Calon suami?

Sudah tiga hari Nana tak masuk sekolah. Acara pengajian untuk bunda memang disepakati hanya tiga hari.

Saat ini, Nana sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa dia sarapan dengan nasi goreng buatan bibik.

"Nana berangkat ya Bik."

"Iya, hati-hati ya non."

"Oh iya bik, telepon anak-anak, besok toko buka aja gak apa-apa."

"Non yakin?"

"Iya, kasian mereka kalau kelamaan libur. Nanti malam, Nana cek pembukuan toko."

"Iya non!"

Motor melaju dengan kecepatan sedang. Hah, aku harus tetap semangat bersekolah . Demi membanggakan bundaku.

"Pagi Nana..." sapa Aurel teman sebangku Nana.

"Pagi Rel."

"gimana kabar kamu, sudah lebih baik?"

"Ya, Alhamdulillah."

Tet...tet....

"Eh, masuk yuk."

"Ayok lah!", Nana menggandeng lengan sahabatnya.

"Eh, tahu nggak, ada guru baru lho katanya."

"Hem...", sahutku.

"Gitu doang?", tanya Aurel.

"Suruh gimana?"

"Payah kamu na."

Tak berapa lama, seorang guru laki-laki masuk kedalam kelas.

"Assalamualaikum." Sapa Azka.

"Walaikumsalam...", jawab anak-anak kompak.

Aku tak masih fokus menata buku ku di atas meja. Belum ku lihat siapa yang ada didepan kelas menggantikan guru lamaku.

"Selamat pagi anak-anak ,perkenalkan nama saya Azka Pradipta Maulana Suryadi. Kalian bisa panggil saya Azka. Usia saya tiga puluh tahun, status saya masih sendiri...."

"Uuuuh....", sahut anak-anak riuh.

"Na, liat tuh gurunya ganteng banget tau nggak. Masih muda ,single pula."

"Apaan sih Rel...?", tanyaku ogah-ogahan.

"Itu lihat, guru ganteng....", Aurel menunjuk pria dewasa itu didepan kelas.

Deg...! Pandangan kami saling beradu?

"Om Azka?", batinku.

Azka pun melihatku sekilas.

"Saya absen satu persatu untuk berkenalan boleh?"

"Boleh pak....", sahut anak-anak kompak.

Lalu Azka memanggil nama kami satu persatu. Tapi, nama aku dilewati begitu saja.

"Kok...Najma tidak diabsen pak?", seru Aurel. Aku menarik tangannya agar turun.

"Oh...iya, maaf mungkin mata saya kurang jeli. Najma Aksyaira Gustiawan?"

Aku mendongak kearahnya. Aduh, nih orang kenapa musti dimutasi disekolah ku. Pura-pura nggak kenal aja apa gimana ya? Ah, apes banget sih hidup ku.

"Kita mulai pelajaran hari ini."

Pelajaran dimulai, semua berjalan wajar. Tidak ada interaksi antara aku dan om Azka. Biarlah, mungkin memang sebaiknya anggap aja kami tak saling mengenal.

Akhirnya waktu pulang sekolah tiba. Aku akan buru-buru pulang untuk mengecek pembukuan toko kue bunda. Aku sudah terbiasa membantu pembukuan bunda, jadi tak ada masalah bagiku.

Aku berjalan menuju mushola sekolah. Sudah kebiasaan ku, sebelum aku pulang kerumah aku akan solat di sekolah terlebih dahulu.

Suasana sudah mulai sepi. Jam tiga sore, azan ashar sudah berkumandang. Aku pun menyiapkan diri untuk berwudhu.

Lagi-lagi ,aku beradu pandang dengan om Azka. Kenapa sih, ketemu dia mulu?

"Na...!", sapa om Azka. Aku mengangguk pelan.

Aku pun meninggalkan nya. Ternyata, aku sudah ketinggalan berjamaah dengan imam yang sebelumnya.

