Sarapan pagi yang sudah agak siang tentunya, berjalan begitu tenang. Aku dan Azka sama-sama diam menikmati hidangan yang ku buat. Azka tak seusil saat berada di kamar.
"Aku ke depan ya Ka. Nanti kalau sudah selesai, aku saja yang bereskan."
Aku pun bangkit dari kursi ku. Dia kenapa? Bukannya tadi saja dia usil setengah mati?
Kulihat toko kue ku cukup ramai. Kak sisi dan yang lain terlihat sibuk sekali. Karyawan bunda berjumlah sepuluh orang. Setiap harinya di bagi menjadi dua shift. Tapi, spesial buat kak Sisi. Dia berangkat dari pagi hingga perang. Tapi, dia pun mendapat kan haknya yang setimpal.
Aku berjalan menuju etalase dan beberapa kali bolak-balik menuju oven yang tengah memanggang kue .
"Nana bantu ya Kak sisi?", aku menawarkan bantuan.
"Dari tadi kan sudah bantuin nona bos! Lebih baik sekarang kamu duduk."
"Kenapa memangnya?"
Kak sisi mendekatiku. Membisikkan sesuatu yang membuat mataku terbelalak. Kak sisi tahu???? Kok bisa? Perasaan aku jalan seperti biasa.
Pengunjung mulai sepi, anak-anak sebagian masuk ke area dapur. Hanya aku dan kak sisi yang ada didepan.
"Dari mana kak sisi tahu?"
"Nggak usah ditanya lah Na. Kak sisi pun mengalaminya kok. Awalnya ya...begitu lah...tapi setelah itu...bikin nagih....hihihihi...."
"Iiih....kak sisi!", wajahku pasti sudah bersemu merah.
"Najma, pinjam ponsel mu!", titah Azka.
"Buat apa?"
Tangan Azka menadahkan di hadapanku. Tapi tetap saja ku berikan ponsel pintar ku padanya.
Terlihat Azka mengetik sesuatu di ponsel ku.
"Nih..!", dia menyerahkannya kembali padaku. Aku lihat aktivitas terakhir ponselku. Ternyata dia menyimpan nomor ponsel nya ke dalam ponselku. Pasangan suami istri macam apa ini? Tubuh saja sudah saling bersatu, tapi nomor ponsel saja baru diketahui sekarang?
Kak sisi memperhatikan Azka seksama. Begitu pula dengan karyawan yang lainnya. Azka yang merasa di perhatikan sebegitu nya pun merasa keki.
"Kenapa melihat saya seperti itu?", Azka mengarahkan pandangannya ke kak sisi dan karyawan lainnya.
"Apa ada yang salah dengan yang saya pakai?"
Aduh ...formal dan sopan sekali kamu Ka! Berbanding terbalik jika sedang berdua dengan ku.
"Sisi? Kenapa kamu dan yang lain melihat saya seperti ini?"
"Hem...kayanya...ada yang ganas ya pak Azka?", tanya sisi iseng.
"Ganas? Siapa?", tanya Azka pada sisi.
"Siapa lagi lah....", kak sisi melirikku. Begitu pula dengan anak-anak yang lain.
Aku yang merasa jadi tersangka menunjuk wajahku sendiri.
"Aku? Kenapa sama aku? Ganas apanya sih?", aku semakin tak mengerti. Sedangkan Azka tak merespon apapun. Hah! Dia kembali ke mode sok cool di hadapan semua orang. Tapi...mesum jika bersamaku.
"Lihat saja!", kak sisi menunjuk plester yang berada disekitar leher Azka.
"Kenapa leher pak Azka coba kalau bukan karena keganasan istrinya?", lemes sekali mulut kak sisi ini.
"Sebanyak itu pak Azka?", ledek kak sisi. Azka hanya tersenyum.
Ugghhh...kesel banget liat mukanya yang sok imut itu. Pandai sekali dia berkamuflase di hadapan kak sisi dan anak-anak. Menjatuhkan harga diriku saja.
