20 tahun kemudian
Ketika waktu berjalan begitu cepat kini usia kedua gadis kembar yang terpisah sudah beranjak dewasa, Yumna dan Yusra memiliki kisah hidup yang berbeda, dan takdir yang berbeda meski mereka kembar.
Kehidupan Yusra yang di gadang-gadang akan bahagia, karena memiliki orang tua lengkap, dan harta yang melimpah pemberian orang tuanya. Nyatanya tak membuatnya bahagia. Dia selalu merasakan kesedihan yang mendalam, karena sang ibu tidak menyayanginya.
Dan Yusra tidak tahu kenapa Dania, tidak menyayangi dirinya. Kadang dia selalu bertanya-tanya apa kesalahannya? Dia ingat saat berumur lima tahun dan dia mengalami demam, sehingga menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit. Maminya tidak pernah datang untuk menjenguknya atau menjaganya, seperti ibu lain pada umumnya. Hanya papinya sajalah yang setia merawatnya sampai dia sembuh, dan saat papinya bekerja Yusra ditemani oleh Mala. Pelayan yang sudah menjaganya dari bayi.
Yusra memejamkan matanya, jika di ingat semua perlakuan Dania terhadapnya selalu membuatnya sakit hati, dan dia berpikir selalu menjadi anak yang tak diharapkan.
"Melamun lagi?" tanya Hito mengagetkan Yusra.
"Kamu ihh, ngagetin tau gak." Kesal Yusra, sambil mengerucutkan bibirnya. Yang membuat Hito terkekeh merasa gemas.
"Kenapa? Tante Dania marahin kamu, lagi?" tebak Hito.
"Iya, aku gak tau kenapa mami marah-marah terus sama aku." Ucap Yusra lirih, menunduk tajam dia memandangi sandal rumahan yang dia pakai.
Hito adalah sahabat Yusra dari kecil, mereka sudah berteman saat Hito pindah ke perumahan tempat dimana Yusra tinggal.
****
Pada saat itu Hito yang berumur tujuh tahun, dia benar benar kesal kepada ibunya yang membawa dia pindah.
"Kenapa kita harus pindah Ma? Aku udah nyaman sama teman-temanku yang di sana, dan kenapa juga harus jauh dari papa?" Teriak Hito.
"Hito sayang..." Belum sempat Wina berbicara, Hito sudah pergi keluar.
"Maafkan mama Hito, kamu akan mengerti saat kamu sudah dewasa nanti." Lirih Wina, dia membiarkan sang anak keluar dari rumah nanti dia akan mencarinya. Dia harus menyelesaikan semua urusan kepindahan sekolah Hito juga keterangan surat untuk Rt dan Rw setempat, karena sejak pindah ke sini. Wina belum sempat melapor.
Hito berlari keluar, dan mendapati gadis kecil menangis terisak di pojok dekat tong sampah. Hito mendekati gadis kecil tersebut.
"Hai, kenapa menangis?" tanya Hito, berjongkok di depan Yusra. Dan mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri, padahal hatinya pun tengah kesal.
"Terima kasih." Gumam Yusra.
Kemudian Hito mengajak Yusra duduk di kedai es kelapa muda, yang tak jauh dari rumah mereka, Hito memesan kelapa muda untuk Yusra.
"Kenapa kamu menangis? Ohh, ya kenalkan namaku Hito Ryu Wijaya." Ucap Hito, dan mengulurkan tangannya.
Dengan ragu Yusra menerima uluran tangan Hito. Sebab lelaki kecil dihadapannya adalah sangat asing, bahkan Yusra baru melihatnya.
"Yusra." Cicitnya.
Hito tersenyum mendengar nama gadis kecil yang sedang menangis tersebut.
"Kenapa kamu menangis?" tanyanya lagi.
"Aku di marahi sama mami," lirih Yusra, dengan menundukan wajahnya.
Tak lama minuman yang Hito pesan sudah datang.
"Nih buat kamu, minum dulu. Kata orang minum kelapa bisa menghilangkan sedih," kekeh Hito, menggaruk rambutnya yang tak gatal. Entah teori dari mana itu, yang penting Yusra tidak sedih.
"Kamu gak minum, juga?" tanyanya dengan polos.
"Enggak, buat kamu uang ku kurang sih." Kekeh Hito.
