Sama-sama merasa korban

Mataku cukup silau saat ada setitik cahaya menyeruak melalui tirai jendela kamarku. Aku menggeliat , mengulurkan tanganku ke atas.

Badanku terasa sakit semua. Ada rasa nyeri tersisa di bagian inti ku. Tapi tak sesakit semalam. Ku menengok ke kasur samping kananku. Azka sudah tidak ada disisiku.

Aroma shampo menyengat beberapa saat. Azka sudah mandi jam segini? Gumamku.

Kulirik jam dinding sudah pukul enam lewat. Aku beringsut menuruni kasurku. Tiba-tiba pintu terbuka. Sesosok pria gagah yang hanya memakai kaos singlet dan celana boxer yang longgar masuk ke kamarku membawa nampan berisi segelas cokelat dan salah satu olahan pastry.

"Udah bangun rupanya nyonya besar?", Azka meletakkan makanan dan minuman itu di atas nakas.

"Kamu ke toko dengan pakaian seperti ini?", tanyaku cukup tegas.

"Tentu saja...."

"Yang bener aja sih? Emangnya kamu nggak malu hah? Karyawan kita kan sebagian besar perempuan Ka. Kamu sengaja nggak pake baju? Kehabisan baju dilemari?"

"Apaan sih kamu Najma? Kamu cemburu?"

"Cemburu apa sih? Ditanya apa jawabnya apa!"

"Emangnya kamu pikir, aku mau keluar nggak pakai baju kaya begini?"

"Lha itu ,buktinya?"

"Aku habis merendam pakaian kita. Kalau aku pakai kaos oblong sama jeans pasti basah semua lah. Ini, aku ambil tadi sebelum merendam!"

"Oh...", sahutku singkat.

"Nggak usah khawatir kali, cuma kamu yang liat sama rasain aset ku."

Timbul senyum iseng di wajah tampannya yang terlihat lebih muda dari biasanya.

"Nggak jelas banget sih! Dasar om-om mesum!"

Aku pun beranjak ke kamar mandi. Ritual mandi pun kini kupersingkat. Karena waktu memasak untuk sarapan sudah lewat dari jam biasanya.

Aku memakai pakaian tidur lagi setelah mandi, ku pikir daripada aku pakai baju yang formal toh pada akhirnya aku akan bau bawang.

"Ini... cokelatnya diminum!", pinta Azka.

"Buat aku?", aku menunjuk wajahku sendiri.

"Iya lah. Udah capek-capek bawain ke sini, hargai sedikit usahaku kenapa?"

"Owh....makasih pak suami!", aku memaksakan diri untuk tersenyum.

"Hem....", sahutnya singkat.

"Makan tuh duduk, jangan berdiri seperti itu!", tegur nya.

Aku pun duduk di bangku meja rias. Menikmati cokelat panas dan makanan yang Azka bawakan. Apakah dia tulus melakukan ini semua untuk ku?

Ku edarkan pandanganku ke arah cermin. Seperti ada yang berbeda pada diriku. Apa ini?

Aku bertanya pada diriku sendiri.

"Ini... kenapa dengan leherku? Dadaku? ", tanyaku pada diri sendiri meskipun aku juga ingin tahu apa Azka bisa memberikan jawaban atas pertanyaan ku.

"Oh...itu! Itu kissmark sayang. Sisa aktivitas kita semalam. Kamu lupa?", Azka memincingkan sebelah matanya.

"Maksudmu?"

"Kamu lupa atau pura-pura lupa ? Bahkan kamu sangat menikmatinya!", canda Azka.

"Kamu arghhhh....!", kedua tangan ku mengepal ingin menonjoknya.

"Bukan cuma aku yang meninggalkan jejak ku padamu, kamu pun sama. Kamu lihat ini?"

Azka menunjukkan beberapa goresan di punggung lengan dan sebagian lehernya.

"Kenapa ?"

"Pakai tanya kenapa? Ini ulahmu! Bukannya menikmati, kamu malah mencakar dan melukai ku. Bagiamana bisa aku nyaman dengan luka begini? Kamu pikir ngga perih luka begini di timpa kaos oblong?"

"Kok nyalahin aku? Kamu kan yang memulainya? Jadi semua salah kamu. Kalau saja kamu tak melakukan itu padaku, ku pastikan ini tidak akan terjadi padamu."

Aku berbalik meninggalkannya dikamar. Tapi, untuk keduakalinya pintu kamar terkunci. Pasti ulahnya si om-om mesum ini.

"Kemarikan kuncinya, aku mau masak!"

"Nanti kuberikan! Kamu tanggung jawab dulu sini!", Azka menepuk kasur di sebelahnya.

"Tanggung jawab apa sih?"

"Kemari...atau...kamu akan merasakan seperti yang kamu rasakan semalam!", ancam Azka.

"Dasar mesum! Bisa-bisanya bunda menjodohkan ku dengan pria mesum seperti ini ya Allah? Ku pikir dia itu pria yang kalem. Ternyata...lebih buas dari yang ku bayangkan!"

