Menikahi Mantan Kekasih Ibu Tiriku

Menikahi Mantan Kekasih Ibu Tiriku

Najma Aksyaira Gustiawan

"Pagi bund!", sapa seorang gadis yang hampir berusia delapan belas tahun ke pada bundanya.

"Pagi juga sayang." Sapa seorang wanita yang sebenarnya masih pantas menjadi kakak atau Tante dari si gadis.

"Bund,bentar lagi Najma ulang tahun. Bunda udah gak mau nanya aku mau hadiah apa?", tanya Najma.

"Kamu sudah dewasa sayang, buat apa bunda nanya begitu?", tanya si bunda, Anisa.

"Hem....oke...jadi aku ga boleh minta hadiah nih?", Najma memanyunkan bibirnya.

"Hehehe kamu tuh ya kaya anak kecil aja sih. Sini deh peluk bunda. Kamu sudah dewasa lho, waktu bunda Segede kamu aja bunda sudah menikah sama papa kamu." Anisa memeluk sambil mengusap puncak kepala Najma.

"Jadi, maksud bunda aku juga harus nikah muda kaya bunda gitu?", najma berpura-pura melotot.

"Tergantung situasi." Anisa menjawab singkat.

"Ah...bunda.....", Najma semakin memeluk erat ibu tirinya tersebut.

Anisa, perempuan berusia 32 tahun, menjadi ibu tiri dari gadis berusia 17 tahun. Usia mereka terpaut tak terlalu jauh bukan?

Saat itu, Anisa masih seusia Najma. Bekerja ditoko kue Bu Aisyah,ibu kandung Najma.Sayangnya, saat usia Najma menginjak tiga tahun, Aisyah meninggal. Tapi sebelum meninggal ia berpesan agar mas Gustiawan menikah dengan Anisa. Mas Gusti sempat menolak, alasannya karena dia tak ada perasaan pada Anisa tapi juga usia Anisa yang masih sangat muda kala itu. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Gusti menikah dengan Anisa.Meskipun...pernikahan itu hanya ada diatas kertas. Gusti hanya menganggap Anisa sebagai gadis kecil yang bersedia merawat Najma. Dia tak pernah memberikan nafkah batin seperti suami pada umumnya. Gusti terlalu mencintai Aisyah.Hingga suatu hari, Gusti memberikan sebuah wasiat untuk Anisa. Semua aset dan usaha yang mereka geluti, menjadi hak Anisa dan Najma kelak setelah ia dewasa.

Ternyata, wasiat itu benar-benar wasiat yang terakhir.Gusti menyusul orang yang dicintainya,Aisyah.

Iya, Anisa menjadi ibu tiri termuda mungkin.Di usianya yang baru tujuh belas tahun ia sudah merawat balita tiga tahun dan menjalankan bisnis mendiang suaminya. Karena keulatan dan kepandaian Anisa, toko kue yang ia jalankan maju pesat sampai saat ini. Baginya, Najma adalah segala-galanya. Najma sudah menjadi bagian dari hidupnya. Meskipun Najma tidak lahir dari rahimnya, tapi kasih sayang mereka tak perlu diragukan.

"Bund.... menikah lah!", pinta Najma sambil memandang bundanya.

"Ngomong apa sih kamu!", Anisa melepaskan pelukan dari gadisnya.

"Bunda, bunda masih muda. Aku juga sudah dewasa, aku bisa jaga diriku sendiri. Sudah saatnya bunda membahagiakan diri bunda. Jangan terus-terusan memikirkan Najma Bun!", seru Najma.

"Iya, nanti lah nak."

"Memangnya om Azka belum ada niatan untuk melamar bunda?", tanya Najma penuh selidik.

"Hem? Sebenarnya sudah nak, tapi...sudah lah. Sana berangkat ke sekolah. Mau persiapan buat olimpiade matematika kan?Anak bunda pasti juara!", Anisa mengalihkan pembicaraan.

"Bunda selalu begitu tiap Najma ngobrolin tentang pernikahan."

