyengat.
Hanya saja, hal itu tidak berpengaruh bagi Elina. Biasa, biasa saja dengan aroma parfum mahal Arkana.
Elina mengambil posisi berhadapan bersama Arkana, rambutnya basah, terkena keringat, wajah Arkana terlihat lelah.
Lagi dan lagi, Elina bertemu Arkana. semua sudah begitu pasrah. Diserahkan Eina, lembar teks dialog ke tangan laki-laki itu.
"Loe ada minum nggak Li?? gue haus banget," tanya Arkana.
"Itu...," Elina menunjuk aquarium besar di dalam perpustakaan.
"Minum sendiri," jawabnya.
Arkana terlihat menahan gerah dan haus.
"Loe yang jadi Tuan Burhan," suara Elina memerintah.
Keduanya mengamati dialog.
"Kok gue ?? harusnya loe dong, kan loe orangnya pelit, kikir, jahat, sama somboooong..," gerutu Arkana.
Mereka berdua malah saling ejek.
"Hihhh.... kupret neraka ini serius, gue yang jadi pelayannya, loe jadi Tuan Burhan," tunjuk Elina.
Dirinya memelototkan mata, menyuruh Arkana menuruti apa yang Elina mau.
"Gue juga serius..!! wajah loe pantes jadi pelayan tau, cuma kikir sama sombong loe, udah pantes jadi Tuan Burhan,"
Jawaban Arkana, membuat boomerang lagi, memilih tokoh seperti keinginan dirinya.
Elina hilang kesabaran, kaki kanan nya mendarat, menginjak keras kaki Arkana. Laki-laki yang berada didepannya.
"Aaaa.. sakit," teriak Arkana menarik kaki.
Hal itu membuat anak-anak, memandangi Arkana dan Elina, memperhatikan mereka. Namun Elina tidak ambil pusing, dirinya seolah sibuk membaca teks.
Matanya fokus, jemari Elina memegang serius kertas, tanpa memperdulikan Arkana. Padahal, mereka berdua tengah menjadi sorotan.
"Elina," Panggil Bu Endah.
Suara itu, membuat Elina gelagapan, membuat dirinya takut, dan mencari darimana suara itu.
Elina menoleh ke arah Bu Endah, guru berkacamata tersebut, memandang tidak suka ke Elina.
Jantung Elina berdesir hebat, kepalanya menunduk lagi, tak berani melawan, dengan kepalan kertas dialog yang masih dibawanya.
"Coba lihat, teman kamu bajunya berantakan, apa kamu nggak bisa ngasih tau?? bantuin dong..,"
"sebagai anak teater,yang udah lama ikut teater," lanjut Bu Endah.
Senior teater tersebut, melihat sinis ke arah Arkana.
"Iya bu maaf," jawab Elina melihat.
Elina bergegas, dia membantu Arkana merapikan bajunya. Kesal dan marah, beberapa kalimat dibisikkan ke telinga Arkana, seperti ancaman.
Ekstrakurikuler siang itu, tangan Elina masih ikut membantu Arkana. merapikan masuk, mengajak tangan simpati Elina, merapikan baju seragam temannya.
Arkana, memasukkan baju seragam bagian depan. Sementara Elina, terlihat melingkarkan tangan, ke pinggang Arkana. Membantu masuk bagian belakang seragam.
Sesekali, jarak Elina dan Arkana, sangat dekat. Hampir seperti, orang berpelukan. Sayangnya, Elina tidak menyadari hal itu.
"Mending, loe itu balik ke TK, pakai baju seragam yang bener aja, nggak bisa," Gerutu Elina.
Telinga besar Arkana, di bisik pelan.
"Ya kan, ini udah dibantuin nenek-nenek,"
"Nenek-neneknya masih SMA tapi," lanjut Arkana.
Dirinya melihat Elina, perempuan bertubuh lebih kecil, dibanding Arkana.
"Loe itu, nggak usah banyak omong, cepetan,"
"Gara gara loe, gue dimarahin Bu Endah mulu," ungkap Elina.
Selanjutnya, Elina bergerak cepat, menyilangkan tangan, memasukkan baju samping Akana, secara kasar.
"Ehh loe ini, udah operasi transgender apa Li?? jadi cewek kasar banget," gerutu Arkana.
