Bab.19

Pagi pun tiba, cuaca yang dingin sungguh menggoda Yusra untuk bergelung dibawah selimut, tiba-tiba dikagetkan dengan ketukan pintu yang sangat keras.

"Yusra, bangun kamu jangan malas." Teriak Dania, menggedor pintu kamar Yusra.

Yusra bangkit dari ranjangnya, kemudian berjalan tergesa-gesa membuka pintu. Saat pintu terbuka tangan Dania melayang tepat di pipi Yusra, Yusra yang merasakan perih di pipinya hanya bisa meringis menahan sakit, di pipi dan juga hatinya.

"Kamu jadi anak gadis ko ya males bangun sih, Liat ini sudah jam berapa?" teriak Dania, menggema di seluruh ruangan.

"Maafkan aku mami, aku semalam tidur malam ngerjain tugas." Lirih Yusra

"Heh alasan aja kamu, aku kan sudah bilang jangan kuliah, masih aja ngeyel buang-buang uang saja. Dan  satu lagi jangan pernah panggil aku mami, karena kamu bukan anakku." Desis Dania, membuat Yusra berkaca-kaca.

Yusra yang dimarahi Dania pun, hanya bisa menunduk, perkataan Dania melukai hati Yusra. Dan tadi apa katanya? Dia bukan anaknya?

"Ya sudah, cepat siapkan sarapan lima menit lagi. Aku mau keluar," perintah Dania, dan berlalu meninggalkan Yusra.

"Jadi itu alasan mami gak sayang aku? Aku bukan anaknya, apa aku hanya anak angkat saja?" gumam Yusra, sambil berjalan menuju dapur. Ingin dia bertanya pada Mario, tapi sang ayah tak pernah ada dirumah. Jika ada Yusra pun jarang bertemu.

****

Di kediaman Laura, Yumna yang sudah terbiasa bangun pagi dan bekerja di dapur selalu membantu Laura. Semerbak wangi masakan tercium di seluruh ruangan.

"Akhirnya, masakanku selesai juga." Gumam Yumna.

Yumna menatap jam dinding di dekat ruang tamu, waktu menunjukan pukul enam pagi. Ibu dan omanya itu belum juga kembali dari olahraga paginya.

"Sebaiknya aku mandi dulu, sebelum Keano jemput." Pikir Yumna, setelah menutup masakannya dengan tudung saji. Yumna bergegas masuk ke kamarnya, dan membawa perlengkapan mandinya.

Karena setiap kamar Yumna dan Laura tidak ada kamar mandinya, hanya di kamar omanya yang ada kamar mandinya.

Beberapa menit kemudian, Yumna sudah selesai melakukan ritual mandi, dan telah memakai pakaian yang rapi. Karena hari ini hari pertamanya bekerja dan bertepatan dengan ibu dan omanya pulang jalan pagi.

"Ibu, oma. Sudah pulang?" tanya Yumna basa basi.

"Sudah, kamu sudah masak, nak?" tanya Laura, dan Yumna menjawab dengan anggukan kepalanya. 

"Ya sudah, aku mau ke kamar dulu, bu ." Ucap Yumna, setelah mencium pipi Laura, dan Anjani.

"Baiklah bu, kita mandi dulu lalu kita sarapan." Ajak Laura.

Nyonya Anjani menahan tangan Laura dan menatap lekat, wajah anak perempuan satu-satunya. 

"Laura apa kamu, tidak ingin memberitahu Yumna siapa ayahnya?"

Laura terpaku pertanyaan sang ibu, membuatnya tercekat, dia hampir melupakan Mario. Karena Yumna tak pernah menanyakan keberadaan ayahnya, terakhir kali dia menanyakan ayahnya adalah saat kelulusan SD.

"Aku tidak tau bu, aku takut memberitahukannya pada Yumna. Aku takut dia memilih ikut dengan ayahnya." Lirih Laura.