Terpaksa, aku berjamaah dengan diimami om Azka. Memang, bukan hanya aku yang jadi jamaah nya. Tapi, lagi-lagi mata kami kembali beradu.

Sholat ashar pun usai. Tak lupa ku panjatkan doa untuk kedua orang tuaku dan juga bunda.

****

"Nana!", panggil pak Sam.

"Iya pak," sahutku mendekati beliau.

"Ikut saya ke kantor ya. Pak kepsek juga mau ketemu kamu."

Aku mengangguk,mengekor dibelakangnya. Kulihat sudah jam tiga lewat dua puluh menit.

Aku dan pak Sam sampai di ruang kepsek.

"Sore pak." Aku menyapa pak kepsek yang sedang duduk disofanya.

"Eh, iya sore Najma, pak Sam. Silahkan duduk."

Aku dan pak Sam duduk dihadapan pak kepsek.

"Sebelum nya, saya turut berdukacita cita ya Na",ujar pak kepsek. Aku pun mengangguk seraya tersenyum kecil.

"Saya juga mau mengucapakan selamat atas kemenangan kamu di olimpiade ini. Kami sudah membanggakan sekolah kita."

"Iya pak, sama-sama. Ini juga berkat bimbingan pak Sam." Ku lirik pak Sam yang tampak duduk tenang. Seperti tak mendengar pujian dariku.

"Begini Na. Sebagai ucapan terimakasih, pihak sekolah akan memberikan bea siswa untuk kamu. Jadi, selama satu semester ini sampai ujiian kamu dibebaskan dari segala bentuk iuran sekolah. Apalagi, sekarang kamu ...maaf...yatim piatu, jadi kebijakan yah sekolah ambil seperti itu.''

Aku menarik nafas panjang. Iya, meskipun aku yatim piatu tapi insyaallah aku masih mampu membiayai sekolah dan juga hidupku.

"Bukan maksud kami mengecilkan mu ya Na. Kami tahu, kamu dari keluarga mampu. Ini, hanya kebijakan dari pihak sekolah."

"Iya pak.Saya mengerti. Saya ucapkan banyak terimakasih karena sudah memperhatikan dan peduli dengan saya."

"Sama-sama Najma.Justru kami yang harusnya sangat berterima kasih padamu."

Akhirnya, basa basi kami pun berakhir. Aku pamit undur diri kepada dua orang yang berpengaruh disekolah ini.

Aku menuju parkiran motorku. Ah...sial, ban motor ku kempes. Kenapa bisa begini? Mana udah sore. Memang nya masih ada bengkel yang buka? Aku menggaruk tengkuk ku sendiri. Tiba-tiba ada suara bariton yang ku kenal mengahampiri ku.

"Kenapa Na? Belum pulang?", tanyanya.

Aku menengok ke arah suara itu. Om Azka sudah ada dibelakang ku.

"Iya, tadi dipanggil pak kepsek."

"Oh...terus, kenapa masih berdiri disini?Sudah sore, pulang."

"Em...itu, ban motor ku kempes om. Mana ada bengkel yang masih buka."

"Oh, ya sudah. Kamu pakai saja motor saya." Om Azka menyodorkan kunci motornya.

"Hah? Nggak usah om, makasih. Nanti Nana bisa dorong ke depan, kali aja masih buka bengkelnya."

"Udah, nggak apa-apa. Kita tuker motor nya. Besok pagi, bisa kita tuker lagi.Saya juga ga bakal jual motor pemberian Anisa buat kamu."

"Bukan gitu om, saya cuma nggak enak sama om."

"Kenapa nggak enak, saya kan calon suami kamu." Azka berjongkok disamping motorku.

Apa katanya? Calon suamiku? Aku saja belum mengatakan setuju atau nggak dengan wasiat bunda. Percaya diri sekali dia mengatakannya.

