Menikahi Mantan Kekasih Ibu Tiriku
"Pagi bund!", sapa seorang gadis yang hampir berusia delapan belas tahun ke pada bundanya.
"Pagi juga sayang." Sapa seorang wanita yang sebenarnya masih pantas menjadi kakak atau Tante dari si gadis.
"Bund,bentar lagi Najma ulang tahun. Bunda udah gak mau nanya aku mau hadiah apa?", tanya Najma.
"Kamu sudah dewasa sayang, buat apa bunda nanya begitu?", tanya si bunda, Anisa.
"Hem....oke...jadi aku ga boleh minta hadiah nih?", Najma memanyunkan bibirnya.
"Hehehe kamu tuh ya kaya anak kecil aja sih. Sini deh peluk bunda. Kamu sudah dewasa lho, waktu bunda Segede kamu aja bunda sudah menikah sama papa kamu." Anisa memeluk sambil mengusap puncak kepala Najma.
"Jadi, maksud bunda aku juga harus nikah muda kaya bunda gitu?", najma berpura-pura melotot.
"Tergantung situasi." Anisa menjawab singkat.
"Ah...bunda.....", Najma semakin memeluk erat ibu tirinya tersebut.
Anisa, perempuan berusia 32 tahun, menjadi ibu tiri dari gadis berusia 17 tahun. Usia mereka terpaut tak terlalu jauh bukan?
Saat itu, Anisa masih seusia Najma. Bekerja ditoko kue Bu Aisyah,ibu kandung Najma.Sayangnya, saat usia Najma menginjak tiga tahun, Aisyah meninggal. Tapi sebelum meninggal ia berpesan agar mas Gustiawan menikah dengan Anisa. Mas Gusti sempat menolak, alasannya karena dia tak ada perasaan pada Anisa tapi juga usia Anisa yang masih sangat muda kala itu. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Gusti menikah dengan Anisa.Meskipun...pernikahan itu hanya ada diatas kertas. Gusti hanya menganggap Anisa sebagai gadis kecil yang bersedia merawat Najma. Dia tak pernah memberikan nafkah batin seperti suami pada umumnya. Gusti terlalu mencintai Aisyah.Hingga suatu hari, Gusti memberikan sebuah wasiat untuk Anisa. Semua aset dan usaha yang mereka geluti, menjadi hak Anisa dan Najma kelak setelah ia dewasa.
Ternyata, wasiat itu benar-benar wasiat yang terakhir.Gusti menyusul orang yang dicintainya,Aisyah.
Iya, Anisa menjadi ibu tiri termuda mungkin.Di usianya yang baru tujuh belas tahun ia sudah merawat balita tiga tahun dan menjalankan bisnis mendiang suaminya. Karena keulatan dan kepandaian Anisa, toko kue yang ia jalankan maju pesat sampai saat ini. Baginya, Najma adalah segala-galanya. Najma sudah menjadi bagian dari hidupnya. Meskipun Najma tidak lahir dari rahimnya, tapi kasih sayang mereka tak perlu diragukan.
"Bund.... menikah lah!", pinta Najma sambil memandang bundanya.
"Ngomong apa sih kamu!", Anisa melepaskan pelukan dari gadisnya.
"Bunda, bunda masih muda. Aku juga sudah dewasa, aku bisa jaga diriku sendiri. Sudah saatnya bunda membahagiakan diri bunda. Jangan terus-terusan memikirkan Najma Bun!", seru Najma.
"Iya, nanti lah nak."
"Memangnya om Azka belum ada niatan untuk melamar bunda?", tanya Najma penuh selidik.
"Hem? Sebenarnya sudah nak, tapi...sudah lah. Sana berangkat ke sekolah. Mau persiapan buat olimpiade matematika kan?Anak bunda pasti juara!", Anisa mengalihkan pembicaraan.
"Bunda selalu begitu tiap Najma ngobrolin tentang pernikahan."
"Udah sana. Hati-hatilah berangkat nya. Bekal nya sudah bunda siap kan di tas ya.Inget, badan kamu kecil motor kamu gede.Jangan ngebut-ngebut ya?!Bunda suka khawatir."
"Tenang aja bunda, Najma hati-hati kok. Dah bunda... assalamualaikum!".
"Walaikumsalam."
Anisa kembali merapikan meja makannya. Dia terhuyung hingga jatuh terduduk di kursi ruang makan.Pagi ini, untuk yang kesekian kalinya ia mimisan. Dia sadar,waktunya tak lama lagi. Tapi, dia tak ingin membuat putri kesayangan merasa cemas dengan kesehatannya.
"Lho, Bu...ibu mimisan lagi?", bibik mengahampiri Anisa.
"Iya bik, nggak apa-apa kok. Nanti juga sembuh sendiri. Bibik tolong bikinin teh panas aja ya."
"Ibu yakin nggak apa-apa?", tanya si bibik.
"Iya bik. Oh, iya tolong jangan bilang apa-apa sama Najma saya nggak mau kalau dia sampai khawatir sama kesehatan saya."