"Mas mau ke hotel dulu, nanti kalau sempat mas makan siang di rumah. Kalau nggak ya mas makan di hotel!"
"Ya!", jawabku singkat. Dia tak tahu betapa dongkol nya perasaan ku.
"Kamu tak mau mencium tangan suami mu sebelum berangkat bekerja?", tanya Azka padaku ditengah-tengah tuduhan bahwa aku yang sudah menindas suamiku sendiri.
Aku pun meraih punggung tangannya. Mencium nya dengan takzim.
"Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam!"
Azka pun meluncur dengan mobil bunda ku. Mungkin, mobil dengan merk yang aku punya tak sebanding dengan mobil azka yang berjejer rapi di garasi mobil rumah orangtuanya.
"Gimana rasanya Hem...?", tanya Kak sisi.
"Rasa apa sih?"
"Jangan berlagak lugu. Ngaku saja! Itu leher sama lengannya pak Azka pasti begitu karena ulahmu kan?"
"Lugu apa sih? Semua nggak seperti yang kalian pikirkan!"
"Lalu?", kak sisi melipat tangannya di dada. Gayanya seperti bos yang sedang menegur bawahannya. Padahal kan aku bosnya?
"Lalu apa sih kak?"
"Semua plester di leher dan lengan pak Azka?"kak sisi mulai menguji kesabaran ku.
"Hei, kalian. Kembali lah ke dapur. Jangan nguping pembicaraan orang dewasa!", titah kak sisi yang dibuat-buat seolah ia galak.
"Katakan Nana! Kenapa leher pak Azka penuh dengan plester? Perasaan tadi pagi waktu dia minta sarapan untuk mu, belum seperti itu."
"Itu cuma plester ,kenapa dipermasalahkan?"
"Iya, kali satu atau dua biji. Nah itu?", kak sisi seperti menekan ku.
"Iya...iya ..itu ulahku kak. Puas?", bentakku. Ku jamin anak-anak yang tadi kepo pun mendengar nya.
"Wow...kak sisi nggak nyangka kamu sehebat itu membuat kissmark di segala tempat? "
"Kissmark? Kak sisi salah sangka. Bukan begitu cerita sebenarnya."
"Lalu sebenarnya?"
"Aku...aku mencakar nya kak. Nggak sengaja kak!"
"Nggak sengaja tapi sebanyak itu?"
"Ya...ya... habisnya azka melakukannya berulang-ulang.Aku...aku kan jadi geregetan sendiri kak sisi!", teriakku.
Ahhh...mulutku tak bisa dikontrol begini sih! Kupukul saja terus mulut ku yang lemes ini.
"Akhirnya... ngaku juga kan? Nggak salah dong bilang kalau kamu itu ganas? Hahahaha", kak sisi meninggalkan ku di meja depan.
Aku raih ponselku. Langsung ku tekan panggilan terakhir tadi yang ditulis dengan nama "SUAMIKU".
"Hem....!", sapa Azka di seberang sana.
" Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam! Kenapa sayang? Jangan bilang kalau kamu kangen sama aku!"
"Iiih...kamu tuh ya. Sukses tahu nggak bikin aku malu!"
"Kok aku bikin kamu malu? kenapa? Bukannya kamu yang berniat mempermalukan ku dengan plester warna pink dan gambar kartun?"
Kok Azka bisa tahu sih?
"Iiih...kamu mah! Tau ah!", langsung kumatikan panggilan telpon itu.
Sedangkan Azka yang sedang mengendarai mobilnya ke arah hotel pun tersenyum. Dia mengingat betapa lucu dan menggemaskan istri kecilnya itu. Dia pintar di akademik, tapi terlalu lugu dalam hal semacam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
andi hastutty
😂😂😂😂😂kentara lah klo plasternya warna mencolok
2024-02-13
0
Ani Suwarni
plesternya warnanya pink???ngakak woi..../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-01-26
0
🌺zahro🌺
sabar najma🤣🤣🤣
2023-12-18
0