"Rapat sudah selesai ya. Nanti kalau ada apa-apa, bisa kabarin saya lagi ya Rania?"
"Baik pak Azka."
Aku pun meninggalkan mejaku , aku melewati seseorang di sebuah meja yang ternyata dipakai oleh salah satu teman Najma. Jangan-jangan bocah ini yang memberi tahu Najma? Tapi masa iya sih?
Aku mencoba tersenyum saat melewatinya. Benar saja, matanya langsung berbinar saat aku sudah ada di dekat mejanya.
"Pak Azka?!", panggil Aurel.
"Iya, siapa ya?", tanyaku pura-pura.
"Aurelie Pak Azka, murid bapak. Bapak ngapain ke sini? Ketemu sama calon istri ya?", tanya Aurel iseng. Belum sempat ku jawab, Bu Anita menghampiri dan menyapaku.
Seketika Aurel terbengong-bengong. Ku pastikan dia sedang shock berat.
"Pak...tadi yang pakai jilbab pink itu....?"
"Oh...itu, Tante saya! Ya sudah,saya sudah ditunggu di rumah. Permisi!"
Aku geli melihat ekspresi Aurel. Dasar bocah!
Sepeninggal Azka, Rania dan yang lain sempat melanjutkan obrolan dengan rekan kerjanya.
"Ran, lu kan deket sama pak Azka. Kok bisa sampai nggak tahu kalau bocah itu istrinya?", tanya salah seorang staf.
"Pak Azka ngerahasiain dari gue. Gue malah nyesel, pas Najma ke sini gue panggil Dek! Huahuahua....mampus gue, bini bos gue panggil Dek!", kata Rania.
"Gue lebih fokus sama plester di lehernya tau nggak."
"Ngeres aja tuh otak!", yang lain menimpali.
"Yang gue nggak habis pikir, pak Azka kan macarin emaknya eh...nikahnya malah sama anak nya. good job pak Azka hahahahah"
"Hush... hati-hati, kalau ketauan kita ngomongin tuh bos, habis riwayat kita!"
Obrolan mengghibah bosnya pun berakhir.
****
Gara-gara Najma cemburu buta, keinginan ku untuk mengulang kejadian kemarin begitu menggebu. Aku jadi merasa merindukan desahannya. Ah...dasar bocah! Aku sampai tak percaya bisa melakukan hal ini padanya.
Kuparkir mobil di depan toko. Tapi, tak kulihat Najma di sana.
"Sisi, Nana di mana?"
"Di rumah pak. Sisi yang nyuruh istirahat, biar nanti malam kuat kalau di gempur pak Azka!", bisik sisi.
"Kamu mah si, pantes aja Nana ngambek!"
"Tapi seru kan pak? Iya nggak?"
"Kamu tuh ya, hobi banget godain orang. Ya sudah, saya masuk ya?"
Aku meninggalkan toko lewat lorong penghubung rumah dan toko. Meja makan masih kosong, mungkin Nana belum makan. Sudah jam dua siang dia belum makan?
Aku langsung naik ke kamar. Nana sedang asyik mendengarkan musik sambil tengkurap. Saking asyiknya, dia tak menyadari kehadiran ku.
Usai mengganti pakaian dan bebersih, aku merebahkan diri di sampingnya. Kulingkarkan tangan dan kaki ku ke punggung nya.
"Hekkk....!", dia menoleh padaku karena terkejut.
"Azka, berat tahu! Awas ah!"
"Kamu belum makan?"
"Masih kenyang! Iih...awas, berat tau nggak sih?"
"Masa? Perasaan kalau aku naikin biasa aja nggak berat kan?"
"Apaan sih! Dibilang awas!"
"Nggak mau! Aku maunya begini!"
"Nggak lucu, awas nggak?"
"Kamu tadi cemburu sama Bu Anita? Hem....", Azka menowel hidung mungil Najma.
"Enggak. Siapa bilang?"
