Menunaikan kewajiban

Hampir jam sembilan malam, mobil mulai memasuki komplek perumahan.

"Lho? Toko udah tutup?", kataku bermonolog.

"Iya, tadi Sisi wa aku. Katanya sudah habis, jadi tutup lebih cepat. Tapi adonan buat besok pagi sudah mereka siapkan."

"Kenapa kak sisi bilang padamu, bukan ke aku?"

"Kamu lihat saja ponselmu!"

Aku mengambil ponselku di slingbag. Iya, baterai ponselku habis ternyata. Azka turun dari mobil dan membuka gerbang, lalu usai membukanya ia pun kembali melajukan mobilku.

Aku turun terlebih dahulu untuk mengunci pagar. Kak sisi biasa membawa kunci toko nya ke rumah jika kami tak ada dirumah.

Aku melenggang masuk ke dalam rumah. Langsung beranjak meninggalkan Azka yang masih berdiri di dekat mobil.

Badanku terasa lengket, kaki pun pegal bukan main. Dari ziaroh ke makam orang tua, ke hotel langsung ke rumah mertua.

Aku menyambar handuk yang ada di jemuran dekat kamar mandi. Menyegarkan badanku dengan air dingin. Aku sudah solat isya berjamaah di rumah mertuaku tadi. Jadi, usai mandi aku bisa langsung istirahat.

Aku keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk kimono dan membalut rambutku dengan handuk kecil.

Aku terkejut saat melihat Azka sedang duduk dimeja riasku.

Tanpa canggung, aku mengambil pakaian ku di lemari. Aku sudah memakai underwear di kamar mandi tadi yang memang ku sediakan disana.

Aku tahu azka memperhatikan ku. Bodo amat lah! Aku masih kesal padanya. Usai mengambil bajuku, aku kembali ke kamar mandi untuk memakai baju tidur ku.

Azka masih duduk di posisi nya yang tadi. Masih menatap gerak gerik ku. Setelah itu, barulah ia menuju kamar mandi. Tak lama, terdengar suara gemercik air dari dalam sana.

Aku bersiap untuk merebahkan diriku saat Azka keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk dari perut hingga atas lutut.

Cih...apaan sih nih om-om. Nggak malu banget apa , emang dia nggak tahu ada aku disini? Apa dia mau balas dendam padaku? Tapi tadi aku pakai handuk kiomono. Bahkan lengan panjang dan sampai menutupi sebagian kaki ku.

"Kamu mau?", tanya Azka.

"Mau? Mau apa?", tanyaku.

Azka justru tersenyum manis. Ya Allah... ternyata om Azka lebih tampan tanpa kacamata ya.

"Ya...kali aja kamu mau melakukan hak

dan kewajiban mu untukku. Aku sudah mengakui kalau aku sudah jatuh cinta padamu?"

"Iihhh.... enggak-enggak. Apaan sih!" Azka memakai kaos singlet nya. Lalu melepaskan handuknya. Aku siap berlari untuk keluar dari kamarku.

Aaaahhhh.... teriakku yang berlari menuju pintu kamarku.

Ceklek...ceklek...pintu tak bisa terbuka.

"Kamu menguncinya?"

Aku berbalik arah sambil menutup mataku dengan kedua tangan ku. Tapi , ternyata dia memakai celana pendek. Syukurlah....

"Iya. Aku takut, nanti pas lagi seru-serunya ada yang ganggu!"

"Maksud kamu apa? seru-serunya? Apanya yang seru?"

"Kita lah!", Azka merebahkan dirinya dikasur.

Aku masih mematung di dekat pintu. Jantungku mulai berpacu dengan cepat.

Azka menatapku lagi.

"Mau sampai pagi kamu disitu?", tanya Azka.

"Iya!"

"Memangnya kakimu ngga pegal seharian pergi dengan ku?"

Jujur, aku merasa pegal bahkan capek luar biasa. Kulihat jam dinding menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.

"Sini!", Azka menepuk kasur tempat ku biasa berbaring.

"Nggak, nanti kamu macam-macam padaku!"

Azak tertawa sedikit.

"Macam-macam apa sih? Kalau kamu nggak ke sini, aku akan ke situ untuk menggedongmu!"

''Iya...iya...", aku berjalan perlahan mendekati kasurku.

Dengan takut-takut aku berbaring di samping Azka. Untungnya, kasurku berukuran hampir dua meter. Jadi, setidaknya ada jarak yang bisa ku buat agar aku tak terlalu dekat dengannya.

Saat aku akan menyiapkan guling pemisah, Azka meraihnya.

"Itu...kenapa gulingnya di ambil?"

"Buat apa? Ada guling saja, kamu singkirkan. Kamu lebih nyaman memeluk guling hidup ini."

"Kamu jangan macam-macam ya Azka! Atau...atau aku teriak!", ancamku.

"Hahahahah...siapa yang mau mendengarkan teriakanmu? Paling...cuma aku, yang bisa mendengar teriakkan mu yang...."

"Apaan sih, iiiih....sana jauh-jauh!"

"Siapa yang membuat perjanjian kemarin?"