Elina tidak menanggapi perkataan Arkana, dirinya masih gemas, geregetan dengan tingkah Arkana. Yang tidak kunjung cepat menyelesaikan pakaian.
Begitupun Arkana, teman sekelas Elina, juga kesal terhadap sikap Elina. Banyak anak memandangi mereka, menaruh iri pada Elina, yang bisa dekat dengan Arkana.
"Aduhh.. kena adek gue Li," kata Arkana.
Tubuhnya membungkuk, badan Arkana mengagetkan Elina, menaruh tangan di atas celana depan Arkana.
Ucapan Arkana, membuat mereka berdua menjadi sorotan. Anak-anak yang berada di ruangan, melihat geli, menjadi buah bibir.
Elina sangat malu, wajahnya memerah, ulah Arkana bikin malu saja. Ditariknya, tangan Elina dari baju Arkana. Wajahnya merah padam, dipermalukan.
Beberapa anak laki-laki, sudah tidak sungkan lagi, membuat riuh, berlomba-lomba untuk tertawa.
"Awas Ar, habis ini adek loe menari-nari,"
"Gara gara dipegang cewek se-cantik Elina hahaha," kata Nando menyoraki.
Arkana tidak membalas, dirinya diam. perkataan Nando, tidak di ambil pusing. Dirinya justru melirik Elina, sambil tertawa, seolah mengatakan jika sudah berhasil bohong.
"Gue tau loe boong, Awass loe," bisik Elina.
Arkana tertawa lepas, bibirnya tersenyum lebar, matanya bahkan sampai menutup.
**********************
Hari ini, menjadi hari terkesal, hari termenyebalkan bagi Elina. Sampai saat ini, dia belum tau, apa yang membuat Arkana, bisa di ekskul yang sama?? yaitu teater.
Siangnya, Kia dan Elina berjalan santai, memerintah kaki menuju, kearah kantin sekolah.
Beberapa ekskul olahraga, telihat ada yang belum selesai. Perjalanan ke kantin, Kia bergumam, tak henti -henti. Menanyakan kepada Elina, bagaimana kejelasan hal yang terjadi di ruang perpus tadi.
"Li, emang beneran, tadi kena itu'nya si Arkana?," tanya Kia.
Kia menanyai hal yang sama, ingin memperjelas, apa yang diributkan anak-anak.
"Coba lihat deh Li, anak-anak pada ngelihatin kearah loe,"
"Kelihatannya, ini gara gara kejadian tadi waktu ekskul teater deh," bisik Kia.
Elina memandang, beberapa adik kelas. kakak kelas, yang berpapasan, dan gerombolan anak, melihat sinis kearah Elina.
Sialnya, berita itu dengan cepat meluas ke seluruh sekolah. Elina hanya mengawasi, adik-adik kelasnya yang berani, memandang.
"Loe tau nggak Ki,itu cuma akal- akalan'nya si Arkana,"
"Orang gue, tadi bantuin dia benahin seragamnya, cuma bagian belakang, sama samping aja Ki," jelasnya.
Di kantin, Elina mengambil duduk, mengistirahatkan diri, pada satu kursi kantin.
"Awas aja, gue bakal kasih hukuman buat tuh kupret neraka," katanya.
Dia merengek, kesal hati, memukuli kepalanya berkali-kali.
"Ya udah sih Li, lagian kalian berdua itu, nggak ada akur-akur'nya sih," ucap Kia.
Kia mencoba, menenangkan sahabatnya.
Tangan kanan Elina, menikmati roti selai, di beli baru saja, dan teh kotak. semua berada, di depan kursi duduk kantin.
Alunan musik, genre pop yang keluar, berasal dari ponsel HP Kia. Sedikit membuat Elina, melupakan hal memalukan tadi.
Malapetaka pada Ekskul teater tahun ini, harus Elina hadapi, lagi dan lagi karena Arkana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Cute Girl
aku mampir membawa like
2021-04-29
0
Umi Tea
mantap
2020-12-12
0
IDWS
Hi Thor, aku udah mampir jangan lupa feed backnya ya di
Incredible Love
Yang mau mampir hayu boleh juga nanti aku feed back
2020-07-04
0