Seperti biasanya, saat hari berganti menjadi pagi, Wisanggeni sudah melemaskan otot-ototnya di halaman belakang pendhopo. Keringat sudah mengalir keluar dari semua anggota tubuhnya. Setiap hari dia akan bangun saat fajar mulai mengintip. Setelah membersihkan kamarnya, dia akan mengolah raganya di halaman pendhopo tersebut.
“Ternyata badan kekar dan tegap tidak bisa menjamin kekuatannya juga sebanding.” terdengar suara perempuan mengejek di belakangnya.
Wisanggeni menoleh, tetapi dia mengabaikan perkataan perempuan dengan nama Gayatri itu. Seorang perempuan cantik yang selalu berpakaian sedikit terbuka, saat ini sedang melihatnya.
“Kamu sedang apa disitu Gayatri, apakah kamu tertarik dengan Wisang?” tanya perempuan lainnya sambil tertawa mengikik di belakangnya.
“Ah masak aku tertarik dengan laki-laki lemah yang tidak memiliki kekuatan Wulan? Ayo kita segera ke tempat latihan, daripada waktu kita habis hanya untuk melihatnya melakukan perbuatan bodoh!”
“Hi..hi..hi.., kiranya seleramu kali ini sudah berubah.”
Dua gadis itu kemudian meninggalkan Wisanggeni sendiri sambil tertawa cekikikan berdua. Di pertigaan kecil, mereka ketemu dengan Wisnuadji. Sambil berjalan, Wisnuadji meletakkan tangannya di pinggang Gayatri sampai di pendhopo. Gayatri yang memang suka mengagumi laki-laki yang memiliki kekuatan diam saja, malah menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki itu. Tetapi saat di depan tempat latihan, terlihat Rengganis yang berdiri seperti menunggu kedatangan seseorang, Wisnuadji segera melepaskan tangannya dari pinggang Gayatri. Gayatri sampai kehilangan keseimbangan, karena tanpa peringatan kepalanya yang dia sandarkan di bahu Wisnuadji langsung didorong ke samping.
“Kang Wisnu, kenapa Akang kasar padaku?” protes Gayatri.
Tetapi laki-laki itu dengan cepat meninggalkannya, dan menghampiri gadis yang berkulit putih bersih dengan mata tajam bersinar yang berdiri di depan pendhopo.
“Sedang menunggu siapa Anis? Apakah sedang menunggu kedatanganku?” sapa Wisnuadji pada Rengganis. Tetapi gadis itu hanya melihatnya, dia tidak menjawab sapaan dari laki-laki itu.
Wisnuadji tidak patah semangat, dia kemudian berdiri menjejeri Rengganis, tetapi gadis itu dengan sengit menatapnya, kemudian meninggalkan dia sendiri.
“Hi..hi..hi, rasakan Kang Wisnu. Tahu kan rasanya ditolak sama wanita?” ejek Gayatri dan Wulandari sambil cekikikan.
“Diam kalian semua!” seru Wisnuadji sambil mengacungkan jari pada kedua gadis itu. Mereka langsung berlari menemui Ki Pramono, guru yang melatih peningkatan kekuatan mereka hari ini.
“Sialan.” Teriak Wisnuadji sambal menendang batu kerikil dengan kaki kanannya. Kemudian dia masuk ke dalam pendhopo, kemudian duduk bersila untuk mengatur pernafasannya.
**************************
“Kang Wisang, kenapa berlatih disini? Ayo kita bergabung dengan yang lainnya di pendhopo?” teriak Rengganis menghampiri Wisanggeni.
Melihat kedatangan gadis cantik dengan senyum merekah itu, Wisanggeni menghentikan gerakannya.
“Sepertinya percuma aku berlatih di pendhopo Anis, paling aku hanya akan menjadi bahan olok-olokan disana.”
“Jangan patah semangat Akang! Nanti disana Akang bisa meniru gerakan yang diajarkan oleh Ki Pramono. Gerakan yang diajarkan beliau sangat bagus untuk menjadi dasar-dasar kekuatan kita ke depannya nanti. Tidak perlu menggunakan adu kekuatan besar. Seperti kalau di negeri China, dikenal dengan Gerakan Taichi.” tidak henti-hentinya Rengganis merayu Wisanggeni agar mau berlatih bersama dengan yang lain.