"Iya...itu...itu..."

Belum sempat ku jawab, Azka sudah mengungkung ku.

"Ka, kamu ngapain? Awas!", aku mencoba mendorong nya.

"Kamu tahu hak dan kewajiban mu kan? Apa perlu aku menelepon pak Imam?"

"Aku...aku...hanya ingin melakukan nya jika sudah ada cinta diantara kita!"

"Aku sudah jatuh cinta padamu!", bisik Azka pelan.

"Tapi aku...."

Azka mengehentikan kalimat yang akan terucap dari mulut ku. Dia begitu bersemangat melakukan nya. Melebihi yang ia lakukan di dapur mama. Aku pun kini turut terbuai. Entah sejak kapan tangan kokoh itu berhasil melucuti apa yang ku pakai. Azka begitu mempesona dimatamu kali ini. Apa kah malam ini aku harus melepaskan mahkotaku kepada orang yang belum aku cintai meski dia suamiku sendiri.

Lenguhan demi lenguhan mengiringi aktivitas kami. Tiba saatnya penyatuan tubuh kami yang membuat Azka berusaha berkali-kali.

"Ah...sakit ka....!", bisik ku sambil menjambak rambut nya.

"Maaf sayang....!", tapi seolah ucapan maafnya hanya lah sebuah kata yang keluar dari mulutnya.

Kami mengakhiri aktifitas penyatuan itu. Ada rasa nyeri di bagian inti tubuhku.

Ah...sakit sekali. Aku sudah menyerahkan hal paling berharga ku untuk azka.

"Terimakasih Na!", bisik Azka. Setelah itu, ia mengecup keningku. Kini, ia berbaring di sebelahku. Kami berbagi selimut yang sama dibawahnya.

Tangan kekarnya tak henti-hentinya mengusap pundakku yang ada dalam rengkuhan nya.

"Ka...", panggilku.

"Bagiamana kalau... setelah ini ,aku hamil?", tanyaku.

Itu yang aku pikirkan. Bagaimana tidak? Ujian tinggal empat bulan lagi bukan? Bagaimana kalau aku hamil disaat yang tidak tepat.

"Kenapa memangnya? Kamu hamil kan sama aku, suamimu?"

"Tapi...aku kan mau ujian Ka. Aku masih mau kuliah....."

"Apakah itu sebuah penghalang?"

"Tentu saja, apa kata orang jika tahu aku hamil ?"

"Jangan terlalu jauh memikirkan itu. Tidurlah!"

"Apakah setelah kamu mendapatkan hakmu ini, kamu akan melakukan nya setiap malam?", tanyaku.

"Hahahaha.....tentu saja", jawab Azka asal.

"Apa?", tanyaku terkejut.

"Aww....!", pekikku. Sakit di area intiku begitu terasa.

"Sakit ya sayang, maaf! Tapi, percayalah setelah terbiasa... tidak akan seperti ini lagi."

"Dari mana kamu tahu? Apa kamu sudah pernah mencobanya selain denganku hah?", aku mulai tersulut emosi.

"Jangan berpikir yang bukan-bukan, kamu serba pertama untuk ku Najma."

"Tau ah....!", aku tidur memunggunginya. Ada rasa ingin ke kamar mandi, tapi nyeri luar biasa membuatku enggan ke sana.

"Kamu mau ku antar ke kamar mandi? Berendam lah dengan air hangat, bisa membuatmu sedikit nyaman."

Mungkin benar juga idenya. Aku meraih selimut perlahan untuk membungkus tubuhku. Dengan berjalan tertatih, aku menuju kamar mandi. Azka berusaha membantu ku.

"Nggak usah, aku bisa sendiri! Kamu bukannya membantu, yang ada kamu bakal mengulanginya lagi", ucapku ketus.

Azka pun mundur dari belakangku.

Benar yang Azka bilang, berendam di air hangat ini cukup membuat ku nyaman. Mimpi apa aku, jam dua belas malam begini malah berendam.

Dan... ternyata...begini rasanya...

Aku tersenyum sendiri mengingat aktivitas kami tadi. Apa aku juga sudah jatuh cinta pada Azka? Sepertinya tidak mungkin, ini baru dua hari Najma....

Kenapa mudah sekali kamu tergoda melakukannya? Aku memejamkan mataku sesaat. Usai berpakaian, kulihat Azka sudah tertidur pulas di kasur kami.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

