Dua minggu berlalu, Mario masih setia berada di apartemen yang dulu ditempati oleh Laura. Pergi ke luar kota hanyalah alasannya saja, jika dia merindukan Laura maka dia akan datang ke apartemen ini. Dan menyendiri merasakan kekosongan hatinya, setelah Laura pergi.
Dia tidak memberi kabar pada siapapun, termasuk pada sang anak Yusra. Walau dia tau perlakuan Dania pada Yusra tidaklah baik. Melihat Yusra sekilas membuat Mario selalu merindukan Laura, karena ada sedikit kemiripan pada putrinya tersebut.
"Kenapa jadi seperti ini? Apakah aku jatuh cinta padanya? Bukannya Dania wanita yang aku cintai?" Mario menghembuskan napasnya secara kasar, dan menatap foto pernikahannya dengan Laura, yang tergantung di dinding kamar, tak ada yang berubah dari apartemen tersebut.
ponsel Mario berdering, dia melihat bahwa Yusra yang menelpon.
"Ya sayang, kenapa?" tanya Mario, dia mendengarkan sang anak.
"Mungkin papi pulang besok, kenapa?"
"Baiklah, akan papi usahakan." Jawab Mario, dan mematikan panggilannya.
"Maafkan papi, Yusra." Gumam Mario.
Kemudian Mario terlelap menuju alam mimpi, sejenak dia bisa melupakan Laura atau bahkan dia berharap bermimpi tentang Laura.
****
"Gimana, kata papi mu?" tanya Hito, sambil menyesap minumannya. Setelah melihat Yusra menyimpan ponsel ke saku celananya.
"Papi bilang, dia akan usahakan besok." Jawab Yusra cuek.
"Oh yah, jadi gimana tadi keterima?" Hito bertanya dengan mulut penuh cake.
Membuat Yusra berdecak kesal dan ingin rasanya, dia menjejali cake yang ada di hadapannya kepada Hito.
"Kalo mau ngomong, ya habiskan dulu makanannya dong Hito ihh. Kamu mah jorok tauk," ketus Yusra.
"Ya maaf." Balas Hito nyengir kuda.
"Jadi gimana? Interviewnya lancar?" tanya Hito.
"Ya lancar, dan aku keterima. Besok aku udah mulai kerja bagian shift sore," balas Yusra tersenyum senang, tidak sabar rasanya untuk bekerja.
"Hito antar aku ke salon yah," pinta Yusra, dan di jawab anggukan oleh Hito.
"Abisin dulu makannya, di salon kan lama. Nanti kamu lapar." Kata Hito mengingatkan.
"Beres bos." Kekeh Yusra.
Hito selalu suka melihat senyum Yusra yang sangat manis, dia selalu berusaha membuat Yusra untuk tersenyum.
****
Keano merenggangkan otot-otot tubuhnya, setelah seharian duduk menginterview pekerja baru. Sebuah ketukan membuatnya mengangkat kepala, dan tersenyum melihat siapa yang masuk.
"Keano, sudah selesai?" tanya Yumna.
"Udah, mau pulang sekarang?"
Yumna berpikir sejenak.
"Enaknya kita jalan, ke mall yuk." Ajak Yumna, dengan raut wajah sumringah sudah lama dia tidak jalan-jalan.
"Baik tuan putri, mana bisa aku menolak permintaanmu." Balas Keano, dan mereka terkekeh sendiri.
Setelah selesai membereskan berkas-berkasnya, Keano dan Yumna mampir terlebih dulu ke mall ternama di Jakarta. Semenjak oma Anjani sakit, Laura dan keluarganya pindah ke Jakarta untuk lebih dekat dengan rumah sakit yang lebih lengkap.
Karena Keano pemilik cafe, dan kebetulan Yumna sudah selesai shiftnya. Maka dari itu mereka pulang masih sore.
Setibanya di mall tersebut, Keano dan Yumna berjalan mengelilingi mall lantai satu ke lantai dua, begitulah seterusnya.
"Kamu mau beli sesuatu?" tanya Keano, saat melihat ekspresi Yumna.
"Hmm...sebenarnya, aku mau beli sepatu. Sepatuku sudah jelek," tunjuknya pada sepatu yang dia pakai.