"Udah sana. Hati-hatilah berangkat nya. Bekal nya sudah bunda siap kan di tas ya.Inget, badan kamu kecil motor kamu gede.Jangan ngebut-ngebut ya?!Bunda suka khawatir."

"Tenang aja bunda, Najma hati-hati kok. Dah bunda... assalamualaikum!".

"Walaikumsalam."

Anisa kembali merapikan meja makannya. Dia terhuyung hingga jatuh terduduk di kursi ruang makan.Pagi ini, untuk yang kesekian kalinya ia mimisan. Dia sadar,waktunya tak lama lagi. Tapi, dia tak ingin membuat putri kesayangan merasa cemas dengan kesehatannya.

"Lho, Bu...ibu mimisan lagi?", bibik mengahampiri Anisa.

"Iya bik, nggak apa-apa kok. Nanti juga sembuh sendiri. Bibik tolong bikinin teh panas aja ya."

"Ibu yakin nggak apa-apa?", tanya si bibik.

"Iya bik. Oh, iya tolong jangan bilang apa-apa sama Najma saya nggak mau kalau dia sampai khawatir sama kesehatan saya."

Si bibik yang bingung hanya mengangguk atas perintah majikannya yang baik ini.

"Ini Bu tehnya!", bibi menyerahkan teh panas itu.

"Makasih bik. Bibik boleh lanjutkan kerjaan bibi yang lain kok. Sebentar lagi saya juga mau ke depan. Seperti nya pelanggan kue sudah pada datang."

"Iya bu. Bibik permisi ke dapur dulu Bu."

Anisa menyesap tehnya perlahan. Setelah itu dia menuju ke depan, toko kue peninggalan orang tua Najma.

Saat sampai disana, Azka sudah menunggu di meja yang khusus untuk pelanggan yang akan makan ditempat. Iya, toko kue ini juga menyediakan tempat untuk pelanggan yang ingin sarapan atau sekedar ngopi.

"Mas, sejak kapan?", tanya Anisa mendekat Azka.

"Belum lama. Nis, kamu pucet banget. Habis mimisan lagi?", tanya Azka cemas melihat pujaan hatinya.

"Iyaa mas. Tapi nggak apa-apa kok."

"Kamu yakin kalau Laila mendiagnosis kamu anemia?", tanya Azka lagi.

Sejujurnya, bukan karena anemia mas. Tapi, kanker darah ini sudah terlanjur parah. Sudah terlambat untuk ditangani.Bagaimana mungkin akan jujur pada Azka apalagi Najma?

"Ya sudah, sekarang kita ke Laila!", ajak Azka.

"Nggak usah mas, kamu kan harus ngajar. Nanti kalau memang aku udah merasa nggak enak banget baru menemui Laila. Aku janji."

"Tapi aku cemas lihat keadaan kamu begini nisa."

"Nggak ada yang perlu kamu cemaskan dari aku mas. Aku baik-baik saja. Sudah sana berangkat.Malu kalau telat, bisa-bisa di katain tidak memberikan contoh yang baik buat anak didiknya."

"Iya iya ,aku berangkat nis. Kalau butuh bantuan apa-apa langsung hubungi aku.Ya sudah, aku jalan. Assalamualaikum!".

"Walaikumsalam."

Najma

Aku Najma, gadis dengan tinggi badan standar negeri Indonesia tercinta. Meskipun badanku tak terlalu tinggi bahkan cenderung pendek....tapi aku suka sekali mengendarai sepeda motor Ni\*ja pemberian bunda. Bukan pemberian, tepatnya 'memaksa' bunda untuk membelikannya untukku.

Bunda Anisa, dia yang selalu mengerti aku. Tak pernah membatasi apa pun selama itu positif. Norma-norma yang baik, akhlak ,bahkan hampir semua yang bunda bisa beliau ajarkan padaku. Sayangnya....aku tetaplah aku.Meskipun bunda sukses membuatku terbiasa dengan hijabku sejak kecil, tapi jiwa anak muda yang ingin banyak mencoba tetap menghampiri ku.

