Kepergian Anisa

Aku harus bangun pagi-pagi agar tak terlambat ke sekolah. Tapi nyatanya, setelah subuh tadi aku justru tertidur lagi gara-gara mempersiapkan diri untuk ikut olimpiade ini. Ini cita-cita ku, aku harus berhasil. Aku ingin membuat bunda bangga padaku.

Aku menuruni tangga menuju kamar bunda dibawah.

"Eh ,non sudah siap-siap berangkat?", tanya bibik padaku.

"Iya bik. Eh, bunda mana bik? Di depan?"

"Masih dikamar non, kayanya tadi pagi habis subuh tadarusan terus ketiduran deh. Kalo nggak, pasti ibu sudah duduk dimeja makan.Mungkin, doain Non Nana biar menang olimpiade nya nanti."

"Aamiin...iya mungkin bik. Ya sudah, nanti bibik anterin aja ya sarapan bunda. Aku nggak tega bangunin bunda. Salam aja ya buat bunda, bilang doa bunda pasti diijabah sama Allah."

"Iya non, semoga sukses ya. Aamiin."

"Nana berangkat ya bik, assalamualaikum."

"Walaikumsalam. Hati-hati non."

Aku pun mengacungkan jempolku. Hari ini, nggak ada bekal dari bunda. Tapi tak apa lah, aku bisa sarapan di kantin. Ah...Na...kapan sih kamu nggak bergantung sama bunda? Aku bertanya pada diriku sendiri.

Ku lajukan motor gedeku melewati toko kue yang tepat berada disamping pintu gerbang rumahku. Kulihat om Azka sedang menikmati sarapannya di meja. Meskipun dia sudah lama menjadi kekasih bunda, aku tak terlalu akrab dengannya. Aku hanya mengangguk kan kepalaku saat mata kami saling beradu.

Motor kesayangan ku sudah mendarat tepat di parkiran sekolah.

"Na,sudah siap?", tanya pak Samsir.

"Sudah pak,tapi saya mau sarapan dulu. Masih keburu nggak?"

Pak Samsir melirik jam tangannya.

"Oke,masih sempat. Tapi jangan lama-lama, sepuluh menit bisa ya?"

"Siap pak!"

Aku pun bergegas menuju kantin, sedangkan teman ku yang sama-sama mewakili sekolah ku sudah siap di bus sekolah kami.

"Bu Tuti, teh manis hangat sama nasi uduk telor. Gak pake lama ya!"

"Siap neng!"

Bu Tuti cekatan sekali melayaniku.Aku pun lahap memakan sarapan ku, biasanya bunda sudah menyiapkan di tas gendong ku. Tapi ,hari ini mungkin bunda terlalu fokus mendoakan aku, anak tirinya yang selama ini merepotkan hidupnya. Beruntung sekali aku memiliki bunda.

"Lho, pak Azka di sini?", sapa bibik.

"Iya bik, sarapan. Anisa mana?"

"Masih dikamar pak."

"Nisa sakit?",tanya Azka cemas.

"Kurang tahu, mungkin begitu pak.Ini saya mau antar sarapan buat ibu."

"Oh, ya sudah."

Bibik pun meninggalkan toko kue lalu menuju kamar Anisa.

Tok...tok...

"Bu, ini bibik. Boleh masuk ya?"

Tidak ada sahutan apa pun ,bibik pun masuk kedalam kamar majikannya. Ia meletakkan makanannya di atas nakas. Terlihat Anisa menyandarkan kepalanya ke bibir ranjang. Ditangan kirinya terlihat tasbih masih menggantung, dan di pangkuannya ada kitab suci Al-Qur'an.

"Bu, ibu sarapan dulu ya. Ini bibik sudah bawakan."

Bibik menepuk bahu Anisa sebentar. Mengguncang sedikit tubuh Anisa, sayangnya tiba-tiba tubuh Anisa merosot vdari bibir kasur.