Keano tersenyum, dan mengajak Yumna ke toko sepatu. Lalu memilih sepatu yang pas untuk Yumna, dia tau bagaimana keadaan ekonomi keluarga Yumna. Laura ibu Yumna harus bekerja ekstra untuk kesembuhan ibu Anjani yang menderita sakit gagal ginjal, setelah beberapa tahun lalu dinyatakan sembuh dari kanker.
Dan kepindahan Laura dan keluarganya ke Jakarta beberapa tahun lalu, berkat bantuan dari Keano dan keluarganya.
Setelah menerima sepatu yang dibelikan oleh Keano, Yumna mengucapkan terima kasih.
"Makasih yah, nanti aku ganti." Kekeh Yumna.
"Tidak usah, kamu harus ganti dengan semangat bekerja di cafe ku." Ucap Keano, membuat Yumna tersenyum sangat manis, dan kemudian mengangguk.
Setelah dari toko sepatu, Keano mengajak Yumna ke tempat makanan khas jepang. Tanpa mereka sadari Yusra dan Yumna masuk barengan ke restoran jepang tersebut, tanpa ada kesadaran dari mereka. Hanya detak jantung mereka yang menjadi cepat, membuat Yusra dan Yumna saling melihat sekeliling.
****
Laura duduk di taman termenung, memikirkan nasib sang anak Yusra. Dia selalu bertanya-tanya bagaimana keadaannya? Apakah Yusra mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari Dania dan Mario? Perkataan itu selalu berputar-putar di kepalanya.
Laura menghembuskan napasnya secara perlahan, dan menatap anak-anak yang sedang bermain di taman tersebut.
Laura tersenyum melihat tingkah menggemaskan mereka, ingatannya melayang pada saat Yumna masih kecil.
****
"Yumna gak mau sama oma, Yuman maunya sama ibu," rajuk Yumna dengan suara khas anak-anak, sambil memeluk kaki Laura.
"Yumna sayang, ibu harus kerja. Nanti kalo ibu gak kerja siapa yang akan beliin Yumna boneka dan mainan lainnya," bujuk Laura, dengan lemah lembut.
Yumna berhenti menangis, dan menatap sang ibu dengan mata berkaca-kaca sambil mengerjapkan matanya.
"Izinkan ibu bekerja yah, sayang." Mohon Laura.
"Iya deh ibu boleh kerja, tapi pulangnya bawa aku main ke taman ok." Pinta Yumna, dan di jawab anggukan oleh Laura.
"Baiklah, anak pintar. Nah sekarang kamu sama oma yah, jangan nakal, nurut apa kata oma." Nasehat Laura pada Yumna.
"Siap bu," kekeh Yumna.
"Bu, aku titip Yumna yah. Assalamualaikum," pamit Laura, setelah mencium punggung tangan Anjani.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati nak." Balas nyonya Anjani.
"Nah Yumna, kamu salam dulu sama ibu mu." Perintah Anjani, dan Yumna pun menyalami Laura.
Setelah berpamitan Laura pun berangkat, menggunakan angkutan umum. Dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya, padahal dia sudah ditawari usaha oleh Antiah.
***
Jika mengingat pada saat itu, dia merasa sesak menjadi single parent untuk anaknya, dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dapurnya. Setelah Laura memiliki cukup uang dia membuka toko roti di sekitar rumahnya. Awalnya ramai, tapi lama-lama pengunjungnya sepi. Karena banyaknya saingan dan juga Laura tidak memiliki modal, terlebih lagi sang ibu yang menderita penyakit gagal ginjal, akibat kebanyakan mengkonsumsi obat-obatan.
Tapi Laura kuat dia mampu melewati itu semua berkat bantuan dari Antiah, ibu dari Mario beliau dengan baiknya memberikan biaya pendidikan untuk Yumna.
Saat tengah asyik, dengan pikirannya. Laura tak sadar bahwa sedari tadi Mario memperhatikan dirinya.
"Laura." Gumam Mario.
"Long time no see" Ucap Mario, tersenyum menyeringai.
Bersambung…
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-09-08
0
Priska Jacob
lanjut kk thor penasaran ..
2021-12-26
1
𝐓𝐚𝐲𝐨𝐧𝐠
next
2021-12-26
1