Si bibik yang bingung hanya mengangguk atas perintah majikannya yang baik ini.
"Ini Bu tehnya!", bibi menyerahkan teh panas itu.
"Makasih bik. Bibik boleh lanjutkan kerjaan bibi yang lain kok. Sebentar lagi saya juga mau ke depan. Seperti nya pelanggan kue sudah pada datang."
"Iya bu. Bibik permisi ke dapur dulu Bu."
Anisa menyesap tehnya perlahan. Setelah itu dia menuju ke depan, toko kue peninggalan orang tua Najma.
Saat sampai disana, Azka sudah menunggu di meja yang khusus untuk pelanggan yang akan makan ditempat. Iya, toko kue ini juga menyediakan tempat untuk pelanggan yang ingin sarapan atau sekedar ngopi.
"Mas, sejak kapan?", tanya Anisa mendekat Azka.
"Belum lama. Nis, kamu pucet banget. Habis mimisan lagi?", tanya Azka cemas melihat pujaan hatinya.
"Iyaa mas. Tapi nggak apa-apa kok."
"Kamu yakin kalau Laila mendiagnosis kamu anemia?", tanya Azka lagi.
Sejujurnya, bukan karena anemia mas. Tapi, kanker darah ini sudah terlanjur parah. Sudah terlambat untuk ditangani.Bagaimana mungkin akan jujur pada Azka apalagi Najma?
"Ya sudah, sekarang kita ke Laila!", ajak Azka.
"Nggak usah mas, kamu kan harus ngajar. Nanti kalau memang aku udah merasa nggak enak banget baru menemui Laila. Aku janji."
"Tapi aku cemas lihat keadaan kamu begini nisa."
"Nggak ada yang perlu kamu cemaskan dari aku mas. Aku baik-baik saja. Sudah sana berangkat.Malu kalau telat, bisa-bisa di katain tidak memberikan contoh yang baik buat anak didiknya."
"Iya iya ,aku berangkat nis. Kalau butuh bantuan apa-apa langsung hubungi aku.Ya sudah, aku jalan. Assalamualaikum!".
"Walaikumsalam."
Najma
Aku Najma, gadis dengan tinggi badan standar negeri Indonesia tercinta. Meskipun badanku tak terlalu tinggi bahkan cenderung pendek....tapi aku suka sekali mengendarai sepeda motor Ni\*ja pemberian bunda. Bukan pemberian, tepatnya 'memaksa' bunda untuk membelikannya untukku.
Bunda Anisa, dia yang selalu mengerti aku. Tak pernah membatasi apa pun selama itu positif. Norma-norma yang baik, akhlak ,bahkan hampir semua yang bunda bisa beliau ajarkan padaku. Sayangnya....aku tetaplah aku.Meskipun bunda sukses membuatku terbiasa dengan hijabku sejak kecil, tapi jiwa anak muda yang ingin banyak mencoba tetap menghampiri ku.
Motor besar ini, adalah hasil nodong bunda saat usiaku tujuh belas tahun.Dan bunda....tak menolak nya demi membuat ku, anak tirinya ini selalu bahagia.
"Woi.... Najma, udah ditunggu pak Samsir di ruang guru tuh,"kata seorang temanku.
"Iya, gue ke sana!", aku pun segera memarkirkan sepeda motorku lalu bergegas ke ruang guru.
"Pagi pak Sam, bapak nyari saya?", sapa ku sekaligus bertanya pada beliau.
"Iya, besok berangkat sekitar jam delapan. Jadi,sebelum jam delapan kamu harus sudah ada disini.Jangan telat ya.Ini kisi-kisi nya yang harus kamu pelajari."
"Siap pak."
Azka
Sebenernya Anisa sakit apa? Tidak mungkin hanya anemia. Laila pasti merahasiakan sesuatu dariku.
Aku sudah tiga tahun menjalin hubungan dengan Anisa. Aku dan kedua orang tuaku tak pernah mempermasalahkan statusnya. Tapi setiap kali dia diajak bicara tentang pernikahan dia selalu berkilah belum siap.
Dulu beralasan,Najma masih kecil ia takut tak bisa memberikan kasih sayang sepenuhnya untuk Najma. Sekarang, Najma sudah dewasa Anisa masih tetap dengan pendirian nya. Sebenarnya anisa kenapa?
Jalanan menuju sekolah tempat ku mengajar begitu macet. Padahal ,ini hari terakhir ku mengajar di SMA pelita bangsa. Besok, aku akan mengajar di SMA Bhakti. Tempat Najma menuntut ilmu.Meski sudah lama saling kenal,aku tak dekat dengan nya. Entah karena apa. Padahal,jika aku menikah dengan Nisa otomatis dia akan jadi anakku juga.
Lihat saja nanti seperti apa masa depan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
andi hastutty
lanjut
2024-02-12
0
🌺zahro🌺
aku mampir kesini thor sambil tunggu riang upnya,
2023-12-17
0
Sophia Aya
mampir thor
2023-05-29
1