"Ya Allah Bu, Bu nisa!", panggil bibik. Dia melihat ada darah dari hidungnya.Bibik membenarkan posisi duduk Anisa sebentar. Lalu bibik lari kedepan.

"Tolong...tolong...Bu nisa tolong." Teriak bibik ke karyawan Nisa. Azka yang tadinya sudah duduk dimotor pun bergegas turun dari motornya.

''Anisa kenapa bik?", tanya Azka. Tanpa menunggu jawaban bibik, Azka berlari menuju rumah induk lewat sebuah lorong yang menghubungkan rumah dan toko.

Azka menuju kamar Anisa. Ia meraba pergelangan tangannya, detak jantungnya begitu lemah. Pikiran Aziz sudah mulai tak beraturan.

"Bik, dimana kunci mobil? Saya mau bawa Anisa ke rumah sakit."

"Iya pak Azka, saya cari sebentar." Bibik pun berlari meninggalkan kamar Anisa.

"Nisa, sayang....kamu baik-baik saja kan. Kita kerumah sakit sekarang! Bibik, sudah ketemu belum kuncinya?"Azka pun berteriak dirumah kekasihnya itu.

"Iiii....ni pak Azka." Bibik menyerahkan kunci mobil milik Anisa.Azka membopong tubuh Anisa yang masih mengenakan mukenah.Dia sedikit berlari membawa nisa ke dalam mobil.

"Ya Allah Bu nisa." Bibik menangis begitu pula beberapa karyawan Nisa.

"Bik, tolong jaga rumah sama toko ya!Saya minta maaf bukan maksud saya memerintahkan kalian."

"Iya pak, kami paham. Semoga ibu nggak papa ya pak Azka." Bibik mulai terisak.

Mobil meluncur begitu cepat. Suara klakson bersahutan memperingatkan laju mobil Azka yang kelewat batas. Akhirnya mobil masuk ke area rumah sakit.

"Sus, tolong sus....!", Azka berteriak memanggil suster jaga. Dan setelah itu,Anisa dibawa ke ruang IGD.

Azka menelpon sahabatnya ,Laila yang juga dokter dari Anisa.

"Ya pak guru!", sapa Laila .

"La, Nisa La."

"Iya, Anisa kenapa Ka?"

"Nisa di IGD ,Lo lagi tugas nggak? Gue dirumah sakit Lo."

"Oke, gue ke IGD sekarang. Tunggu gue!"

Laila berlari dari ruangan nya menuju IGD. Dia paham sekali apa yang terjadi dengan Annisa. Azka mondar-mandir di depan pintu IGD.

"Ka!", panggil Laila.

"Tolong Anisa ,La."

"Oke, gue kedalam. Lo, tenang jangan bikin panik gue." Laila pun masuk ke ruang IGD.

Azka yang cemas sampai tak tahu harus berbuat apa.Lama sekali mereka memeriksa Anisa. Bermenit-menit telah berlalu, akhirnya Laila keluar dari ruangan yang membuat orang awam spot jantung.

"La, gimana la? Nisa gimana keadaan nya?"

Laila menunduk ,dia menangis sesenggukan.

"La, Lo kenapa nangis? Anisa nggak apa-apa kan?" Azka mengguncang tubuh sahabatnya. Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Laila, Azka pun masuk ke dalam ruang IGD.

Di shock dengan kenyataan yang dia hadapi. Badannya luruh seketika.

"Anisa.....!", panggil Azka sambil mengguncang tubuh kekasihnya itu.

"Sayang, bangun sayang!", Azka masih menangis,dia tidak rela Anisa pergi secepat ini.

Laila mengahampiri Azka, menepuk pundak sahabat nya. Dia sendiri tak sanggup melihat keadaan kedua sahabatnya.

Azka memeluk erat Laila, dia menumpahkan semua air matanya di pundak sahabatnya itu.

"Sabar Ka, Anisa sudah tenang disana. Dia sudah nggak merasakan sakit lagi Ka."

