Bab.2

Dinginnya malam tidak menyurutkan langkah Laura menyusuri lorong rumah sakit. Meskipun suasana gelap dan sunyi, Laura tidak merasa takut. Baginya, tidak ada yang lebih menakutkan daripada kenyataan pahit yang dihadapinya sekarang.

Laura menghela nafas pelan dan memejamkan matanya, berharap ini semua hanya mimpi. 

Saat membuka mata, dia menatap bulan purnama dan bintang-bintang di langit, kenangan masa kecil bersama sang adik yang telah lebih dulu pergi, serta ayahnya yang telah meninggalkan dirinya dan ibunya, kembali menghantui pikirannya.

"Apa kalian bahagia di sana?" gumam Laura lirih, tanpa bisa menahan air matanya yang meluncur bebas. Lama-lama, tangisannya menjadi semakin keras. 

"Aku gak bisa, aku gak kuat. Ayah, bawa aku... Bawa aku," lirih Laura, merasa sangat kesepian dan putus asa.

Tanpa sepengetahuan Laura, Mario memperhatikan dirinya dari jauh, dengan ekspresi yang sulit diartikan. Seperti terhipnotis, Mario melangkah mendekati Laura. 

"Kenapa menangis?" tanya Mario, membuat Laura terlonjak kaget.

"Bukan urusanmu," jawab Laura ketus, melirik Mario dengan tajam. Suasana menjadi hening, keduanya saling diam, menatap lurus ke depan dengan pikiran masing-masing.

Laura menoleh pada Mario dan memandangnya dari bawah ke atas. 

"Pasti kaya, apa aku pinjam saja uang darinya?" pikir Laura. 

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Mario, mengangkat sebelah alisnya, membuat Laura merasa malu karena ketahuan mencuri pandang.

Sebelum Laura bisa menjawab, langkah kaki seseorang membuat dia menoleh ke belakang. Seorang perawat laki-laki datang tergesa-gesa.

"Maaf Nona, Ibu. Anda..." Sebelum perawat itu bisa melanjutkan ucapannya, Laura sudah beranjak dari duduknya dan berlari ke ruang perawatan ibunya.

Sesampainya di sana, Laura melihat ibunya kejang-kejang dan merintih, sementara tim medis sedang menangani ibunya dengan serius.

“Ibu.” Lirih Laura.

Laura menunggu di luar bersama Mario, yang entah kenapa mengikuti langkahnya. Beberapa menit kemudian, dokter keluar dan memberikan penjelasan tentang kondisi Ibunya.

"Nona, Ibu Anda harus segera dioperasi jika tidak itu akan membahayakan nyawanya," jelas dokter. 

"Jika sudah melakukan pembayaran, malam ini kami akan melakukan operasi pengangkatan kista yang sudah menyebar," terang dokter lagi, karena penyakit Ibunya Laura sudah komplikasi. 

Laura menghela nafasnya secara kasar. 

"Lakukanlah, Dok," lirih Laura. Dokter mengangguk dan pergi dari hadapan Laura.

Laura menoleh kepada Mario, yang mengangkat sebelah alisnya. 

"Apa?" tanya Mario. 

"Bolehkah saya meminjam uang Anda, Tuan?" cicit Laura.

Mario menautkan kedua alisnya, kemudian munculah sebuah ide. 

"Baiklah, aku akan meminjamkan mu. Tapi ada syaratnya," ucap Mario datar.

"Syarat," gumam Laura, dan Mario mengangguk. 

"Besok kita akan membicarakannya, dan malam ini aku akan melunasi biaya pengobatan ibumu sampai dia sembuh," tutur Mario.

Tanpa pikir panjang, Laura menyanggupi permintaan Mario. Tanpa tahu apa syaratnya, yang penting sang ibu sembuh. Laura mengikuti langkah Mario menuju loket administrasi dan membayar lunas semua biaya ibunya.

"Ini, sudah saya lunasi. Ibumu bisa segera dioperasi sekarang," kata Mario sambil menyodorkan bukti transaksi yang nominalnya tidak sedikit.

"Terima kasih, Tuan," ucap Laura dengan tulus, merasa sangat berterima kasih atas bantuan Mario.

"Kalau begitu, saya pergi dulu. Semoga ibumu cepat sembuh dan besok kita ketemu," kata Mario sebelum berpamitan.

Laura hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian Mario pergi meninggalkan Laura. Beberapa menit kemudian, ibu Laura sudah masuk ke dalam ruangan operasi. Laura dengan setia menunggu sang ibu di depan ruang operasi, berharap operasi berjalan lancar dan ibunya bisa sembuh secepatnya.

*****

Mario memasuki ruang perawatan Dania, melihat istrinya yang sedang melamun menatap langit-langit tanpa menoleh. 

"Kenapa belum tidur, hem?" tanya Mario sambil mengelus rambut panjang Dania yang selalu disukainya.

"Aku tidak bisa tidur, tidur membuatku pusing dan selalu memimpikan anak kita," lirih Dania dengan suara lirih.