Motor besar ini, adalah hasil nodong bunda saat usiaku tujuh belas tahun.Dan bunda....tak menolak nya demi membuat ku, anak tirinya ini selalu bahagia.

"Woi.... Najma, udah ditunggu pak Samsir di ruang guru tuh,"kata seorang temanku.

"Iya, gue ke sana!", aku pun segera memarkirkan sepeda motorku lalu bergegas ke ruang guru.

"Pagi pak Sam, bapak nyari saya?", sapa ku sekaligus bertanya pada beliau.

"Iya, besok berangkat sekitar jam delapan. Jadi,sebelum jam delapan kamu harus sudah ada disini.Jangan telat ya.Ini kisi-kisi nya yang harus kamu pelajari."

"Siap pak."

Azka

Sebenernya Anisa sakit apa? Tidak mungkin hanya anemia. Laila pasti merahasiakan sesuatu dariku.

Aku sudah tiga tahun menjalin hubungan dengan Anisa. Aku dan kedua orang tuaku tak pernah mempermasalahkan statusnya. Tapi setiap kali dia diajak bicara tentang pernikahan dia selalu berkilah belum siap.

Dulu beralasan,Najma masih kecil ia takut tak bisa memberikan kasih sayang sepenuhnya untuk Najma. Sekarang, Najma sudah dewasa Anisa masih tetap dengan pendirian nya. Sebenarnya anisa kenapa?

Jalanan menuju sekolah tempat ku mengajar begitu macet. Padahal ,ini hari terakhir ku mengajar di SMA pelita bangsa. Besok, aku akan mengajar di SMA Bhakti. Tempat Najma menuntut ilmu.Meski sudah lama saling kenal,aku tak dekat dengan nya. Entah karena apa. Padahal,jika aku menikah dengan Nisa otomatis dia akan jadi anakku juga.

Lihat saja nanti seperti apa masa depan kami.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