Selama ini Laura selalu bungkam, setiap kali Yumna bertanya di mana ayahnya. Apalagi ketika Yumna menginjakan kaki di sekolah dan selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya, karena tidak memiliki ayah. Dia selalu disebut anak haram.

"Maafkan ibu Yumna, ibu tidak bisa memberi tahu siapa ayahmu." Ucap Laura saat itu, ketika Yumna sudah beranjak remaja dan akan masuk SMA.

"Tidak apa-apa, Bu. Aku mengerti, Ibu jangan sedih lagi, maafkan aku yang selalu membuat Ibu menangis." Lirih Yumna, dan dia merasa bersalah ketika melihat ibunya selalu menangis tiap malam saat dia selalu menanyakan dimana ayahnya. Dan semenjak saat itu, Yumna tidak bertanya lagi tentang ayahnya.

Lamunan Laura buyar, saat nyonya Anjani mengusap tangan Laura. "Mungkin ini waktu yang tepat, Laura. Beritahu dia kalau dia punya ayah."

"Beri aku waktu bu, aku belum siap." Balas Laura.

Tanpa mereka sadari, Yumna mendengarkan percakapan mereka. Yumna mengusap air matanya yang tak tau malunya keluar.

"Maafkan aku, Bu. Aku selalu membuatmu menangis aku belum bisa membahagiakanmu," lirih Yumna menahan isakannya, dan bersandar di depan pintu yang sudah ditutup secara perlahan.

Saat sedang bersedih, hanya kotak musik berbentuk bola kristal yang akan menghiburnya dan dia akan menyalakannya untuk menenangkan hatinya.

"Yumna, kamu sudah siap sayang?" teriak Laura dari luar.

Yumna buru-buru menyimpan kotak tersebut, dan bergegas membuka pintu.

"Sudah bu, aku sudah siap." Senyum Yumna, membuat Laura mengingat Mario.

"Ayo Bu, nanti Keano menjemput ku." Rengek Yumna pada Laura.

"Ya sudah, kita sarapan oma kamu sudah menunggu dari tadi." Jawab Laura, mereka berjalan menuju ruang makan dimana  Anjani telah menunggunya.

Sekilas Anjani melihat mereka seperti adik kakak, membuatnya merasa lucu. Yumna yang memiliki tubuh lebih tinggi dari Laura.

"Selamat makan semua," seru Yumna, membuat Laura dan Anjani geleng-geleng kepala.

"Selamat makan juga sayang." Balas Laura, dan Anjani kompak.

Kehangatan keluarga Yumna, berbanding terbalik dengan saudara kembarnya Yusra. Yang selalu mendapatkan perlakuan kasar dari Dania, saat Mario berada di luar kota.

****

Kembali ke Yusra, Yusra yang selesai memasak dan mandi. Menghampiri Dania yang sedang menikmati sarapannya.

"Kamu makan bersama pelayan." Sahut Dania.

"Baik," lirih Yusra. 

"Nyonya aku ingin..." Belum sempat Yusra berbicara, Dania telah memotong ucapan Yusra. Bahkan kini dia memanggil Dania, dengan sebutan nyonya.

"Pergilah, kamu tidak perlu izin ku kan? Kalo bisa jangan pernah kembali lagi kesini." Ucap Dania dengan nada dingin.

Yusra berjalan gontai, menuju meja makan yang berada di dapur. Dia duduk dan menangis di pelukan Mala.

"Kenapa dia seperti itu padaku mbak? Apa salahku? Apa aku hanya anak angkat mereka? Tapi papi bilang, aku adalah anak kandungnya." ucap Yusra, di antara isak tangisnya, membuat Mala iba. Dia tahu bagaimana perjuangannya merawat Yusra dari bayi hingga sebesar ini.

Pelayan yang menatap anak dari majikannya tersebut, hanya menatap dengan kasian. Mereka tidak bisa melakukan apapun, mereka hanya mencuri waktu untuk membantu meringankan pekerjaan Yusra.

Yusra berdiri dari duduknya, dan berlari keluar lewat pintu dapur.

