Setelah proses pembersihan selesai, Laura di bawa ke ruang perawatan VIP. Atas permintaan nyonya Antiah sang nenek dari kedua cucu kembarnya. Dan nyonya Antiah akan berencana menjenguk kedua cucunya besok.
Sedangkan Mario, dia tidak diberi tahu sama sekali. Karena Laura tau bahwa Mario ditahan oleh Dania.
Laura memandangi bayi yang terlelap di pangkuannya, sedangkan yang satu sedang terlelap dengan nyaman di box bayinya.
"Kalian begitu mirip ayahmu, tidak ada sedikitpun aku." Kekeh Laura, dia yang mengandung dan melahirkan tapi tak ada satupun yang mirip dengannya.
Tiba-tiba pintu kamar rawat Laura terbuka, Jakie datang dengan membawa banyak makanan di tangannya. Setelah meletakkan makanan diatas meja, Jakie mendekat kepada Laura dan meraih bayi cantik itu untuk diletakkan di box bayi. Yang bersebelahan dengan sang kakak.
Kemudian Jakie menata makanan yang dia bawa, dan memberikannya pada Laura.
"Tuan, terima kasih sudah mau direpotkan. Sudah menemani aku melahirkan juga." Lirih Laura, dengan mata yang akan berkaca-kaca.
"Tidak apa-apa nona, itu sudah tugas saya membantu anda. Anda menantu dari nyonya Antiah." Jelas Jakie, Laura tersenyum getir. Hanya mertuanya yang peduli padanya, sedangkan Mario. Dia sama sekali sulit dihubungi sampai sekarang.
"Segeralah makan nona," perintah Jakie, dijawab anggukan oleh Laura.
Laura, dan Jakie makan dalam diam, sampai makanan mereka habis. Jakie dengan setianya membantu membereskan bekas makan Laura.
"Sekarang anda istirahat saja, nona." Pinta Jakie.
"Baiklah, terima kasih sekali lagi." Ucap Laura.
***
Pagi pun tiba, Laura sudah bangun dari tidurnya karena putri kembarnya menangis dengan heboh. Di bantu oleh perawat, bayi kembar Laura di bersihkan dan di beri Asi satu persatu.
Tepat pukul delapan pagi, nyonya Antiah datang rencananya dia akan menemani Laura sampai pulang.
"Ibu." Ucap Laura, menyambut pelukan nyonya Antiah.
"Bagaimana keadaanmu, nak?" tanya nyonya Antiah.
"Aku baik-baik saja bu, bahkan nanti siang dokter bilang boleh pulang." Balas Laura antusias.
"Boleh ibu, lihat cucu ibu?" tanyanya pada Laura, dan Laura pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Nyonya Antiah melihat cucu kembarnya, dan mengusap wajah mungil cucu kembarnya dengan sayang. Dia melihat seksama wajah cucunya tersebut begitu mirip Mario versi perempuan.
Nyonya Antiah terkekeh merasa gemas dengan mereka, seketika tatapannya sendu.
"Laura apa kau yakin akan keputusanmu? Dengan memberikan salah satu mereka pada Mario?" tanya nyonya Antiah, sambil menatap si kembar.
Laura bingung ingin menjawab apa, dia tidak tahu apakah Laura akan memberikan salah satunya? Atau keduanya?
"Aku tidak tahu, bu." Cicit Laura.
"Ibu, akan selalu mendukung apapun keputusanmu Laura." Balas nyonya Antiah.
Siang pun tiba, Laura dan kedua putri cantiknya telah pulang. Di dalam perjalanan tak hentinya nyonya Antiah merekahkan senyumnya di wajah yang tak lagi muda. Namun, masih terlihat cantik di usianya yang memasuki usia kepala lima puluhan.
"Apa Mario tau kamu sudah, melahirkan?" tanya nyonya Antiah.
"Tidak dia belum tau, bu. Biarkan saja aku akan mengantarkan mereka pada ayahnya." Ucap Laura pelan.
"Anak itu." Geram nyonya Antiah.
Nyonya Antiah sungguh tidak habis pikir pada anak semata wayangnya tersebut, selalu sesuka hatinya.
Berpuluh menit kemudian akhirnya mereka sampai di unit Laura. Laura sedang duduk memandangi bayi mungil cantiknya dengan seksama. Sedangkan nyonya Antiah sedang beristirahat di kamar tamu.
"Ibu belum memberimu nama, nak." Laura tersenyum getir, mengusap air mata yang meluncur tanpa permisi.
"Bagaimana jika Ibu kasih nama kakak, Yumna?" tanya Laura pada sang anak, yang sedang tertidur pulas.
"Yah, Yumna Anjani." Ucap Laura. "dan kamu, adek Ibu kasih nama..." Laura berpikir untuk memberikan nama yang cocok pada sang anak.