Mario naik ke tempat tidur Dania setelah Dania menggeser badannya. Mario menarik Dania ke dalam pelukannya. 

"Sudah jangan dipikirkan, nanti kita akan mendapat gantinya," kata Mario berusaha menenangkan.

Dania mendelik pada Mario. "Ganti dari mana? Sedangkan aku tidak bisa hamil lagi, rahimku sudah tidak ada," bentak Dania dengan nada kesal.

"Ssttt...tenanglah, sayang," Mario berusaha menenangkan Dania dengan suara lembut. 

"Sekarang kamu tidur, sudah larut," perintah Mario sambil mengusap punggung Dania dengan lembut.

Dania perlahan-lahan menutup mata dan terlelap di dalam dekapan Mario. 

Mario menatap Dania dengan penuh kasih sayang, kemudian membatin, "Kamu jangan khawatir, sayang, kita bisa mendapatkan anak." 

Setelah memastikan Dania tidur nyenyak, Mario pun ikut terlelap, merasa lega bahwa istrinya akhirnya bisa beristirahat.

******

Keesokan paginya, Laura terbangun di samping ibunya yang masih belum sadar setelah operasi. Laura memijit pelipisnya yang terasa pusing karena kurang tidur. Dia melihat ibunya dengan penuh kasih sayang dan mengusap pucuk kepala sang ibu.

"Ibu pasti sembuh," gumam Laura dengan penuh harapan. 

"Ibu, Laura pergi kerja dulu, ya," pamitnya sambil mencium kening dan punggung tangan Ibunya.

Setelah menitipkan ibunya kepada perawat, Laura menuju lobby dan melihat Mario sedang berbicara dengan seseorang. 

Kebetulan Mario melihatnya dan menunjuk Laura, membuat Laura mengerutkan keningnya dengan rasa penasaran. Apa yang sedang Mario lakukan? Dan mengapa dia menunjuk dirinya?

Setelah itu dia melihat Mario, masuk kedalam mobil dan berlalu begitu saja. Laki-laki yang bersama Mario menghampirinya.

"Selamat pagi, nona saya asisten pribadi tuan Mario. Saya ditugaskan untuk memberikan syarat yang tuan Mario ajukan." Jelasnya.

"Perkenalkan nama saya, Jimi."

Laura menyambut uluran tangan, Jimi. 

"Laura."

"Mari ikut saya, kita akan membicarakan ini di kantin rumah sakit."

Jimi melangkah terlebih dulu, dan Laura mengekor di belakangnya.

"Ini adalah syarat yang Tuan Mario ajukan," Jimi memberikan sebuah map berwarna biru, dan Laura membaca isi surat itu.

Laura membulatkan matanya, tidak percaya. 

"Menyewakan rahimnya, untuk mengandung." Gumamnya.

"Apa, tidak ada syarat lain?" cicit Laura.

"Jika tidak bersedia, anda harus mengganti semua biaya yang Tuan Mario keluarkan." Jelas Jimi datar.

Laura menghembuskan nafasnya secara kasar, tidak ada pilihan lain dia harus menerima syarat ini. Dari pada harus membayarnya, memang uang dari mana dia?

Laura menerima proposal yang diajukan oleh Jimi, asisten pribadi Mario, dengan perasaan pasrah. 

"Baiklah, saya menerimanya," katanya. Jimi mengangguk sebagai tanda persetujuan. 

"Besok saya akan menjemput Anda di sini," katanya sebelum berpamitan dan meninggalkan Laura.

Laura memijat keningnya, merasa pusing memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Namun, dia mencoba untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri. 

“Aku pasti bisa, hanya selama sembilan bulan ini," gumamnya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Laura menjawab panggilan dari Mimi, teman kerjanya. 

"Halo, Mimi," katanya. Setelah mendengarkan ucapan Mimi, Laura menjawab dengan ragu.

"Iya, aku akan masuk, sebentar lagi mungkin." Setelah berpamitan, Laura memutuskan sambungan.

Laura kemudian beranjak dari duduknya, siap untuk pulang dan bekerja. Dia merasa kesal karena bosnya terkenal pelit dalam memberikan izin libur, terutama setelah dia meminta izin hanya sehari kemarin.

Bersambung...

Maaf typo

Terpopuler

Comments

Praised93

Praised93

eh ada yang nello ternyata mimi

2024-05-25

0

Bzaa

Bzaa

semangat 💪💪💪

2022-12-10

0

Zhaafbrynn

Zhaafbrynn

semangaaat!!!

mampir yuk ke karya Sahabat se-Syurga
jangan lupa tinggalkan jejak ~
thankyouuuu~~