Laila mencoba menenangkan Azka. Seketika Azka menatap nanar mata Laila.

"Memangnya Anisa sakit apa? Apa yang kalian sembunyikan dari ku La?! Jawab!"

"Nisa, menderita kanker darah stadium akhir Ka.Tapi,dia sengaja merahasiakan itu dari Lo dan Nana.Nisa nggak mau Lo berdua mencemaskan dirinya. Gue udah sering bilang ke dia, biar dia dirawat paling tidak kemoterapi. Tapi, dia kekeh tak ingin melakukannya."Laila menangis menceritakan sahabat nya itu.

Azka bersandar ke dinding. Memukul-mukul dinding rumah sakit. Laila mencoba menghibur sahabatnya itu. Tapi, dia pun sama. Merasakannya kehilangan yang teramat dalam saat kehilangan Anisa.

Ditempat lain....

"Anak-anak, semua ponsel kalian biar bapak yang simpan. Bapak tidak mau konsentrasi kalian terganggu."

Nana dan temannya pun menyerahkan ponsel mereka pak Samsir.

Acara pun dimulai,para peserta pun mengikuti rangkaian acara dengan baik.

Pak Samsir menyimpan semua ponsel anak-anak termasuk milik Nana. Dari tadi, ponsel Nana bergetar. Menandakan ada yang menghubunginya . Dengan ragu-ragu pak Samsir mengangkat nya.

"Halo?", sapa pak Samsir.

"Halo, selamat siang pak. Maaf, ini ponsel Najma bukan ya? Atau saya salah nomor?"

"Oh, nggka Bu. Benar ini ponsel Najma. Berhubung Nana sedang mengikuti acara olimpiade matematika di dalam maka saya yang menyimpan ponsel nya. Saya guru pembimbing nya Bu."

"Oh, kira-kira kapan acara selesai pak?"

"Waduh, belum tahu Bu. Kebelutan Nana masuk ke grand final. Mungkin kurang lebih satu jam atau dua jam dari sekarang kami sudah pulang ke sekolah."

"Sebenarnya, saya mau memberi kabar buruk pak buat nana. Tapi sepertinya Nana sedang membutuhkan konsentrasi lebih pak."

"Maaf ya bu,kalau boleh tahu kabar apa? Biar nanti saya sampaikan?"

"Bundanya....meninggal pak."

"Inalillahi wa Ina ilaihi Raji'un."

"Maka dari itu pak, apakah kira-kira Najma masih lama?"

"Seperti yang saya bilang tadi Bu, mungkin kurang lebih dua jaman."

"Baiklah kalau begitu, terimakasih pak."

Sambungan telepon pun terputus.

"Najma sedang masuk grand final Ka.Gue rasa, sebaiknya kita menyiapkan pemakaman Anisa. Nanti, di rumah duka Najma akan tahu dengan sendirinya."

Azka mengangguk setuju dengan ide sahabatnya.

"Bik, Anisa meninggal!" . Azka mengabari art Anisa di rumah.

"Innalilahi wainailaihi Raji'un. Bu nisa....", Isak bibik.

"Tolong persiapkan semua yang dibutuhkan dirumah ya bik! Mungkin sekitar dua atau tiga jam lagi, jenasah Anisa bisa dibawa pulang."

"Iya pak. Lalu...non Nana ?"

"Nana...belum tahu bik. Dia sedang konsentrasi dengan lombanya. Nanti saat dirumah dia juga akan tahu."

Bibik menangis tersedu-sedu. Dia menutup gagang telepon rumah majikannya. Bibik pun berjalan menuju toko kue yang sedang ramai saat ini.

"Sis, toko tutup ya!", pinta bibik ke salah seorang karyawan Anisa.

"Tutup bik? Kenapa?", tanya nya sambil melayani pembeli.

Bukannya menjawab si bibik malah menangis.