"Ahh ya, Yusra Almira Wiriadinata."
Laura tersenyum menatap sang anak, untuk terakhir kalinya. Tapi pikirannya berubah merasa tak rela jauh dari anak-anaknya.
"Bagaimana, jika aku membawa salah satu dari mereka? Aku juga menyayangi mereka." Lirih Laura, mulai bimbang.
Laura membereskan semua barang-barangnya, dan dia menemukan sebuah kotak oleh-oleh dari Bali.
"Ini milikmu Yumna." Gumam Laura.
Kemudian Laura membawa sebuah kalung hati, yang dia beli tempo lalu saat jalan-jalan bersama Mario.
"Kalung ini, untukmu Yusra." Ucap Laura lirih, kemudian Laura menulis surat untuk Mario, dan menyelipkan kalung itu di dalam surat tersebut.
***
Sore pun tiba nyonya Antiah, dan Laura sedang duduk di ruang keluarga sambil menggoyangkan tempat tidur si kembar.
"Aku sudah membuat keputusan, bu," kata Laura.
"Apa keputusanmu? Apapun itu ibu akan mendukungmu, nak." terang nyonya Antiah.
"Aku akan membawa salah satu dari mereka," cicit Laura, menatap nyonya Antiah takut.
Nyonya Antiah tersenyum tulus, menatap Laura dia iba akan nasib Laura yang dicampakkan oleh Mario.
"Ibu akan mendukung mu, nak, bahkan ibu akan merahasiakannya dari Mario." Tutur nyonya Antiah.
"Terima kasih bu," Laura menghambur ke pelukan nyonya Antiah.
"Ou yah, siapa nama mereka?" tanya nyonya Antiah.
"Kakaknya bernama Yumna, dan adiknya bernama Yusra." Jawab Laura.
"Lah kaya judul sinetron yah." Nyonya Antiah tertawa.
"Iya juga yah bu." Laura pun ikut tertawa, dan larut dalam kebahagiaan mereka.
****
Sementara itu di tempat lain, entah mengapa sejak kemarin Mario tidak enak hati. Dan selalu kepikiran dengan Laura.
"Mudah-mudahan, kamu baik-baik saja Laura." Doa Mario dalam hati.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dania, melihat raut khawatir dari Mario.
"Tidak ada," balas Mario cepat, sebelum Dania mengomel panjang lebar, dan Mario mencoba memejamkan matanya.
"Besok kamu bisa pulang, Dania. Aku lupa memberitahumu," kata Mario.
"Benarkah?" pekik Dania dan Mario mengangguk.
"Ya, jadi cepatlah tidur," perintah Mario.
Tak lama Dania terlelap, ponsel Mario bergetar.
"Laura." Mario tersenyum.
Akhirnya Mario mengangkat panggilan dari Laura, Mario keluar ruangan dan duduk di kursi tunggu.
"Halo." sapa Mario.
"Ha-halo, mas." Jawab Laura gugup. "Bagaimana keadaannya, nyonya Dania?" tanyanya lagi.
"Dia baik, besok boleh pulang."
Walau lewat panggilan telepon, Mario, dan Laura merasakan canggung.
"Laura kalau tidak ada lagi, yang ingin kamu bicarakan sebaiknya akhiri panggilan ini. Aku tidak mau Dania marah." Jelas Mario.
Membuat Laura yang di seberang sana meneteskan air matanya dan dadanya terasa sesak.
"Baiklah, aku akan memutuskan sambungan ini."
"Tentunya, dengan hubungan kita." Kata Laura dalam hati.
Setelah sambungan telepon terputus, Mario terduduk di kursi tunggu dengan menangkup wajahnya dan menyembunyikan kesedihannya.
Sementara itu, Laura yang baru selesai menidurkan anaknya dan memutuskan untuk menghubungi Mario, malah mendapatkan perkataan yang tidak dia ingin dengar.
"Kau hanya ingin kasih tahu kamu, bahwa anak kita sudah lahir. Tapi kekhawatiranmu membuktikan bahwa aku tau siapa yang kamu pilih. Maka tekat ku untuk pergi darimu semakin kuat." Lirih Laura.
"Perjanjian kita, sudah selesai Mario."
Laura memutuskan untuk segera beristirahat, agar besok dia bersiap untuk pergi dari apartemen Mario. Dan menemui sang ibu. Mudah-mudahan sang ibu masih mau menerimanya, di saat dia pulang membawa seorang bayi.
Bersambung…
Maaf typo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Praised93
terima kasih
2024-05-25
0
Arin
beruntung ibu mertua baik...
2023-09-17
0
𝐓𝐚𝐲𝐨𝐧𝐠
nyesek banget next ka
2021-12-19
2