Setelah menyesap minumannya, Yusra menceritakan kenapa dia dimarahi oleh maminya. Dengan mata berkaca-kaca, dan celotehan khas anak-anak.
"Jangan nangis ada aku, aku bakal jadi temanmu. Jika kamu sedih kamu boleh ke rumahku, ok." Terang Hito, dan di jawab anggukan oleh Yusra.
Dan sejak saat itu mereka berteman, hingga satu sekolah, dan kuliahan mereka tetap bersama.
****
Lamunan Hito buyar, saat Yusra menggoyangkan tangannya.
"Ihh malah ngelamun, kamu gak dengerin aku kan?" kesal Yusra, beranjak dari duduknya lalu Hito berdiri dan mengejar Yusra.
"Jangan marah dong, nanti jelek." Goda Hito.
Yusra berdecak kesal, dan meninggalkan Hito dari taman tersebut.
"Apaan sih, gaje amat." Gerutunya, tapi wajahnya merona karena gombalan dari Hito.
****
Sementara itu kembaran Yusra, Yumna walaupun dia tidak merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Tapi dia merasakan kasih sayang dari ibu dan kedua neneknya.
"Ibu..." teriak Yumna, dan berlari menuju dalam rumah.
"Jangan lari, kamu tuh kaya anak kecil." Tegur Laura, membuat Yumna meringis.
"Tante." Sapa Keano, dan mencium punggung tangan Laura.
"Keano, ayo duduk." Ajak Laura.
"Gimana? Kamu masuk ke fakultas yang kamu mau?" tanya Laura, Yumna sempat kuliah, hanya saja satu tahun pertama dia berhenti karena Anjani sakit dan membutuhkan biaya yang besar.
Walaupun dia bisa meminta tolong pada neneknya Antiah, tapi Laura tidak ingin terus merepotkan wanita tersebut. Antiah dengan berbaik hatinya, memberikan toko kepada Laura. Tapi sayang banyaknya pesaing membuat tokonya sepi, dan pemasukan berkurang akhirnya Laura menutup sementara toko tersebut.
"Nggak bu, aku gak mau kuliah. Aku mau bantuin ibu saja kerja." Ucapnya tersenyum manis.
Laura mengelus wajah sang anak dengan sayang, wajah yang sangat mirip dengan Mario. Menyebut nama Mario membuat hati Laura sesak, hingga saat ini pun rasa untuk Mario masih ada.
"Kenapa? Bukannya itu yang kamu inginkan, sayang?" tanya Laura, membuat Yumna menggeleng setelah di pikir-pikir kebutuhan mereka sangat banyak, apalagi omanya sering sakit-sakitan dan keluar masuk rumah sakit membuatnya tidak tega.
"Tidak bu, aku akan bekerja di cafenya Keano. Untuk menambah pemasukan kita," balas Yumna cepat, sebelum Laura melayangkan protesnya.
"Bu izinkan aku membantumu," Mohon Yumna dengan wajah memelas yang membuat Laura terkadang luluh.
Laura menghembuskan napasnya secara perlahan, dan memejamkan matanya. Dia tak dapat melakukan apapun, karena Yumna pasti bakal tetap pada pendiriannya jika ditentang.
"Ya sudah, ibu mengizinkanmu untuk bekerja." Putus Laura, membuat Yumna kegirangan, Yumna memeluk Laura dan mencium wajah Laura secara bertubi-tubi.
Membuat Keano yang melihat itu pun merasa gemas sendiri, Yumna gadis kesayangannya, sekaligus sahabatnya sejak masuk sekolah dasar. Walau mereka beda dua tahun.
"Sudah Yumna, kamu ini." Keluh Laura, membuat Yumna terkekeh.
"Ibu mau masak, Keano kamu makan siang di sini yah." Pinta Laura.
"Baik tan." Balas Keano.
Laura beranjak dari duduknya, dia akan memasak makan siang untuk mereka. Dua puluh tahun tak merubah dirinya, bahkan rasa untuk sang mantan masihlah sama.
Bersambung…
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Praised93
terima kasih..
2024-05-25
0
Arin
ya ampun kok sampe umur sgtu si lampir gak ketauan apa y
2023-09-17
0
Ana Ekawati
itu s mario tau g y anaknya d sakiti trs ma maminya
2022-10-27
0