"Bu nisa meninggal Sis", tangis bibik kembali pecah. Seketika orang-orang mengerumuni nya.

Dengan sigap, akhirnya toko kue pun ditutup. Yang awalnya akan makan ditempat, jadi minta untuk take away saja.

Bibik dan yang lainnya, menyiapkan segala sesuatunya. Sedangkan salah satu karyawan prianya, melaporkan ke pihak RT setempat.

Di olimpiade....

Najam keluar sebagai juara umum. Tapi, wajahnya datar seperti orang yang tak bahagia. Padahal kemenangan ini adalah keinginannnya.

"Selamat ya Na."Pak Samsir mengahampiri anak didiknya.

Najma hanya menampilkan sedikit senyuman.

"Makasih pak." Jawaban dari Najma yang kurang semangat, membuta pak Samsir ragu untuk menyampaikan informasi tentang meninggal nya sang bunda kepada Najma.

"Kalian pulang naik bus sekolah ya, biar Nana bapak yang antar pulang."

Anak-anak yang lain pun setuju saja, begitu pula dengan Najma.

"Motor kamu, biar nanti bapak yang antar. Sekarang bapak antar kamu pulang dulu."

"Bapak nganterin saya sampai ke rumah karena saya jadi juara pak?", tanya Najma penuh selidik.

"Bukan, tapi....nanti kamu tahu lah."

Butuh waktu sekitar satu jam perjalanan dari tempat olimpiade sampai ke rumah Najma. Dan Najma pun tertidur pulas dalam perjalanan. Ada rasa tak tega dihati pak Samsir.Anak didik kesayangan nya, di hari yang seharusnya ia bahagia karena memenangkan ajang bergengsi justru mendapat musibah yang pasti akan sangat menyakitkan baginya.

'Semoga kamu sabar ya nak' ,pak Samsir mengusap kepala anak didiknya itu yang seumuran dengan anak bungsunya.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

innalilahi wainnailaihi rojiun buat Annisa kasian najma di tinggal

2024-02-12

0

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

sedih bacanya

2023-12-17

0

Sera

Sera

nyesek..