"Aku lah! Pasti dapet info dari temen mu itu ya? Siapa... Aurel?"
"Tau ah...!"
"Kok bisa dia ngasih tahu kamu? Emangnya dia tahu tentang pernikahan kita?"
"Nggak. Dia share ke grup. Bilang kalo kamu lagi makan sama calon istrinya!"
"Hahahahah...Aurel...Aurel.... pantesan pas saya negur, dia nya keki."
"Kamu negur dia?"
"Nggak sih, cuma pas Bu Anita lewat dibelakang ku Aurelie kaget. Ternyata perempuan berjilbab pink itu nenek-nenek hahahah!"
"Hush! Bisa nggak ketwamu di kondisikan!"
"Ya maap!"
"Udah kan ceritanya? Menyingkirlah dari punggung ku Azka!"
"Nggak mau!"
"Kenapa ?"
"Saya mau kita ...."
"Jangan mesum ya! Sebaiknya memang kamu tuh di rukyah biar otakmu nggak dipenuhi sama begituan melulu!"
"Ya nggak apa-apa lah, sama istri sendiri kok!"
"Aku capek Azka....!", rengek Najma.
"Tapi aku mau...dan aku maksa!"
Kini Azka berada kembali di atasku. Bedanya aku masih tengkurap.
"Iya, oke! Tapi awas! Aku bangun dulu!"
"Yakin? Nggak kabur?"
"Iya..iya...!"
Kini Azka turun dari punggung ku. Secepatnya aku bangkit dari kasur dan menuju ke pintu kamar. Lagi-lagi pintu sudah terkunci. Ah...sialan!
"Saya sudah mengantisipasi nya Najma!"
Azka meletakkan kunci itu di kantong boksernya.
Kenapa sih nih om-om mesum banget. Dia nggak liat waktu apa ya? Ini hampir jam dua siang?
"Kemari lah, atau...kamu mau coba sambil berdiri di belakang pintu?", azka tersenyum licik. Dengan menghentakkan kaki, kini aku yang menghampiri nya. Langsung ku duduk di pangkuan Azka.
"Kamu pikir, kamu bisa semena-mena padaku hah? Dasar om-om mesum!"
"Jangan lupa, aku ini suamimu!"
Tanpa komando, Najma yang kini bergerak agresif. Azka pun terlihat tak percaya dengan apa yang azka lihat. Bocah ini....?
Puas melum*at suaminya, dia pun bangkit.
"Sudah kan? Setelah ini jangan ganggu aku!"
Najma beranjak dari pangkuan suaminya. Sayangnya, Najma sudah membangun kan singa tidur. Azka kembali menarik tubuh mungil itu.
"Kamu pikir sudah selesai sampai disini? Justru kamu salah!"
Kini keadaan berbalik. Azka benar-benar menghajar Najma tanpa ampun. Hanya saja, sekarang Azka lebih memahami situasi. Dia tidak akan melepaskan tangan Najma untuk keduakalinya.
"Lepasin tangan ku Ka!"
"Nggak! Yang ada, ini plester bakalan nambah lagi!" Azka masih terus melanjutkan misinya.
"Enggak Ka...ah...! Nggak. Akuuuh...nggak bakal cakar kamuuh lagih!", Najma terdengar sangat terengah-engah.
"Janji?"
"Iyah!"
Dan penyatuan kembali terjadi, kini tanpa drama cakar mencakar. Lenguhan panjang , mengakhiri aktifitas mereka.
"Mandilah, setelah itu kita makan di luar. Kamu belum makan kan?"
"Iya."
Najma pun bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"Tumben nyahutnya singkat?"
Najma berbalik menatap suaminya.
"Kalau aku nyahutnya panjang, males dapet hukuman dari kamu!"
Tanpa menghiraukan suami nya lagi, Nana langsung masuk ke kamar mandi. Kurang lebih lima belas menit dia membersihkan diri didalam sana.
"Wangi banget sayang ku....", Azka hendak menyentuhnya.