"Yusra … Yusra, kamu mau kemana?" pekik Mala, tapi Yusra menghiraukan teriakan Mala.

Yusra berlari ke rumah Hito, sesampainya di rumah Hito. Dia langsung menerobos rumah Hito dan langsung memeluk ibunya Hito yang sedang berada di dapur.

"Yusra, kamu bikin tante kaget saja." Ucap Wina, sambil menggenggam tangan Yusra yang melingkar di perutnya.

"Tante biarkan aku memelukmu," lirih Yusra, hanya Wina satu-satunya tempatnya bersandar. Wina juga sudah dianggap sebagai ibu baginya.

"Baiklah sayang, tapi tante ingin mematikan kompor dulu. Nanti masakan tante gosong lagi," kekeh Wina.

Setelah mematikan kompor, Wina mengajak Yusra duduk di sofa dan memeluk Yusra. Wina mengelus punggung Yusra dengan lembut dan menenangkan, mencoba menyalurkan kekuatan untuk gadis tersebut.

"Wahhh, ada apa nih? Pagi-pagi sudah berpelukan." Tanya Hito, yang baru saja keluar dari ruangan olahraga dengan pakaian olahraganya yang basah. Membuat bentuk tubuhnya terlihat jelas, dan itu sukses membuat Yusra merona.

"Ra, kamu gak mau peluk aku? Dadaku pelukabel loh." Goda Hito, membuat Yusra melepas pelukannya.

"Ogah, aku gak mau peluk kamu bau. Belum mandi." Cibir Yusra.

Hito tersenyum, dia berhasil menghilangkan kesedihan Yusra. 

"Ya elah, kamu nih selalu saja gitu. Kemarin-kemarin siapa yang nangis-nangis minta dipeluk." Sindir Hito, membuat Yusra melotot.

"Tante," rengek Yusra, Wina hanya terkekeh menanggapi Yusra, dan Hito yang selalu bertengkar tapi saling sayang.

"Udah Hito, kamu jangan godain terus anak gadisnya mamah." Tegur Wina, membuat Yusra senang bukan main karena Wina membelanya.

"Sudah sana mandi, nanti kamu telat." Perintah Wina, dan di jawab anggukan oleh Hito. 

"Kamu mau tunggu di sini? Apa ikut tante lanjut masak?" tanya Wina.

"Aku bantu tante masak, abis itu numpang mandi," ujar Yusra, dan di jawab anggukan oleh Wina.

Akhirnya Yusra melupakan kesedihannya sejenak, hanya bersama keluarga Hito lah dia merasa diterima, dan di sayang. Apalagi tante Wina yang menganggapnya sebagai putrinya sendiri. Tante Wina selalu ada untuknya saat dirinya sedih dan selalu memberikan dukungan seorang ibu.

Dulu saat Yusra untuk pertama kalinya kedatangan tamu bulanan, Wina lah yang selalu ada untuknya.

****

Setelah selesai sarapan, Yusra dan Hito berpamitan pada Wina.

"Hito, kita mampir ke cafe dekat kampus kita yah nanti siang." Pinta Yusra.

Hito menautkan kedua alisnya. "Tumben, mau apa, memang?" 

"Aku ingin melamar kerja siapa tau ada," balas Yusra mengedikan bahunya. "Cafe itu baru buka kan? Pasti butuh pelayan baru."

"Kerja? Buat apa? Orang tuamu banyak uang Yusra masa iya kerja." Hito dibuat heran dengan tingkah Yusra, yang ingin bekerja.

Yusra memutar badannya, menghadap Hito dengan wajah memelas dia memohon pada Hito. 

"Aku mohon, bantu aku yah." Mohon Yusra, sambil memegang lengan Hito. Membuat dia jadi salah tingkah.

Dan entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak kencang. 

"Sepertinya, aku harus memeriksakan kondisi jantungku." Batin Hito.

"Astaga Yusra." Desah Hito dalam hati.

Hito berdehem. "Baiklah nanti aku akan membantumu, tapi nanti jika papi mu marah, kamu tanggung sendiri ya."