2022-03-12

1

lihat semua
Episodes
1 Najma Aksyaira Gustiawan
2 Kepergian Anisa
3 Wasiat Bunda
4 Calon suami?
5 Kesepakatan
6 Mendadak dilamar
7 Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8 Hak dan kewajiban
9 Vicky datang
10 Hari Pernikahan
11 Siap ngga siap
12 'ANU'????
13 Hotel
14 First Kiss
15 Masa lalu Azka
16 Menunaikan kewajiban
17 Sama-sama merasa korban
18 Pandai berkamuflase
19 cemburu
20 Wangi shampo
21 Uang jajan
22 Gara-gara Vicky
23 Posesif
24 Terbongkar
25 Drop Out
26 Syukur
27 The power of mama
28 Ngidam
29 Keputusan
30 Ayam bakar madu
31 Suami yang bisa di andalkan
32 Kedatangan bibik
33 Hampir keguguran
34 Manja level akut
35 Ulah Dara
36 Membaca lagi surat Anisa
37 Ujian
38 Rencana liburan
39 Menuju puncak
40 Perdebatan kecil
41 Vila puncak
42 Tahu dari bunda
43 Setuju untuk kuliah
44 Tamu tak di undang
45 Teror
46 Masih ditutupi
47 Ditodong
48 Ga profesional
49 Insiden
50 Menemukan mu
51 Keadilan bagi siapa?
52 Manja akut
53 Suamiku masih mengingat bundaku....
54 Baikan
55 Kebebasan Vicky
56 Melihat Vicky
57 Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58 Keberanian Vicky
59 Pindah ke rumah papa
60 Di rumah Papa
61 Damai
62 Gertakan Vicky
63 Gelang
64 Menghadiri Arisan
65 Ledek-meledek
66 Kecemasan bumil
67 Ikut ke hotel
68 Aurel Vicky
69 Aurel jadian
70 Salah sangka
71 Curhatan
72 Ambisi Dara
73 Gila!
74 Kontraksi palsu
75 Si utun launching
76 Baby Az
77 Di ajak pulang Mama
78 Ketakutan Aurel
79 Cerita Mama mertua
80 Aurel tertekan
81 Tak terlupakan
82 Baby sitter baru
83 Tak ada salahnya jaga-jaga
84 Aksi nekad Dara
85 Salah pilih lawan
86 Ingin ruang kerja
87 Sepemikiran
88 Kedatangan Aurel
89 mengobrol dengan aurel
90 Membatasi hubungan pertemanan
91 Aurel penurut
92 jahatnya nanggung
93 Keluar kota
94 Kejadian di hotel
95 Wisnu
96 Kebenaran
97 Hanya berusaha menyelamatkan
98 Nama Bayi
99 Meluruskan
100 Pulang
101 Kejutan
102 Eps 102
103 Permohonan Aurel
104 Mahalnya sebuah kata maaf
105 Kesempatan terakhir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Najma Aksyaira Gustiawan
2
Kepergian Anisa
3
Wasiat Bunda
4
Calon suami?
5
Kesepakatan
6
Mendadak dilamar
7
Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8
Hak dan kewajiban
9
Vicky datang
10
Hari Pernikahan
11
Siap ngga siap
12
'ANU'????
13
Hotel
14
First Kiss
15
Masa lalu Azka
16
Menunaikan kewajiban
17
Sama-sama merasa korban
18
Pandai berkamuflase
19
cemburu
20
Wangi shampo
21
Uang jajan
22
Gara-gara Vicky
23
Posesif
24
Terbongkar
25
Drop Out
26
Syukur
27
The power of mama
28
Ngidam
29
Keputusan
30
Ayam bakar madu
31
Suami yang bisa di andalkan
32
Kedatangan bibik
33
Hampir keguguran
34
Manja level akut
35
Ulah Dara
36
Membaca lagi surat Anisa
37
Ujian
38
Rencana liburan
39
Menuju puncak
40
Perdebatan kecil
41
Vila puncak
42
Tahu dari bunda
43
Setuju untuk kuliah
44
Tamu tak di undang
45
Teror
46
Masih ditutupi
47
Ditodong
48
Ga profesional
49
Insiden
50
Menemukan mu
51
Keadilan bagi siapa?
52
Manja akut
53
Suamiku masih mengingat bundaku....
54
Baikan
55
Kebebasan Vicky
56
Melihat Vicky
57
Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58
Keberanian Vicky
59
Pindah ke rumah papa
60
Di rumah Papa
61
Damai
62
Gertakan Vicky
63
Gelang
64
Menghadiri Arisan
65
Ledek-meledek
66
Kecemasan bumil
67
Ikut ke hotel
68
Aurel Vicky
69
Aurel jadian
70
Salah sangka
71
Curhatan
72
Ambisi Dara
73
Gila!
74
Kontraksi palsu
75
Si utun launching
76
Baby Az
77
Di ajak pulang Mama
78
Ketakutan Aurel
79
Cerita Mama mertua
80
Aurel tertekan
81
Tak terlupakan
82
Baby sitter baru
83
Tak ada salahnya jaga-jaga
84
Aksi nekad Dara
85
Salah pilih lawan
86
Ingin ruang kerja
87
Sepemikiran
88
Kedatangan Aurel
89
mengobrol dengan aurel
90
Membatasi hubungan pertemanan
91
Aurel penurut
92
jahatnya nanggung
93
Keluar kota
94
Kejadian di hotel
95
Wisnu
96
Kebenaran
97
Hanya berusaha menyelamatkan
98
Nama Bayi
99
Meluruskan
100
Pulang
101
Kejutan
102
Eps 102
103
Permohonan Aurel
104
Mahalnya sebuah kata maaf
105
Kesempatan terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!