Sore hari pun tiba, rencana keberangkatan Laura dan Mario yang semula malam. Kini diubah oleh Mario menjadi sore hari. Dan Mario memutuskan untuk menggunakan pesawat pribadi keluarga Wiriadinata, alasannya hanya tidak ingin umum tau bahwa Mario pergi dengan wanita lain selain Dania.
Dania menerima saran Mario dan sudah mempersiapkan segalanya.
"Mario..." Dania terlihat ragu, untuk menyampaikan sesuatu.
"Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Kamu percaya padaku." Jelas Mario, memeluk Dania.
Laura yang menunggu di dalam mobil, bersama Jimi pun hanya terdiam menatap mereka. Tak lama Mario pun masuk ke dalam mobil, dan duduk di depan bersama Jimi. Membuat hati Laura merasakan sakit, tapi … Dia pun sadar diri, bahwa dia adalah istri kedua yang hanya memberikan anak pada mereka.
Mereka pun sampai di bandara Internasional Soekarno-Hatta. Laura pun tidak mengagumi yang ada di depannya, dia sedang tidak mood. Laura mengikuti langkah Mario di belakang, menggunakan masker dan kacamata hitam supaya tidak ada yang mengenali Laura.
Di dalam pesawat pun Laura masih diam, dan memandang keluar yang hanya terlihat awan. Setelah pesawat terbang di udara.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam kurang lebih, akhirnya Mario dan Laura sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Kemudian Mario menghentikan taxi dan membawa mereka menuju hotel di sekitaran bandara.
Sesampainya di hotel tersebut, Laura masuk terlebih dulu dan melihat sekeliling hotel.
"Bahkan hotel ini pun biasa saja, huh! Nasib istri yang tak di inginkan. Sadar Laura kamu hanya di butuhkan untuk melahirkan anaknya Mario." Batin Laura, sambil memandang pantai Jimbaran. Setidaknya dia merasakan yang namanya liburan, selama ini dia hanya diam dirumah jika libur.
Mario menatap Laura, yang sedang di balkon kamar dia tidak mengatakan apapun dan langsung pergi ke luar. Untuk sejenak dia ingin menikmati sejuknya angin pantai.
****
Sementara itu kediaman Mario, Dania tengah mengurung diri di kamarnya. Dari keberangkatan Mario sampai waktunya makan malam, Dania tidak ingin keluar. Para pelayan sudah berusaha membujuk sang nyonya. Namun, hasilnya nihil dengan terpaksa salah satu pelayan menghubungi Mario.
Tapi sebelum pelayan sempat menghubungi tuannya, Jimi datang mencegah pelayan tersebut.
"Biar aku saja, yang membujuk nyonya Dania," pinta Jimi, supaya liburan Mario dan Laura tidak ada halangan apa pun.
Jimi mengetuk pintu kamar Dania, dan tampaklah Dania yang terlihat acak-acakan. Dania memeluk Jimi erat. "Sudah jangan menangis, ada aku disini." Ucap Jimi lembut, mengelus punggung Dania.
"Ayo kita makan, apa mau aku suapi ?" goda Jimi, melepas pelukan Dania. Membuat Dania mencebikan bibirnya.
"Temani aku makan Jim," pinta Dania, Jimi pun mengangguk membawa Dania ke meja makan.
Melihat Dania yang makan dengan ogah-ogahan. Membuat Jimi menggeleng, dia sudah bersama sejak kecil jadi tahu bagaimana sikap dan sifat sang nyonya.
"Makanlah yang benar, Dania." Desis Jimi.
"Mereka sedang apa yah, Jim ?" tanya Dania, sambil menerawang jauh.
"Sudahlah, jangan kamu pikirkan Dania. Jika kalian ingin cepat memiliki anak biarkan Mario melakukannya dengan cepat." Jelas Jimi. "atau perlu aku hubungi Mario?"
Melihat Dania yang diam saja, Jimi memutuskan untuk menghubungi bos sekaligus sahabatnya itu.
Sambungan pertama tak di angkat, ke dua, ke tiga, dan pada dering ke empat Mario mengangkatnya.
"Ada apa Jimi?" Tanya Mario to the point.
"Apa kamu sudah melakukannya?" Bukannya menjawab, Jimi malah balik bertanya.
Hening.
"Belum," lirih Mario. "aku belum siap, Jim. Aku selalu memikirkan Dania dan perasaannya."