"Tenang saja, aku akan memotong rambutku jadi pendek dan mewarnainya. Agar papi tidak mengenaliku," senyum Yusra mengembang dengan rencananya.

"Terserah kamu lah, aneh emang kamu. Orang tua kaya pengen kerja," gumam Hito menggeleng pelan.

***

Tak terasa jam makan siang pun tiba, Yusra sudah keluar kelas dari pukul sebelas. Dan dia menunggu Hito di taman kampus.

"Yusra, ayok." Teriak Hito, dan Yusra pun mengangguk.

"Kenapa ingin bekerja?" tanya Hito lagi, kini mereka tengah berjalan di lorong kampus menuju parkiran.

"Aku ingin menghindari mami Dania." Lirih Yusra dan Hito pun paham, jika Yusra sudah menyebut Dania.

"Sudah jangan sedih lagi dong," bujuk Hito, mengusap air mata yang keluar di pipi Yusra. Yusra menghambur ke pelukan Hito. 

"Terima kasih Hito, kamu selalu ada untukku." Gumam Yusra.

Hito melerai pelukan mereka, memegang pundak Yusra.

"Aku akan selalu ada untukmu, dan selalu menjagamu." Jelas Hito. "Ayo masuk."

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di cafe yang bernama Keanos cafe. Cafe anak muda yang instagramabel, dan cocok untuk foto-foto.

Yusra memakai kacamatanya, dan keluar. Pada saat membuka pintu dia berpapasan dengan Laura yang baru selesai bertemu dengan Yumna.

Laura yang merasakan, detak jantungnya berdetak tak biasa membuatnya berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. Di sana Yusra juga merasakan apa yang Laura rasakan.

Mereka saling tatap, dan memberikan senyum hangat. Dan Yusra pun masuk ke dalam.  

"Aku seperti mengenalnya, tapi dimana?" gumam Laura, Yusra setelah beranjak dewasa. Wajahnya perpaduan antara Mario dan Laura, makanya Laura tidak mengenali wajah Yusra sekarang.

Bersambung…

Maaf typo

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

gmn kbr mario

2023-09-17

0

Andin Yafa

Andin Yafa

Itu mario buta ato gimna thor,msak dia gk liat anknya ditelantarin disiksa kgk tau

2022-10-09

2

Johanah Tata

Johanah Tata

tak kira yumna itu pinter kuliah sambil kerja ini malah hidupnya susah thor2 jadi males bacanya. tunjukkan bahwa dia itu mampu tanpa mario ini ceritanya tambah susah jjiji