Akhirnya Wisanggeni menyetujui ajakan gadis itu, dan tanpa sadar Rengganis memeluk tubuh Wisanggeni karena laki-laki itu menyetujui ajakannya.
“Anis, lepaskan! Apakah kamu tidak malu memeluk laki-laki yang bahkan membunuh satu ekor burung saja tidak mampu?”
“Ah Akang, Anis jadi malu. Tapi Anis tidak peduli, ayo Kang!” dengan muka memerah, Rengganis melepaskan pelukannya pada tubuh Wisanggeni.
Kemudian mereka berdua berjalan beriringan ke pendhopo. Sesampainya disana, mata Wisnuadji melotot penuh dengan rasa amarah, melihat gadis yang baru saja meninggalkannya, dengan senyum manis berjalan dan datang bersama Wisanggeni. Kedua orang itu kemudian duduk di samping Wulandari, yang agak menjauh sedikit karena khawatir bersenggolan dengan Wisanggeni.
“Baik, semua sudah berkumpul. Sekarang semua duduk bersila, dan pejamkan mata. Resapi sampai 5 menit, kosongkan pikiran. Ayo dimulai dari sekarang!” terdengar tepuk tangan dan suara Ki Pramono agar semua murid mempersiapkan dasar latihan awal.
“Wisnu, ayo yang serius. Jika tidak, sampai satu jam kalian semua akan melakukan gerakan yang sama!” teriak Ki Pramono menegur Wisnuadji.
“Tapi apa manfaatnya hanya dengan duduk memejamkan mata Ki?”
“Kalian lakukan dulu, baru nanti aku beri penjelasan manfaat apa yang bisa diambil dari Gerakan dasar itu!”
Akhirnya Wisnuadji mengikuti gerakan tersebut seperti murid-murid lainnya. Ki Pramono tersenyum mencoba memahami latar belakang yang dibawa oleh masing-masing muridnya.
************************
"Asoka.., bantu Rengganis! Wisanggeni akan latih tanding Wisnuadji, Rengganis harap Asoka tahu apa yang harus dilakukan!" menggunakan telepati Rengganis memanggil Asoka. Ki Pramono melakukan latih tanding antara murid-muridnya, setelah dilakukan pengundian, Wisanggeni berpasangan dengan Wisnuadji, sedangkan Rengganis dengan Niluh.
"Baik Nimas..,"
Dengan langkah lesu Wisanggeni berjalan menuju halaman pendhopo, diikuti dengan Wisnuadji yang berjalan dengan pongahnya.
"Wisnu..., Wisnu.., Wisnu..." teriak dukungan untuk Wisnuadji memenuhi halaman pendhopo. Sedangkan Rengganis hanya mengiringi kepergian Wisanggeni ke tengah halaman dengan senyuman, matanya yang lentik melihat ke atas pohon besar yang tidak jauh dari situ.
Setelah saling memberi penghormatan, tidak mau membuang waktu Wisnuadji ingin mengakhiri pertarungan secepatnya. Dengan genggaman tangannya, dia mengarahkan sekuat tenaga ke arah putra Ketua Klan. Saat tinju hampir menyentuh rahang Wisanggeni, secepat kilat rahang itu bergeser ke kiri, dan tinju Wisnuadji hanya menghantam udara kosong. Berkali-kali tangan Wisnuadji mencoba memukul Wisanggeni dengan kekuatannya, tetapi tidak ada yang berhasil, dan membuat hatinya menjadi kesal.
"Ciaaaattt.." tendangan Wisnuadji kembali diarahkan ke arah Wisanggeni, tetapi dengan cepat tubuh Wisanggeni seperti ada angin yang menggerakkan dengan cepat menghindar, dan tangannya menangkap telapak kaki Wisnuadji kemudian memutarnya ke samping.
"Aakh..., hentikan Wisang!!! tiba-tiba terdengar pekik teriakan Wisnuadji yang merasa kesakitan, dan kakinya terasa terkilir. Wisanggeni melepaskan pegangannya pada kaki Wisnuadji, tetapi dengan cepat telapak tangannya menyambar dadanya. Secepat kilat, tubuh Wisnuadji mundur dan terjatuh di luar halaman.
Terdengar tepuk tangan Ki Pramono dan Rengganis, tetapi Wisanggeni hanya berdiri terpaku di tengah halaman. Dia merasa apa yang baru saja terjadi bukan kekuatannya, ada aliran tenaga dalam yang mengarahkan dan menggerakkan anggota badannya.