2022-09-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab.1
2 Bab.2
3 Bab.3
4 Bab.4
5 Bab.5
6 Bab.6
7 Bab.7
8 Bab.8
9 Bab.9
10 Bab.10
11 Bab.11
12 Bab.12
13 Bab.13
14 Bab.14
15 Bab.15
16 Bab.16
17 Bab.17
18 Bab.18
19 Bab.19
20 Bab.20
21 Bab.21
22 Bab.22
23 Bab.23
24 Bab.24
25 Bab.25
26 Bab.26
27 Bab.27
28 Bab.28
29 Bab.29
30 Bab.30
31 Bab.31
32 Bab.32
33 Bab.33
34 Bab.34
35 Pengumuman
36 Bab.36
37 Bab.37
38 Jimi part.1
39 Jimi part.2
40 Bab.40
41 Bab.41
42 Bab.42
43 Bab.43
44 Bab.44
45 Bab.45
46 Bab.46
47 Bab.47
48 Bab.48
49 Bab.49
50 Bab.50
51 Hari patah hati
52 Bab.52
53 Puncak Patah Hati
54 Bara
55 Berusaha
56 Pernyataan Cinta Bara
57 Keano&Zea
58 Pernikahan Hito&Yusra
59 Malam Pertama
60 Jawaban
61 Pengumuman
62 Akhiri Saja
63 Bab.63
64 Bab.64
65 Lembaran Baru
66 Bab.66
67 Bab.67
68 Sebuah Rencana 1
69 Sebuah Rencana.2
70 Bab.70
71 Bab.71
72 Bab.72
73 Bab.73
74 Bab.74
75 Bab.75
76 Bab.76
77 Bab.77
78 Bab.78
79 Bab.79
80 Exstra Part.1
81 Exstra part.2
82 Exstra part.3
83 Exstra part.4
84 Exstra Part.5
85 Exstra Part.6
86 Exstra part.7
87 Exstra Part.8
88 Exstra Part.9
89 Exstra Part.10
90 Exstra Part.11
91 Exstra Part.12
92 Exstra Part.13
93 Exstra Part.14
94 Exstra Part.15
95 Exstra Part.16
96 Pengumuman
97 Exstra Part.17
98 Exstra Part.18
99 Exstra Part.19
100 Pengumuman
101 Exstra Part.20
102 Exstra Part.21
103 Exstra Part.22
104 Pengumuman
105 Exstra Part.22
106 Exstra Part.23
107 Exstra Part.24
108 Exstra Part.25
109 Exstra Part.26
110 Exstra Part.27
111 Karya Baru
112 Chat story baru
113 Bukan pengantin pengganti
114 Promo Chat story baru
115 Promo Karya Baru Elang
116 Karya Baru
117 Karya Baru
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab.1
2
Bab.2
3
Bab.3
4
Bab.4
5
Bab.5
6
Bab.6
7
Bab.7
8
Bab.8
9
Bab.9
10
Bab.10
11
Bab.11
12
Bab.12
13
Bab.13
14
Bab.14
15
Bab.15
16
Bab.16
17
Bab.17
18
Bab.18
19
Bab.19
20
Bab.20
21
Bab.21
22
Bab.22
23
Bab.23
24
Bab.24
25
Bab.25
26
Bab.26
27
Bab.27
28
Bab.28
29
Bab.29
30
Bab.30
31
Bab.31
32
Bab.32
33
Bab.33
34
Bab.34
35
Pengumuman
36
Bab.36
37
Bab.37
38
Jimi part.1
39
Jimi part.2
40
Bab.40
41
Bab.41
42
Bab.42
43
Bab.43
44
Bab.44
45
Bab.45
46
Bab.46
47
Bab.47
48
Bab.48
49
Bab.49
50
Bab.50
51
Hari patah hati
52
Bab.52
53
Puncak Patah Hati
54
Bara
55
Berusaha
56
Pernyataan Cinta Bara
57
Keano&Zea
58
Pernikahan Hito&Yusra
59
Malam Pertama
60
Jawaban
61
Pengumuman
62
Akhiri Saja
63
Bab.63
64
Bab.64
65
Lembaran Baru
66
Bab.66
67
Bab.67
68
Sebuah Rencana 1
69
Sebuah Rencana.2
70
Bab.70
71
Bab.71
72
Bab.72
73
Bab.73
74
Bab.74
75
Bab.75
76
Bab.76
77
Bab.77
78
Bab.78
79
Bab.79
80
Exstra Part.1
81
Exstra part.2
82
Exstra part.3
83
Exstra part.4
84
Exstra Part.5
85
Exstra Part.6
86
Exstra part.7
87
Exstra Part.8
88
Exstra Part.9
89
Exstra Part.10
90
Exstra Part.11
91
Exstra Part.12
92
Exstra Part.13
93
Exstra Part.14
94
Exstra Part.15
95
Exstra Part.16
96
Pengumuman
97
Exstra Part.17
98
Exstra Part.18
99
Exstra Part.19
100
Pengumuman
101
Exstra Part.20
102
Exstra Part.21
103
Exstra Part.22
104
Pengumuman
105
Exstra Part.22
106
Exstra Part.23
107
Exstra Part.24
108
Exstra Part.25
109
Exstra Part.26
110
Exstra Part.27
111
Karya Baru
112
Chat story baru
113
Bukan pengantin pengganti
114
Promo Chat story baru
115
Promo Karya Baru Elang
116
Karya Baru
117
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!