lanjut

2024-02-12

0

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

aku mampir kesini thor sambil tunggu riang upnya,

2023-12-17

0

Sophia Aya

Sophia Aya

mampir thor

2023-05-29

1

lihat semua
Episodes
1 Najma Aksyaira Gustiawan
2 Kepergian Anisa
3 Wasiat Bunda
4 Calon suami?
5 Kesepakatan
6 Mendadak dilamar
7 Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8 Hak dan kewajiban
9 Vicky datang
10 Hari Pernikahan
11 Siap ngga siap
12 'ANU'????
13 Hotel
14 First Kiss
15 Masa lalu Azka
16 Menunaikan kewajiban
17 Sama-sama merasa korban
18 Pandai berkamuflase
19 cemburu
20 Wangi shampo
21 Uang jajan
22 Gara-gara Vicky
23 Posesif
24 Terbongkar
25 Drop Out
26 Syukur
27 The power of mama
28 Ngidam
29 Keputusan
30 Ayam bakar madu
31 Suami yang bisa di andalkan
32 Kedatangan bibik
33 Hampir keguguran
34 Manja level akut
35 Ulah Dara
36 Membaca lagi surat Anisa
37 Ujian
38 Rencana liburan
39 Menuju puncak
40 Perdebatan kecil
41 Vila puncak
42 Tahu dari bunda
43 Setuju untuk kuliah
44 Tamu tak di undang
45 Teror
46 Masih ditutupi
47 Ditodong
48 Ga profesional
49 Insiden
50 Menemukan mu
51 Keadilan bagi siapa?
52 Manja akut
53 Suamiku masih mengingat bundaku....
54 Baikan
55 Kebebasan Vicky
56 Melihat Vicky
57 Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58 Keberanian Vicky
59 Pindah ke rumah papa
60 Di rumah Papa
61 Damai
62 Gertakan Vicky
63 Gelang
64 Menghadiri Arisan
65 Ledek-meledek
66 Kecemasan bumil
67 Ikut ke hotel
68 Aurel Vicky
69 Aurel jadian
70 Salah sangka
71 Curhatan
72 Ambisi Dara
73 Gila!
74 Kontraksi palsu
75 Si utun launching
76 Baby Az
77 Di ajak pulang Mama
78 Ketakutan Aurel
79 Cerita Mama mertua
80 Aurel tertekan
81 Tak terlupakan
82 Baby sitter baru
83 Tak ada salahnya jaga-jaga
84 Aksi nekad Dara
85 Salah pilih lawan
86 Ingin ruang kerja
87 Sepemikiran
88 Kedatangan Aurel
89 mengobrol dengan aurel
90 Membatasi hubungan pertemanan
91 Aurel penurut
92 jahatnya nanggung
93 Keluar kota
94 Kejadian di hotel
95 Wisnu
96 Kebenaran
97 Hanya berusaha menyelamatkan
98 Nama Bayi
99 Meluruskan
100 Pulang
101 Kejutan
102 Eps 102
103 Permohonan Aurel
104 Mahalnya sebuah kata maaf
105 Kesempatan terakhir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Najma Aksyaira Gustiawan
2
Kepergian Anisa
3
Wasiat Bunda
4
Calon suami?
5
Kesepakatan
6
Mendadak dilamar
7
Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8
Hak dan kewajiban
9
Vicky datang
10
Hari Pernikahan
11
Siap ngga siap
12
'ANU'????
13
Hotel
14
First Kiss
15
Masa lalu Azka
16
Menunaikan kewajiban
17
Sama-sama merasa korban
18
Pandai berkamuflase
19
cemburu
20
Wangi shampo
21
Uang jajan
22
Gara-gara Vicky
23
Posesif
24
Terbongkar
25
Drop Out
26
Syukur
27
The power of mama
28
Ngidam
29
Keputusan
30
Ayam bakar madu
31
Suami yang bisa di andalkan
32
Kedatangan bibik
33
Hampir keguguran
34
Manja level akut
35
Ulah Dara
36
Membaca lagi surat Anisa
37
Ujian
38
Rencana liburan
39
Menuju puncak
40
Perdebatan kecil
41
Vila puncak
42
Tahu dari bunda
43
Setuju untuk kuliah
44
Tamu tak di undang
45
Teror
46
Masih ditutupi
47
Ditodong
48
Ga profesional
49
Insiden
50
Menemukan mu
51
Keadilan bagi siapa?
52
Manja akut
53
Suamiku masih mengingat bundaku....
54
Baikan
55
Kebebasan Vicky
56
Melihat Vicky
57
Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58
Keberanian Vicky
59
Pindah ke rumah papa
60
Di rumah Papa
61
Damai
62
Gertakan Vicky
63
Gelang
64
Menghadiri Arisan
65
Ledek-meledek
66
Kecemasan bumil
67
Ikut ke hotel
68
Aurel Vicky
69
Aurel jadian
70
Salah sangka
71
Curhatan
72
Ambisi Dara
73
Gila!
74
Kontraksi palsu
75
Si utun launching
76
Baby Az
77
Di ajak pulang Mama
78
Ketakutan Aurel
79
Cerita Mama mertua
80
Aurel tertekan
81
Tak terlupakan
82
Baby sitter baru
83
Tak ada salahnya jaga-jaga
84
Aksi nekad Dara
85
Salah pilih lawan
86
Ingin ruang kerja
87
Sepemikiran
88
Kedatangan Aurel
89
mengobrol dengan aurel
90
Membatasi hubungan pertemanan
91
Aurel penurut
92
jahatnya nanggung
93
Keluar kota
94
Kejadian di hotel
95
Wisnu
96
Kebenaran
97
Hanya berusaha menyelamatkan
98
Nama Bayi
99
Meluruskan
100
Pulang
101
Kejutan
102
Eps 102
103
Permohonan Aurel
104
Mahalnya sebuah kata maaf
105
Kesempatan terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!