"Kenapa? Kenyataannya begitu kan Na?", Om Azka memandang ku dari posisi nya yang jongkok. Sedang aku yang berdiri di sampingnya.

"Nggak usah bengong, ini... ambilah. Sebentar lagi, apa yang saya punya juga jadi punya kamu."

Aku terbengong mendengar penuturan pria dewasa ini dihadapanku.

"Ambilah, langsung pulang. Nanti malam saya juga kerumahmu. Saya tahu kalau saya tampan. Tak perlu terkesima seperti itu. Kamu saja yang tak pernah menyadarinya selama tiga tahun terakhir ini."

Ya Allah...aku nggak nyangka begini aslinya om Azka. Kok bisa-bisanya bunda menjalin hubungan dengannya selama itu? Apa karena alasan ini juga bunda selalu mengulur-ulur waktu untuk menerima pinangan om Azka?

"Sudah, nggak usah berpikir macam-macam. Bunda mu cuma mikirin masa depan mu, nggak pernah memikirkan dirinya sendiri."

Ya Allah, apa om Azka bisa membaca pikiran ku. Kalau terlalu lama berdua dengannya disini, bisa-bisa dia mengetahui semua isi pikiran ku.

"Baiklah om, ini kuncinya saya terima. Sebelumya terimakasih."

"Iya, sama-sama."

Aku pun menaiki motor om Azka, motor Nmax berwarna hitam.

"Permisi om, assalamualaikum." Kulajukan motor om Azka.

"Walaikum salam."

Azka meraih ponselnya.

"Jang, ke SMA bakti. Bawa montir sekalian. Ban motor kempes."

"......."

"Ya sudah, cepetan."

Azka menyuruh anak buah papanya untuk membawa motor Najma. Sedangkan Azka sendiri pulang menggunakannya taksi online.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

