Tiba-tiba dari kelompok Sentono maupun kelompok pengganggunya terkejut melihat seseorang yang mengenakan topi besar tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Tetapi mereka tidak bisa mengintip sedikitpun wajah dari laki-laki tersebut.
"Hei siapa kamu..? Jika berani tunjukkan wajahmu pada kami, jangan hanya beraninya main belakang!" teriak Suko dengan nada tinggi.
"Kalian tidak memiliki hak untuk melihat wajahku secara langsung. Lebih baik main belakang, daripada kalian yang hanya berani bermajn dengan anak perempuan." laki-laki itu berbicara dengan nada yang datar, yang malah membangkitkan emosi pada kelompok yang dipimpin oleh Suko.
"Kang.., aku sepertinya tidak asing dengan suara laki-laki itu. Apakah akang mengingatnya?" Niluh bertanya pada Sentono.
Sentono menganggukkan kepala.
"Aku juga ingat suara itu. Tapi sepertinya tidak mungkin..," ucap Sentono ragu-ragu.
"Iya kang, aku juga begitu. Baiklah kita lihat dulu, nanti jika sudah selesai urusannya, kita akan mengucapkan terima kasih pada laki-laki itu." sahut Gayatri.
Mereka bertiga langsung mengarahkan pandangannya ke depan, dimana laki-laki yang mengenakan topi lebar itu berhadapan dengan Suko dan beberapa temannya yang masih merasa kesakitan.
"Tanpa sebab kamu sudah berani menyakiti kelompokku, apakah kamu sudah bisa hidup? Jika kamu berani, ayo lawanlah aku!" Suko kembali berteriak menantang laki-laki itu.
"Aku akan meladenimu.., daripada kamu lampiaskan amarahmu pada orang-orang yang tidak berdaya." Wisanggeni mencibir Suko. Meskipun dia terlihat santai, tetapi dia bisa mengetahui kekuatan yang dimiliki oleh laki-laki yang saat ini berdiri di depannya.
Dari sudut matanya, dia melihat laki-laki itu mengeluarkan gerigi besi berwarna merah dari balik bajunya. Saat laki-laki itu mulai memutar gerigi merahnya, dengan cepat Wisanggeni melompat dan tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Pisau belati Wisanggeni sudah menancap di gerigi tersebut, dan tiba-tiba gerigi merah tersebut sudah terlempar ke atas
"Bagai ...mana kamu melakukannya?" Suko terkejut dengan kecepatan Laki-laki yang saat ini ada di belakangnya. Wajahnya jadi pucat, melihat senjata andalannya tiba-tiba berputar-putar di atasnya. Dia berusaha untuk mengambilnya, tetapi dia merasa kesulitan untuk melakukannya.
"Kamu ingin mengambilnya kembali gerigi merahmu?? Untuk apa, itu hanya mainan anak-anak. Tubuhmu sudah besar, tetapi kamu persis seperti anak kecil." dengan sinis Wisanggeni mengejek Suko.
"Kurang ajar..., kamu berani menghinaku. Terimalah ini... !" sinar terang berwarna merah dipukulkan Suko ke arah Wisanggeni.
Tetapi dengan cepat Wisanggeni menggeser tubuhnya, dan dengan cepat tangannya mencengkram pergelangan tangan laki-laki itu.
"Kamu berani untuk menyerang ku.., pilihlah. Aku akan patahkan tanganmu, atau kepalamu yang aku patahkan. Tenanglah.. kamu tidak akan mati hanya karena hal itu." Wisanggeni semakin mengejek Suko.
"Shuttt..," tiba-tiba tangan kiri Wisanggeni menangkap lemparan golok yang dikirim oleh teman Suko yang berada di belakangnya, tetapi dengan cepat golok itu kembali menancap tepat di samping orang yang melempar tadi.
Orang yang melempar golok itu menjadi pucat, dia berpikir bagaimana jika golok itu kembali tepat di dadanya. Dengan tatapan datar, mata Wisanggeni melirik ke belakang.
"Ayo keluarkan semua senjata kalian, aku akan melemparkannya kembali tepat di bagian inti kalian. Sepertinya akan mengasyikkan, kalian sebagai laki-laki kehilangan senjata kalian untuk menaklukkan perempuan." Wisanggeni tersenyum smirk.
Merasa tidak akan bisa menandingi ketangguhan laki-laki yang saat ini masih memegang pergelangan tangannya, Suko memilih untuk menyerah
"Ampuni saya Kisanak..., aku dan teman-temanku masih ingin hidup dan merasakan indahnya dunia ini. Lepaskan kami Kisanak, percayalah kami akan selalu mengingat jasa baikmu." ucap Suko tiba-tiba.
