"Kak sisi,bagi es krim dong sama es teh juga hehe...", Nana memesan es krim pada karyawan bundanya.
"Siap bos!", kata sisi.
"Bisa nggak, jangan meledekku dengan panggilan itu? Telingaku gatal dengernya."
Sisi menyerahkan es krim dan es teh kepada anak mendiang bos nya.
"Kan emang sudah jadi bos sekarang mah, kalau bukan non Nana siapa yang mau gantiin coba?"
"Panggil aja nana kaya biasanya Ka."
Nana menyeruput es tehnya.
"Alhamdulillah, seger banget."
"Iya lah, namanya juga es", sahut sisi.
"Oh iya kak, minta buku omset penjualan ya!",titah Nana.
"Siap bos!"
"Dibilangin jangan panggil bos."
Sisi hanya tertawa melihat bos nya yang masih ABG.
Nana mulai memeriksa satu per satu pembukuan toko kuenya. Semua masih stabil meski tak ada bunda lagi.
"Lho, motor kamu mana?", tanya sisi. Nana hanya menunjukkan dengan pena nya ke arah belakang punggungnya.
"Mana? Nggak ada, eh...kayana saya mah hapal sama itu motor. Motor na pak Azka lain?", tanya sisi pada Nana.
"Iya, itu memang motor om Azka."
"Kok bisa sama kamu Na , tukeran pakai? Wah....jadi dong kita hajatan!"
Pluk!
Nana melemparkan tutup penanya ke arah sisi, salah seorang kepercayaan bunda di toko kue ini.
Mereka tak menyadari ada sepasang mata yang terus memperhatikan tingkah mereka.
"Ban motor ku kempes Ka, om Azka nawarin tukeran motor. Sekarang kan om Azka ngajar disekolahku." Nana menjelaskan pada Sisi.
"Oh...so suuiiit...", kata sisi menakupkan kedua tangan ke pipinya sendiri.
"Suit apa sih Ka?"
"Ga apa-apa. Semua juga tahu kok kalau almarhum Bu nisa meminta agar pak Azka menikahi Nana."
"Bibik yang bilang?"
"Iya lah, siapa lagi. Kami dukung kok na." Sisi bersemangat.
"Apaan sih Ka. Nana aja nggak begitu kenal sama om Azka.Ngobrol juga ga pernah. Masa iya mau asal nikah aja.Aneh!", Nana menggelengkan kepalanya.
"Pa Azka baik banget kok na, suka bantu-bantu juga lho disini. Tuh, kue yang itu...resep khusus dari pak Azka buat toko kita."
"Masa sih?"
"Iya, kalau pak Azka libur juga suka bantuin kita pas lagi ramai."
"Oh....", aku nggak pernah tahu, kemana aja aku selama ini?
"Insyaallah mah cocok Na kamu sama pak Azka."
"Kaya peramal aja sih Ka sisi."
"Yeay... dibilangin, sisi mah yakin....ga susah buat kalian buat saling jatuh cinta."
"Ka sisi....kamu tahu kan usia ku berapa, dia berapa?"
"Tahu, pak Azka tiga puluh tahun, belum terlalu tua lah. Mungkin karena ganteng kali ya, jadi keliatan awet muda. Kaya opa-opa korea umur dua puluhan gitu."
Ka sisi nyengir sambil membayangkan salah satu artis Korea favoritnya.
"Sudah lah, ngomong sama ka sisi belibet. Nih, bukunya. Makasih. Nana mau masuk rumah dulu. Bye ka sisi bawel!", Nana pun meninggalkan toko lewat lorong.
"Ka sisi.....?!", teriak Nana dari dalam lorong.
Sisi pun menengok.
"Tangkap!", Nana melemparkan kunci motor pak Azka ke Sisi. Biarlah nanti salah satu dari mereka yang memarkirnya ke dalam garasi.
Seorang pelanggan yang sedari tadi duduk memperhatikan Nana pun meninggalkan toko kue.
*****
"Lho ,non Nana kok belum siap-siap?", tanya bibik.
"Siap-siap mau kemana bik?", aku membenarkan posisi dudukku untuk bermain gitar.
"Aduh non, nanti kan keluarga pak Azka mau kesini. "
"Terus?"
"Non mau menemui mereka pakai piyama?" ,bibik memandang dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Ini kan malem bik, wajar kan udah pakai piyama."
"Non, non Nana ini anak soleha, manis ,penurut. Ngga sopan lho kalau mereka kesini lihat non udah bersiap tidur?"
"Memang mereka mau apa sih bik?"
"Melamar non Nana."
"Hah?", Nana terkejut.
"Iya non. Makanya buruan ganti baju ya. Plis.... bersikap lah yang manis seperti biasanya ya non." Bibik mulai memohon.
Akhirnya aku mengganti pakaian ku dengan tunik ala ABG seumuran ku. Ku mematutkan diri di depan cermin.
"Sudah siap non, mereka sudah datang. Menunggu diruang tamu."
Nana menarik nafas dalam-dalam. Mengumpulkannya agar dia kuat menemui azka dan keluarganya.
Menuruni tangga perlahan, sekilas ia menatap tiga orang asing yang ada di ruang tamunya.
"Assalamualaikum", sapa mereka .
"Walaikumsalam. Silahkan duduk om...Tante."
Nana pun berusaha bersikap dewasa, meski dia sendiri tak tahu akan berbuat apa. Bibik mengantarkan minuman dimeja kami.
"Silahkan...Tuan... Nyonya.... Pak Azka... Non!'
"Makasih bik!"
Usai menyesap minuman dihadapan kami Masing-masing, papa nya om Azka langsung mengutarakan niatnya. Untung ada bibik yang duduk bersama, mewakili keluarga Nana.
Bagaimana ini? Batin Nana.
"Lamaran kami diterima?", tanya papa Azka.
Nana pun mengangguk. Ucapan hamdalah bersahutan. Setelah itu, kedua orang tua Azka pulang terlebih dahulu. Azka masih duduk di ruang tamu bersama Nana.
"Bisa kita bicara om?", tanya nana.
"Tentu."
"Apakah, keputusan kita benar?"
"Insyaallah Na."
"Apa aku bisa ya om?"
"Bisa apa maksudnya?"
"Ah...sudah lah om."
Suasana kembali hening. Dua orang yang sudah lama saling kenal, tapi tak pernah bertegur sapa kini berada dalam situasi yang sama-sama sulit.
"Ada yang kamu mau bicarakan lagi Na?"
Nana menggeleng.
"Kalau nggak ada, saya pulang. Boleh saya bawa pulang motor saya?"
Nana menengok.
"Iya, silahkan. Itu motor anda om."
Azka tersenyum.
"Saya bercanda, pakai saja nggak apa-apa Na. Motor kamu masih di sekolah. Sudah diperbaiki, sayangnya....saya nggak bisa pakai nya ."
"Hah?", Nana menatap calon suami pilihan almarhum ibu tirinya itu.
"Iya, saya nggak bisa pakai motor kamu. Jadi, besok pagi kamu bawa saja motor saya."
"Baiklah."
"Ya sudah, saya pamit ya. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
Om Azka nggak bisa pakai motorku? Masa sih? Lucu sekali. Tapi, kenapa tadi sok-sok an tukar pakai sama punyaku. Hahaha om Azka tak seserius itu,gumam Nana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
andi hastutty
cie di lamar
2024-02-12
0
🌺zahro🌺
aku pinisirin siapa pelanggan yang merhatiin nana
2023-12-17
0
Wina Yuliani Nurfatonah
soooo cuittttt lamaranya pk guru jd penasaran visualnya thor????
2022-01-30
0