aska buka segel hahhahaalhhdulillah

2024-02-13

0

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

wah azkab sudah mengambil haknya yaa

2023-12-18

0

lihat semua
Episodes
1 Najma Aksyaira Gustiawan
2 Kepergian Anisa
3 Wasiat Bunda
4 Calon suami?
5 Kesepakatan
6 Mendadak dilamar
7 Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8 Hak dan kewajiban
9 Vicky datang
10 Hari Pernikahan
11 Siap ngga siap
12 'ANU'????
13 Hotel
14 First Kiss
15 Masa lalu Azka
16 Menunaikan kewajiban
17 Sama-sama merasa korban
18 Pandai berkamuflase
19 cemburu
20 Wangi shampo
21 Uang jajan
22 Gara-gara Vicky
23 Posesif
24 Terbongkar
25 Drop Out
26 Syukur
27 The power of mama
28 Ngidam
29 Keputusan
30 Ayam bakar madu
31 Suami yang bisa di andalkan
32 Kedatangan bibik
33 Hampir keguguran
34 Manja level akut
35 Ulah Dara
36 Membaca lagi surat Anisa
37 Ujian
38 Rencana liburan
39 Menuju puncak
40 Perdebatan kecil
41 Vila puncak
42 Tahu dari bunda
43 Setuju untuk kuliah
44 Tamu tak di undang
45 Teror
46 Masih ditutupi
47 Ditodong
48 Ga profesional
49 Insiden
50 Menemukan mu
51 Keadilan bagi siapa?
52 Manja akut
53 Suamiku masih mengingat bundaku....
54 Baikan
55 Kebebasan Vicky
56 Melihat Vicky
57 Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58 Keberanian Vicky
59 Pindah ke rumah papa
60 Di rumah Papa
61 Damai
62 Gertakan Vicky
63 Gelang
64 Menghadiri Arisan
65 Ledek-meledek
66 Kecemasan bumil
67 Ikut ke hotel
68 Aurel Vicky
69 Aurel jadian
70 Salah sangka
71 Curhatan
72 Ambisi Dara
73 Gila!
74 Kontraksi palsu
75 Si utun launching
76 Baby Az
77 Di ajak pulang Mama
78 Ketakutan Aurel
79 Cerita Mama mertua
80 Aurel tertekan
81 Tak terlupakan
82 Baby sitter baru
83 Tak ada salahnya jaga-jaga
84 Aksi nekad Dara
85 Salah pilih lawan
86 Ingin ruang kerja
87 Sepemikiran
88 Kedatangan Aurel
89 mengobrol dengan aurel
90 Membatasi hubungan pertemanan
91 Aurel penurut
92 jahatnya nanggung
93 Keluar kota
94 Kejadian di hotel
95 Wisnu
96 Kebenaran
97 Hanya berusaha menyelamatkan
98 Nama Bayi
99 Meluruskan
100 Pulang
101 Kejutan
102 Eps 102
103 Permohonan Aurel
104 Mahalnya sebuah kata maaf
105 Kesempatan terakhir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Najma Aksyaira Gustiawan
2
Kepergian Anisa
3
Wasiat Bunda
4
Calon suami?
5
Kesepakatan
6
Mendadak dilamar
7
Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8
Hak dan kewajiban
9
Vicky datang
10
Hari Pernikahan
11
Siap ngga siap
12
'ANU'????
13
Hotel
14
First Kiss
15
Masa lalu Azka
16
Menunaikan kewajiban
17
Sama-sama merasa korban
18
Pandai berkamuflase
19
cemburu
20
Wangi shampo
21
Uang jajan
22
Gara-gara Vicky
23
Posesif
24
Terbongkar
25
Drop Out
26
Syukur
27
The power of mama
28
Ngidam
29
Keputusan
30
Ayam bakar madu
31
Suami yang bisa di andalkan
32
Kedatangan bibik
33
Hampir keguguran
34
Manja level akut
35
Ulah Dara
36
Membaca lagi surat Anisa
37
Ujian
38
Rencana liburan
39
Menuju puncak
40
Perdebatan kecil
41
Vila puncak
42
Tahu dari bunda
43
Setuju untuk kuliah
44
Tamu tak di undang
45
Teror
46
Masih ditutupi
47
Ditodong
48
Ga profesional
49
Insiden
50
Menemukan mu
51
Keadilan bagi siapa?
52
Manja akut
53
Suamiku masih mengingat bundaku....
54
Baikan
55
Kebebasan Vicky
56
Melihat Vicky
57
Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58
Keberanian Vicky
59
Pindah ke rumah papa
60
Di rumah Papa
61
Damai
62
Gertakan Vicky
63
Gelang
64
Menghadiri Arisan
65
Ledek-meledek
66
Kecemasan bumil
67
Ikut ke hotel
68
Aurel Vicky
69
Aurel jadian
70
Salah sangka
71
Curhatan
72
Ambisi Dara
73
Gila!
74
Kontraksi palsu
75
Si utun launching
76
Baby Az
77
Di ajak pulang Mama
78
Ketakutan Aurel
79
Cerita Mama mertua
80
Aurel tertekan
81
Tak terlupakan
82
Baby sitter baru
83
Tak ada salahnya jaga-jaga
84
Aksi nekad Dara
85
Salah pilih lawan
86
Ingin ruang kerja
87
Sepemikiran
88
Kedatangan Aurel
89
mengobrol dengan aurel
90
Membatasi hubungan pertemanan
91
Aurel penurut
92
jahatnya nanggung
93
Keluar kota
94
Kejadian di hotel
95
Wisnu
96
Kebenaran
97
Hanya berusaha menyelamatkan
98
Nama Bayi
99
Meluruskan
100
Pulang
101
Kejutan
102
Eps 102
103
Permohonan Aurel
104
Mahalnya sebuah kata maaf
105
Kesempatan terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!