cie calon suami

2024-02-12

0

Ani Suwarni

Ani Suwarni

kok mesti nasi goreng, diganti nasi oseng gitu loh Thor atau nasi /Smile/lodeh

2024-01-25

1

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

kayaknya om azka kaya raya deh

2023-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 Najma Aksyaira Gustiawan
2 Kepergian Anisa
3 Wasiat Bunda
4 Calon suami?
5 Kesepakatan
6 Mendadak dilamar
7 Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8 Hak dan kewajiban
9 Vicky datang
10 Hari Pernikahan
11 Siap ngga siap
12 'ANU'????
13 Hotel
14 First Kiss
15 Masa lalu Azka
16 Menunaikan kewajiban
17 Sama-sama merasa korban
18 Pandai berkamuflase
19 cemburu
20 Wangi shampo
21 Uang jajan
22 Gara-gara Vicky
23 Posesif
24 Terbongkar
25 Drop Out
26 Syukur
27 The power of mama
28 Ngidam
29 Keputusan
30 Ayam bakar madu
31 Suami yang bisa di andalkan
32 Kedatangan bibik
33 Hampir keguguran
34 Manja level akut
35 Ulah Dara
36 Membaca lagi surat Anisa
37 Ujian
38 Rencana liburan
39 Menuju puncak
40 Perdebatan kecil
41 Vila puncak
42 Tahu dari bunda
43 Setuju untuk kuliah
44 Tamu tak di undang
45 Teror
46 Masih ditutupi
47 Ditodong
48 Ga profesional
49 Insiden
50 Menemukan mu
51 Keadilan bagi siapa?
52 Manja akut
53 Suamiku masih mengingat bundaku....
54 Baikan
55 Kebebasan Vicky
56 Melihat Vicky
57 Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58 Keberanian Vicky
59 Pindah ke rumah papa
60 Di rumah Papa
61 Damai
62 Gertakan Vicky
63 Gelang
64 Menghadiri Arisan
65 Ledek-meledek
66 Kecemasan bumil
67 Ikut ke hotel
68 Aurel Vicky
69 Aurel jadian
70 Salah sangka
71 Curhatan
72 Ambisi Dara
73 Gila!
74 Kontraksi palsu
75 Si utun launching
76 Baby Az
77 Di ajak pulang Mama
78 Ketakutan Aurel
79 Cerita Mama mertua
80 Aurel tertekan
81 Tak terlupakan
82 Baby sitter baru
83 Tak ada salahnya jaga-jaga
84 Aksi nekad Dara
85 Salah pilih lawan
86 Ingin ruang kerja
87 Sepemikiran
88 Kedatangan Aurel
89 mengobrol dengan aurel
90 Membatasi hubungan pertemanan
91 Aurel penurut
92 jahatnya nanggung
93 Keluar kota
94 Kejadian di hotel
95 Wisnu
96 Kebenaran
97 Hanya berusaha menyelamatkan
98 Nama Bayi
99 Meluruskan
100 Pulang
101 Kejutan
102 Eps 102
103 Permohonan Aurel
104 Mahalnya sebuah kata maaf
105 Kesempatan terakhir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Najma Aksyaira Gustiawan
2
Kepergian Anisa
3
Wasiat Bunda
4
Calon suami?
5
Kesepakatan
6
Mendadak dilamar
7
Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8
Hak dan kewajiban
9
Vicky datang
10
Hari Pernikahan
11
Siap ngga siap
12
'ANU'????
13
Hotel
14
First Kiss
15
Masa lalu Azka
16
Menunaikan kewajiban
17
Sama-sama merasa korban
18
Pandai berkamuflase
19
cemburu
20
Wangi shampo
21
Uang jajan
22
Gara-gara Vicky
23
Posesif
24
Terbongkar
25
Drop Out
26
Syukur
27
The power of mama
28
Ngidam
29
Keputusan
30
Ayam bakar madu
31
Suami yang bisa di andalkan
32
Kedatangan bibik
33
Hampir keguguran
34
Manja level akut
35
Ulah Dara
36
Membaca lagi surat Anisa
37
Ujian
38
Rencana liburan
39
Menuju puncak
40
Perdebatan kecil
41
Vila puncak
42
Tahu dari bunda
43
Setuju untuk kuliah
44
Tamu tak di undang
45
Teror
46
Masih ditutupi
47
Ditodong
48
Ga profesional
49
Insiden
50
Menemukan mu
51
Keadilan bagi siapa?
52
Manja akut
53
Suamiku masih mengingat bundaku....
54
Baikan
55
Kebebasan Vicky
56
Melihat Vicky
57
Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58
Keberanian Vicky
59
Pindah ke rumah papa
60
Di rumah Papa
61
Damai
62
Gertakan Vicky
63
Gelang
64
Menghadiri Arisan
65
Ledek-meledek
66
Kecemasan bumil
67
Ikut ke hotel
68
Aurel Vicky
69
Aurel jadian
70
Salah sangka
71
Curhatan
72
Ambisi Dara
73
Gila!
74
Kontraksi palsu
75
Si utun launching
76
Baby Az
77
Di ajak pulang Mama
78
Ketakutan Aurel
79
Cerita Mama mertua
80
Aurel tertekan
81
Tak terlupakan
82
Baby sitter baru
83
Tak ada salahnya jaga-jaga
84
Aksi nekad Dara
85
Salah pilih lawan
86
Ingin ruang kerja
87
Sepemikiran
88
Kedatangan Aurel
89
mengobrol dengan aurel
90
Membatasi hubungan pertemanan
91
Aurel penurut
92
jahatnya nanggung
93
Keluar kota
94
Kejadian di hotel
95
Wisnu
96
Kebenaran
97
Hanya berusaha menyelamatkan
98
Nama Bayi
99
Meluruskan
100
Pulang
101
Kejutan
102
Eps 102
103
Permohonan Aurel
104
Mahalnya sebuah kata maaf
105
Kesempatan terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!