"Stop! Aku sudah ambil wudlu, ga usah pegang-pegang!"
"Owh...okey...jangan lupa, abis solat doain mama papa sama bunda mu ya sayang...!?"
"Emanganya aku harus laporan dulu gitu ke kamu tiap doain mereka?"
"Katanya mau nurut, takut dapat hukuman dari aku, Hem...?"
"Udah ah sana mandi. Aku laper! Katanya mau makan di luar?"
"Iya...iya...bocah bawel...."
Azka mandi, aku sholat ashar.
Saat aku mematutkan diri di depan cermin, Azka pun keluar dari kamar mandi. Wangi shampo menusuk hidungku.
"Kamu keramas ngabisin satu botol apa gimana sih Ka? Wanginya nusuk banget tahu!"
"Hehehe...biar seger aja sayang! Ntar protesnya, aku pake baju sama solat dulu!"
Aku enggan berkomentar lagi setelah itu. Azka pun mendirikan empat rakaat nya.
"Aku tunggu di luar!"
"Iya."
Aku pun menuju toko lewat lorong. Toko tidak terlalu ramai, ada beberapa pengunjung yang sedang makan ditempat dan ada pula yang sedang memilih kue.
"Mau ke mana Na?", tegur Sisi.
"Cari makan diluar kak."
Selang berapa lama Azka menyusul di belakang ku.
Hidung kak sisi mengendus-endus.
"Dih...wangi bener tuh shampo pak Azka?", ledek sisi. Aku yakin setelah ini, keusilan kak sisi makin ngelunjak.
"Panas sisi, makanya sekalian mandi. Lagian saya mau keluar, takutnya nanti pulang malem."
"Owh...panas ya pak? Coba deh Pak Azka lihat ke luar?" tunjuk sisi. Azka dan aku pun menurut. Ternyata dari tadi gerimis, saking serunya jadi tak menyadari hujan deras baru saja usai. Azka menyunggingkan senyum terpaksa nya. Mampus kan Lo Ka!
"Udah ah, buruan aku laper!"
"Laper gegara habis bertempur kan Na?", bisik kak sisi.
"Kak sisi....!!!"
Tawa kak sisi makin meledak. Kuraih kunci mobil dari tangan Azka. Aku tinggalkan mereka yang masih saja meledekku.
"Maklum saja ya pak Azka, ya begitu lah kalau punya istri anak-anak. Harus bisa ngimbangin. Pak Azka yang ikutan seperti anak-anak, atau Najma yang ikutan dewasa kaya bapak!"
"Iya Si, ya udah. Ntar bos kecil mu makin ngambek!"
Najma membunyikan klakson mobilnya hingga memekakakan telinga yang mendengar nya.
Azka pun membuka pintu mobilnya, langsung duduk di belakang kemudi.
"Kenapa marah-marah begitu sih sayang?"
"Buruan ah, laper!"
"Jadi, kalau laper kamu kaya gini?"
"Nggak usah ngeledek. Dikira nggak capek, nggak nguras tenaga apa?"
"Cup...cup... sayang...udah jangan marah-marah dong. Oke, kita makan apa?"
"Aku mau mie Yamin yang di Cikini!"
"Oke! Berangkat!"
Mobil pun melaju cukup lancar.
"Kamu itu aneh! Di depan ku begini, apa adanya. Di depan orang lain kenapa sok cool sok kalem. Ah... ngeselin!"
"Heheheh udah nggak usah protes. Terima saya apa adanya , seperti saya menerima kamu."
Jawaban absurb! Huh...kesel amat sih punya suami kaya gini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
andi hastutty
sisi ngeledek trus 😂😂🤭😜
2024-02-13
0
Ani Suwarni
mulutnya sisi minta diplester /Joyful/
2024-01-26
0
Ani Suwarni
sudah bagus panggil mas kenapa diganti...jd Azka???? gak sopan tau.....
2024-01-26
0