2022-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.1
2 Bab.2
3 Bab.3
4 Bab.4
5 Bab.5
6 Bab.6
7 Bab.7
8 Bab.8
9 Bab.9
10 Bab.10
11 Bab.11
12 Bab.12
13 Bab.13
14 Bab.14
15 Bab.15
16 Bab.16
17 Bab.17
18 Bab.18
19 Bab.19
20 Bab.20
21 Bab.21
22 Bab.22
23 Bab.23
24 Bab.24
25 Bab.25
26 Bab.26
27 Bab.27
28 Bab.28
29 Bab.29
30 Bab.30
31 Bab.31
32 Bab.32
33 Bab.33
34 Bab.34
35 Pengumuman
36 Bab.36
37 Bab.37
38 Jimi part.1
39 Jimi part.2
40 Bab.40
41 Bab.41
42 Bab.42
43 Bab.43
44 Bab.44
45 Bab.45
46 Bab.46
47 Bab.47
48 Bab.48
49 Bab.49
50 Bab.50
51 Hari patah hati
52 Bab.52
53 Puncak Patah Hati
54 Bara
55 Berusaha
56 Pernyataan Cinta Bara
57 Keano&Zea
58 Pernikahan Hito&Yusra
59 Malam Pertama
60 Jawaban
61 Pengumuman
62 Akhiri Saja
63 Bab.63
64 Bab.64
65 Lembaran Baru
66 Bab.66
67 Bab.67
68 Sebuah Rencana 1
69 Sebuah Rencana.2
70 Bab.70
71 Bab.71
72 Bab.72
73 Bab.73
74 Bab.74
75 Bab.75
76 Bab.76
77 Bab.77
78 Bab.78
79 Bab.79
80 Exstra Part.1
81 Exstra part.2
82 Exstra part.3
83 Exstra part.4
84 Exstra Part.5
85 Exstra Part.6
86 Exstra part.7
87 Exstra Part.8
88 Exstra Part.9
89 Exstra Part.10
90 Exstra Part.11
91 Exstra Part.12
92 Exstra Part.13
93 Exstra Part.14
94 Exstra Part.15
95 Exstra Part.16
96 Pengumuman
97 Exstra Part.17
98 Exstra Part.18
99 Exstra Part.19
100 Pengumuman
101 Exstra Part.20
102 Exstra Part.21
103 Exstra Part.22
104 Pengumuman
105 Exstra Part.22
106 Exstra Part.23
107 Exstra Part.24
108 Exstra Part.25
109 Exstra Part.26
110 Exstra Part.27
111 Karya Baru
112 Chat story baru
113 Bukan pengantin pengganti
114 Promo Chat story baru
115 Promo Karya Baru Elang
116 Karya Baru
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab.1
2
Bab.2
3
Bab.3
4
Bab.4
5
Bab.5
6
Bab.6
7
Bab.7
8
Bab.8
9
Bab.9
10
Bab.10
11
Bab.11
12
Bab.12
13
Bab.13
14
Bab.14
15
Bab.15
16
Bab.16
17
Bab.17
18
Bab.18
19
Bab.19
20
Bab.20
21
Bab.21
22
Bab.22
23
Bab.23
24
Bab.24
25
Bab.25
26
Bab.26
27
Bab.27
28
Bab.28
29
Bab.29
30
Bab.30
31
Bab.31
32
Bab.32
33
Bab.33
34
Bab.34
35
Pengumuman
36
Bab.36
37
Bab.37
38
Jimi part.1
39
Jimi part.2
40
Bab.40
41
Bab.41
42
Bab.42
43
Bab.43
44
Bab.44
45
Bab.45
46
Bab.46
47
Bab.47
48
Bab.48
49
Bab.49
50
Bab.50
51
Hari patah hati
52
Bab.52
53
Puncak Patah Hati
54
Bara
55
Berusaha
56
Pernyataan Cinta Bara
57
Keano&Zea
58
Pernikahan Hito&Yusra
59
Malam Pertama
60
Jawaban
61
Pengumuman
62
Akhiri Saja
63
Bab.63
64
Bab.64
65
Lembaran Baru
66
Bab.66
67
Bab.67
68
Sebuah Rencana 1
69
Sebuah Rencana.2
70
Bab.70
71
Bab.71
72
Bab.72
73
Bab.73
74
Bab.74
75
Bab.75
76
Bab.76
77
Bab.77
78
Bab.78
79
Bab.79
80
Exstra Part.1
81
Exstra part.2
82
Exstra part.3
83
Exstra part.4
84
Exstra Part.5
85
Exstra Part.6
86
Exstra part.7
87
Exstra Part.8
88
Exstra Part.9
89
Exstra Part.10
90
Exstra Part.11
91
Exstra Part.12
92
Exstra Part.13
93
Exstra Part.14
94
Exstra Part.15
95
Exstra Part.16
96
Pengumuman
97
Exstra Part.17
98
Exstra Part.18
99
Exstra Part.19
100
Pengumuman
101
Exstra Part.20
102
Exstra Part.21
103
Exstra Part.22
104
Pengumuman
105
Exstra Part.22
106
Exstra Part.23
107
Exstra Part.24
108
Exstra Part.25
109
Exstra Part.26
110
Exstra Part.27
111
Karya Baru
112
Chat story baru
113
Bukan pengantin pengganti
114
Promo Chat story baru
115
Promo Karya Baru Elang
116
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!