"Mario, justru kamu akan menyakiti mereka berdua. Laura dan Dania." Terang Jimi. "apa kamu pikir, Laura tak sakit hati? Maka jangan pernah sia-siakan pengorbanan perasaan mereka berdua."
Dengan tegas Jimi mengatakan hal seperti itu, agar Mario melakukannya dengan cepat. Dan tak membuat Dania merasakan sakit hati lebih lama.
"Baiklah malam ini akan aku coba." Putus Mario pada akhirnya.
Tanpa menunggu jawaban Jimi, Mario sudah menutup sambungan telepon. Jimi menatap Dania, yang juga menatapnya.
"Aku juga bilang apa? Mario tidak semudah itu melakukan dengan wanita lain, Dania." Jelas Jimi, dan membawa Dania ke kamarnya untuk beristirahat, setelah Dania menghabiskan makanannya.
***
Hotel di Bali
Laura yang merasa bosan memutuskan untuk berendam, badannya pegal-pegal karena pertama kalinya dia naik pesawat. Dan jujur sedikit pusing.
"Naik pesawat aja langsung pegel, huh! Dasar norak." Kekehnya menggeleng pelan.
Sedangkan Mario, baru kembali ke dalam kamar hotel. Setelah tadi menenangkan pikirannya. Mario harus cepat melakukannya jika tidak ingin terus berlarut-larut dalam menyakiti kedua wanita tersebut.
"Kemana dia?" gumam Mario, mencari keberadaan Laura, Laura yang lupa mengunci pintu tak mendengar langkah kaki seseorang dan pintu terbuka.
"Astaga Laura," Seru Mario panik, dan segera menghampiri Laura yang tertidur di bathup.
Mario langsung mengangkat tubuh polos Laura, membuat Mario membulatkan matanya.
"Aakkhhh M-Mario ap-apa, yang kau lakukan." Pekik Laura, dengan terbata. Sambil berusaha menutupi d4d4nya.
"Maafkan aku Laura, aku kira kamu pingsan." Jelas Mario.
"Hah, pingsan yang benar saja." Batin Laura.
Hening menyelimuti keduanya.
Mario menatap dalam mata Laura, refleks tangan Mario membuka tanga Laura yang menutupi bulatan kenyal tersebut, secara sadar Mario mengusap, dan meremasnya secara pelan. Dia juga sudah lama tidak melakukannya dengan Dania.
Di perlakukan seperti itu oleh Mario, membuat Laura merinding dan seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutnya.
"Jika Mario meminta haknya, aku rela, dan ikhlas." Batin Laura, sambil memejamkan mata, saat benda kenyal menyentuh bibirnya.
Skip aja deh
Setelah pendakian yang panjang, akhirnya Mario menumpahkan bibit unggulnya ke dalam rahim Laura, berharap ada salah satu di antaranya tumbuh.
Mario merebahkan diri di samping Laura, dan membawa Laura ke dalam dekapannya.
"Makasih Laura." Ucap Mario, kemudian mencium kening Laura dalam.
Laura tidak menjawab dia, hanya mengeratkan pelukannya pada Mario. Pelukan ternyaman yang pernah Laura rasakan kembali.
Mario mendengar suara dengkuran halus dari bibir Laura, bibir yang akan menjadi candu untuknya.
"Terima kasih, Laura terima kasih." Gumam Mario, pada saat itu Mario tidak menyangka bahwa Laura masih virgin, berbeda halnya dengan Dania. Pada saat Mario melakukannya dengan Dania, Dania sudah tidak gadis lagi, tapi Mario tidak mempermasalahkannya karena Mario mencintai Dania. Tapi kali ini ada yang berbeda dengannya, melihat bahu Laura, dan bulatan kenyalnya yang mengintip. Membuat sesuatu yang tertidur terbangun kembali.
Mario menghembuskan napasnya secara kasar.
"Aku tidak bisa mengendalikan diriku, setelah tau aku yang pertama. Dan rasanya begitu nikmat."
Huh!
Bersambung…
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Sania Puteri Makasar
curiga Dania sama jimi
2022-12-11
0
خويرون
jangan² anak yg di kandung sama Dania bukan anaknya Mario 🤔 makanya Dania kena karma sampe diangkat rahimnya dan anaknya meninggal 🤧
2022-09-08
3
afikamanisih Manisih
asisten sama istri bos kok biasa aja ya main pelukan segala
2022-09-07
4