Wisanggeni melihat ke mata laki-laki itu, dan dia bisa melihat jika laki-laki yang ada di depannya bicara dengan jujur. Karena pada dasarnya dia tidak ingin menimbulkan masalah dengan orang-orang baru, maka sambil tersenyum Wisanggeni melepaskannya.
***********
Ketiga saudara sepadhepokan Wisanggeni dari Klan Bhirawa sangat terkejut melihat laki-laki yang saat ini sudah melepaskan topi besar itu. Mereka merasa malu dengan apa yang pernah dia lakukan dulu terhadapnya. Bagaimana mereka memperlakukan Wisanggeni dengan tidak adil, saat tahu laki-laki itu kehilangan kekuatannya. Tetapi saat ini, malah Wisanggeni menjadi penyelamat mereka.
"Sentono.., Niluh..., Gayatri.., bagaimana kabar kalian?" dengan senyum manis, Wisanggeni memberikan sapaan pada tiga saudaranya itu.
"Ba..ba.baik Wisang.., terima kasih, kamu sudah membantu kami dari gangguan Suko dan kawan-kawan." ucap Sentono gugup.
"Lupakan Sentono..., kamu jangan mudah terbawa dan tersilaukan dengan kejadian tadi. Kita ini semua adalah saudara.. harus saling membantu." kata Wisanggeni mencairkan suasana.
Niluh mencuri pandang pada Wisanggeni, laki-laki itu terlihat lebih matang dan dewasa daripada saat terakhir kali mereka bertemu. Hanya kulitnya saat ini cenderung agak gelap daripada saat dia masih berada di padhepokan. Tetapi secara keseluruhan, wajah laki-laki itu semakin tampan.
"Kamu bagaimana Niluh.., Gayatri?? Dan bagaimana kalian bertiga bisa berada di tempat ini?" tanya Wisang pada kedua gadis itu.
"Kami baik saja Kang Wisang.. Kami kesini karena ingin bergabung dengan Akademi. Kami ingin meningkatkan kekuatan kami, agar bisa kembali mengembangkan padhepokan." jawab Gayatri dengan ucapan lirih.
"Apakah kalian juga tertarik untuk mencoba berlatih di pilar kekuatan?"
Ketiganya berpandangan, dan akhirnya sepakat untuk menganggukkan kepala secara bersamaan. Dari agak sedikit jauh, Suko dan kelompoknya memperhatikan komunikasi antara Wisanggeni dan teman-temannya. Ternyata mereka satu tujuan, yaitu akan meningkatkan kekuatan dengan belajar di pilar kekuatan.
"Aku memiliki tenaga bantuan yang akan memperlancar kita untuk memasuki wilayah akademi." tiba-tiba Suko mendekat ke mereka, dan berbicara dengan mereka.
"Maksudmu apa Suko?" tanya Wisanggeni pelan.
"Apa yang kita lihat di depan itu sebenarnya hanya sebuah fatamorgana. Terlihat sangat dekat, tetapi akan sangat sulit untuk kita datangi. Akademi itu dikelilingi oleh danau yang sangat luas. Tidak semua orang dapat melewatinya dengan mudah." Suko mulai menceritakan kendala apa yang akan mereka temui jika akan memasuki lingkungan akademi.
"Sebelum kita dapat mencapai danau itu, kita akan diuji dulu kekuatan kita. Yang lolos, maka kita akan diberikan akses masuk, tapi yang gagal kita juga akan diminta untuk kembali." lanjutnya kembali.
"Apakah kamu punya cara untuk datang kesana lebih cepat Suko?" tanya Wisanggeni to the point.
Suko tersenyum, kemudian dengan tangannya dia memanggilku kelompoknya untuk mendekat.
"Kami berlima, mereka ini Sastra, Wiyono, Broto dan Manggala. Kita bisa membentuk satu kelompok, dan menuju ke danau dengan bersama-sama. Karena dengan banyak orang, kita akan lebih mudah menghadapi gangguan di jalan." Suko mulai menjelaskan.
"Iya benar.., setelah kita berhasil lolos dalam uji kekuatan, ada kakaknya Suko yang bisa membantu kita mencarikan tumpangan yang paling bagus untuk kita menuju akademi." lanjut Manggala.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 495 Episodes
Comments
Putra_Andalas
udah di Chap. ini belum ada juga kejelasan Tingkat Kekuatan Pendekar nya (Kuktivasi).... hadeewhh 😵
2024-06-28
0
Yuki tanzeela
makin kesini bikin muak, udah, stop bc
2023-08-14
0
R A C H A E L
naif bnr ni cerita,salut gue bisa Ampe bnyk eps nya
2022-06-18
2