Aku mendengus kesal mendekati nya. Saat ini aku duduk disampingnya.

"Berarti... kamu pernah membayangkan ku seperti apa sebelumnya?", senyum licik Azka terlihat jelas di pelupuk mata Najma.

"Apaan sih!? Udah, aku udah duduk disini. Disuruh ngapain?"

"Kalau aku bilang kamu suruh cium aku, emang mau?"

"Bisa nggak sih tuh otak pikiran nya nggak dipenuhi sama hal-hal menjurus begitu?"

Azka malah tertawa melihat ekspresi ku.

"Yang ngeres tuh kamu!", dia menoyor dahiku.

"Iiih....ini kepala di fitrahin lho tiap mau lebaran. Sembarangan banget noyor-noyor!"

"Iya maaf!"

Cup...kini dia malah mengecup keningku. Aku terpaku dibuatnya. Padahal kami sudah melakukan hal yang lebih dari ini. Tapi kenapa jantungku masih tetap berpacu saat kecupan ini mendarat di kening ku?

"Udah, nggak usah terkesima. Kamu harus menyadari, kalau suami mu ini tampan!"

"Iiih....", ku cubit pinggangnya yang ramping. Meskipun tidak kotak-kotak seperti potongan coklat tapi kesan macho masih terlihat jelas.

Azka hanya merenges pura-pura sakit.

"Aku suruh ngapain sih?"

"Obati lukaku gara-gara cakaranmu!"

"Okey!", aku cekatan mengobati tiap goresan di leher bahu dan sebagian kecil lengannya. Aku ingat, aku punya beberapa box plester yang biasa ku sediakan jika aku lecet sedikit saja.

"Sudah selesai! Kamu bisa pakai bajumu tanpa harus takut lukamu bergesekan dengan kaosmu!"

Azka bercermin di depan meja rias.

"Najma!!!! Yang benar saja!", teriak Azka.

Aku sudah berhasil mendapatkan kunci dari sakunya tadi saat aku mengolesi obat pada lukanya.

Sebelum dia benar-benar murka, aku segera berlari keluar kamar menuju dapur meskipun rasa nyeri masih sedikit menyiksaku.

Aku mulai bergelut di dapur. Stok daging masih utuh. Beras sudah ku colokkan di magicom. Mungkin...memasak sayur sop daging dan ayam goreng tepung sudah cukup. Setelah itu tinggal bikin sambel terasi. Hem...oke! Semua bisa di atur.

****

Azka turun dari kamarnya menuju dapur. Dia memperhatikan istri kecilnya yang sedang belajar menjadi istri yang baik. Iya, meskipun Najma tak sesuai ekspektasi nya, tapi setidaknya dia gadis yang penurut. Mengerti agama, mengerti tanggungjawab nya sebagi seorang istri. Beruntung sekali aku bisa mendapatkan nya. Terimakasih Anisa!

Azka menuju dapur, melihat sayur sop yang sudah terhidang di meja makan. Ayam goreng tepung juga sudah tertata rapi, terlihat asap masih mengepul.

Najma masih berkutat di meja samping kompor. Tangannya sedang mengulek cabai, dari baunya seperti nya Najma sedang membuat sambal terasi. Sepagi ini disuguhi sayur sop dan sambel? Whatever lah....

"Belum selesai?", tanya Azka yang kini sudah memakai kaos oblong nya dan celana pendek berbahan jeans.

"Dikit lagi!"

Usai menempatkan sambal ke wadah, aku mempersilahkan Azka untuk makan terlebih dahulu.

"Ini sudah siap, makanlah! Aku mau ganti baju dulu!"

"Gantilah, aku tunggu. Kita makan sama-sama!"

"Ya sudah lah!", aku pun beranjak menuju kamarku.

Tempat tidur ku sudah rapi kembali. Aku tak habis pikir, dia seorang pengusaha kok mau sih melakukan pekerjaan rumah tangga seperti yang biasa kaum hawa kerjakan?

Aku sudah memakai kaos dengan model tunik dan celana joger. Tak lupa jilbab pastan yang memang sangat aku sukai. Dengan begini, orang lain tak perlu ada yang melihat kissmark bekas perbuatan Azka.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