"Selamat Kang Wisang.., hari Akang sangat luar biasa, tidak sampai menunggu lima menit sudah bisa mengalahkan Wisnuadji." Rengganis memberi ucapan pada laki-laki itu. Wisanggeni tidak menjawab, dia malah menarik tangan Rengganis ke pinggir lapangan di bawah tatapan keheranan orang-orang disitu.
*********************
Berita tentang berhasilnya Wisanggeni melawan Wisnuadji dengan cepat tersebar ke seluruh padhepokan. Merasa jika itu bukan kekuatan dari dalam tubuhnya, laki-laki itu itu tidak menanggapi ucapan selamat yang diberikan padanya. Sore hari saat Wisanggeni baru membaca buku di kamarnya, tiba-tiba terdengar ketukan tiga kali di pintu.
“Tunggu sebentar!” kemudian dia membuka pintu kamarnya, dan melihat Hapsoro pengasuhnya dari kecil sedang berdiri di depan pintu.
“Ada apa Paman?”
“Den Wisang ditunggu keluarga untuk berkumpul di Pendhopo Utama! Ada tamu dari Perguruan Kilat Merah dan Klan Suroloyo dari daerah Timur yang datang berkunjung mendadak.” Hapsoro menyampaikan maksud kedatangannya pada Wisanggeni.
“Baik Paman, Wisang akan ganti pakaian dulu. Paman bisa tinggalkan Wisang sebentar, atau boleh juga menunggu. Tidak lama kok!” kata Wisanggeni sambal tersenyum.
“Paman tunggu saja Aden. Silakan Aden berganti pakaian!” Hapsoro kemudian duduk di depan kamar, dan Wisanggeni menutup pintu kamarnya untuk mempersiapkan diri.
Setelah berganti pakaian, Wisanggeni berjalan berdampingan dengan Hapsoro langsung menuju pendhopo.
“Ayah sudah bangun dari semedinya Paman?”
“Sudah dari tadi malam Den, apa Aden kangen sama Ketua Klan?”
“Kangen sih paman, tapi ya bagaimanapun Wisang harus menyadari posisi Ayah. Ayah harus berlaku adil pada semua anggota Klan, tidak boleh hanya mengutamakan putranya sendiri.”
“Iya juga ya Den. Tapi Paman bersyukur sekali, Ki Mahesa punya putra yang sangat berbakti dan baik perilakunya.”
“Ah, Paman terlalu membesarkan hati Wisang. Karena Wisang yakin, kalau ayah juga menanggung beban moral yang besar, karena memiliki putra yang tidak memiliki kekuatan seperti Wisang.” Kata Wisanggeni sambil tersenyum kecut.
“Jangan kecil hati Aden, karena paman yakin suatu saat kekuatan Aden akan pulih Kembali seperti semula.”
“Terima kasih Paman atas do.anya!”
Akhirnya mereka berdua sampai di tujuan, sebuah Pendhopo utama yang saat ini sudah penuh dengan semua
anggota keluarga inti dari Klan Birowo. Sedangkan di sisi selatan, duduk serombongan tamu dari Klan Suroloyo. Wisanggeni melirik ada 3 gadis cantik seumuran Rengganis, yang menatapnya dari jauh.
“Aden mau duduk dimana, biar paman carikan tempat duduk!”
“Wisang cari sendiri saja Paman, silakan tetap disini kalau paman ingin tahu maksud pertemuan ini.”
“Tidak Den, Paman mau mengerjakan yang lain saja. Permisi Den.”
Saat Wisanggeni akan duduk di samping Niluh, gadis itu dengan sengit menatapnya. Seakan dia khawatir akan kehilangan kekuatan jika duduk di samping Wisanggeni.
“Kenapa tidak duduk di dekat sini saja Akang?” terdengar suara merdu Rengganis menawari Wisanggeni duduk.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 495 Episodes
Comments
Bagaskara Manjer Kawuryan
kayak ceritanya si Xiao Yan dari battle through the heavens yg saat ini udah season 5.
Bagus ceritanya
2023-07-27
0
Black Prime
latarnya adalah cersil nusantara, kalau klan diganti dengan padepokan, pasti jadi lebih bagus
2022-08-22
0
Superman handsome
ganti aja deh namanya jadi pisang geni , biar enak baca nya
2022-08-11
0