istri serba bisa

2024-02-13

0

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

pintar masak najma,sakinah mawaddah warohmah ya ruamh tangga kalian

2023-12-18

0

lihat semua
Episodes
1 Najma Aksyaira Gustiawan
2 Kepergian Anisa
3 Wasiat Bunda
4 Calon suami?
5 Kesepakatan
6 Mendadak dilamar
7 Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8 Hak dan kewajiban
9 Vicky datang
10 Hari Pernikahan
11 Siap ngga siap
12 'ANU'????
13 Hotel
14 First Kiss
15 Masa lalu Azka
16 Menunaikan kewajiban
17 Sama-sama merasa korban
18 Pandai berkamuflase
19 cemburu
20 Wangi shampo
21 Uang jajan
22 Gara-gara Vicky
23 Posesif
24 Terbongkar
25 Drop Out
26 Syukur
27 The power of mama
28 Ngidam
29 Keputusan
30 Ayam bakar madu
31 Suami yang bisa di andalkan
32 Kedatangan bibik
33 Hampir keguguran
34 Manja level akut
35 Ulah Dara
36 Membaca lagi surat Anisa
37 Ujian
38 Rencana liburan
39 Menuju puncak
40 Perdebatan kecil
41 Vila puncak
42 Tahu dari bunda
43 Setuju untuk kuliah
44 Tamu tak di undang
45 Teror
46 Masih ditutupi
47 Ditodong
48 Ga profesional
49 Insiden
50 Menemukan mu
51 Keadilan bagi siapa?
52 Manja akut
53 Suamiku masih mengingat bundaku....
54 Baikan
55 Kebebasan Vicky
56 Melihat Vicky
57 Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58 Keberanian Vicky
59 Pindah ke rumah papa
60 Di rumah Papa
61 Damai
62 Gertakan Vicky
63 Gelang
64 Menghadiri Arisan
65 Ledek-meledek
66 Kecemasan bumil
67 Ikut ke hotel
68 Aurel Vicky
69 Aurel jadian
70 Salah sangka
71 Curhatan
72 Ambisi Dara
73 Gila!
74 Kontraksi palsu
75 Si utun launching
76 Baby Az
77 Di ajak pulang Mama
78 Ketakutan Aurel
79 Cerita Mama mertua
80 Aurel tertekan
81 Tak terlupakan
82 Baby sitter baru
83 Tak ada salahnya jaga-jaga
84 Aksi nekad Dara
85 Salah pilih lawan
86 Ingin ruang kerja
87 Sepemikiran
88 Kedatangan Aurel
89 mengobrol dengan aurel
90 Membatasi hubungan pertemanan
91 Aurel penurut
92 jahatnya nanggung
93 Keluar kota
94 Kejadian di hotel
95 Wisnu
96 Kebenaran
97 Hanya berusaha menyelamatkan
98 Nama Bayi
99 Meluruskan
100 Pulang
101 Kejutan
102 Eps 102
103 Permohonan Aurel
104 Mahalnya sebuah kata maaf
105 Kesempatan terakhir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Najma Aksyaira Gustiawan
2
Kepergian Anisa
3
Wasiat Bunda
4
Calon suami?
5
Kesepakatan
6
Mendadak dilamar
7
Azka & Nisa atau Azka & Najma?
8
Hak dan kewajiban
9
Vicky datang
10
Hari Pernikahan
11
Siap ngga siap
12
'ANU'????
13
Hotel
14
First Kiss
15
Masa lalu Azka
16
Menunaikan kewajiban
17
Sama-sama merasa korban
18
Pandai berkamuflase
19
cemburu
20
Wangi shampo
21
Uang jajan
22
Gara-gara Vicky
23
Posesif
24
Terbongkar
25
Drop Out
26
Syukur
27
The power of mama
28
Ngidam
29
Keputusan
30
Ayam bakar madu
31
Suami yang bisa di andalkan
32
Kedatangan bibik
33
Hampir keguguran
34
Manja level akut
35
Ulah Dara
36
Membaca lagi surat Anisa
37
Ujian
38
Rencana liburan
39
Menuju puncak
40
Perdebatan kecil
41
Vila puncak
42
Tahu dari bunda
43
Setuju untuk kuliah
44
Tamu tak di undang
45
Teror
46
Masih ditutupi
47
Ditodong
48
Ga profesional
49
Insiden
50
Menemukan mu
51
Keadilan bagi siapa?
52
Manja akut
53
Suamiku masih mengingat bundaku....
54
Baikan
55
Kebebasan Vicky
56
Melihat Vicky
57
Kecemasan seorang suami sekaligus ayah
58
Keberanian Vicky
59
Pindah ke rumah papa
60
Di rumah Papa
61
Damai
62
Gertakan Vicky
63
Gelang
64
Menghadiri Arisan
65
Ledek-meledek
66
Kecemasan bumil
67
Ikut ke hotel
68
Aurel Vicky
69
Aurel jadian
70
Salah sangka
71
Curhatan
72
Ambisi Dara
73
Gila!
74
Kontraksi palsu
75
Si utun launching
76
Baby Az
77
Di ajak pulang Mama
78
Ketakutan Aurel
79
Cerita Mama mertua
80
Aurel tertekan
81
Tak terlupakan
82
Baby sitter baru
83
Tak ada salahnya jaga-jaga
84
Aksi nekad Dara
85
Salah pilih lawan
86
Ingin ruang kerja
87
Sepemikiran
88
Kedatangan Aurel
89
mengobrol dengan aurel
90
Membatasi hubungan pertemanan
91
Aurel penurut
92
jahatnya nanggung
93
Keluar kota
94
Kejadian di hotel
95
Wisnu
96
Kebenaran
97
Hanya berusaha menyelamatkan
98
Nama Bayi
99
Meluruskan
100
Pulang
101
Kejutan
102
Eps 102
103
Permohonan Aurel
104
Mahalnya sebuah kata maaf
105
Kesempatan terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!