Akhirnya Wisanggeni duduk di sebelah kanan gadis itu. Beberapa laki-laki muda dengan muka sinis terlihat mencibir Wisanggeni, mereka masih ingat saat dengan halus Rengganis menolaknya saat mereka akan duduk di sampingnya.
“Ada acara apa ini, apakah kamu tahu Anis?” bisik Wisanggeni pada Rengganis.
“Kita lihat saja Kang, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja para pengawal tadi memberitahu kami untuk secepatnya berkumpul di tempat ini.”
Wisanggeni mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dan semua kursi sudah hampir penuh terisi. Tiba-tiba dari rumah gandhok samping, Wisanggeni melihat ayahandanya sedang berjalan sambil mengobrol serius dengan seseorang. Tidak lama mereka berdua sudah memasuki pendhopo dan duduk di depan sendiri sebagai tuan rumah.
“Baiklah…, karena Ki Mahesa selaku Ketua Klan sudah duduk di tempatnya, acara pertemuan ini segera akan kita mulai. Kami silakan Ki Mahesa untuk menyampaikan ucapan selamat datang pada tamu-tamu kita yang datang dari jauh, yaitu para tamu dari Klan Suroloyo.” terdengar suara Trunojoyo memandu jalannya pertemuan.
“Terima kasih Trunojoyo. Selamat datang kami ucapkan pada tamu-tamu dari Klan Suroloyo, meskipun saat ini saudara seperguruan saya tidak ikut hadir kesini. Dengan penuh takzim dan hormat, kami menyambut baik dan berterima kasih atas kehadiran dari Saudara semua. Sampaikan dengan jujur apa yang para tamu kehendaki dari kami, kami akan berusaha sebisa mungkin untuk memenuhinya.” dengan tegas suara Ki Mahesa memenuhi pendhopo, dan semua yang hadir penuh perhatian mendengarkannya.
“Monggo Saudara dari Klan Suroloyo, Ketua Klan kami sudah menyambut kedatangan kalian di padepokan ini. Sekarang saatnya kami mohon, Saudara untuk menyampaikan maksud kedatangan para tamu kesini.” Trunojoyo meminta Klan Suroloyo untuk menyampaikan maksud kedatangan.
“Terima kasih atas sambutan hangat dari Ketua Klan, dan juga dari Saudara semua. Kami akui jika penyambutan Klan Bhirowo sangat membuat kami takjub dan terharu. Seperti yang diharapkan oleh Ki Mahesa agar kami berbicara jujur, kami akan menyampaikan satu kabar berita yang kami harap tidak mengejutkan hati Saudara semua. Saat ini saya Lukito sebagai sesepuh yang mewakili dari Ketua Klan kami Ki Brahmono, akan membatalkan pertunangan dari anak kami Nimas Niken Kinanthi dengan putranda Ki Mahesa yang bernama Wisanggeni.” Perkataan yang diucapkan Lukito seperti menampar keras wajah para sesepuh di Klan Bhirowo.
“Kamu dengar nama siapa yang barusan disebut Anis? Kalau aku tidak salah dengar, sepertinya mereka menyebut namaku.” ucap Wisanggeni lirih pada Rengganis.
“Iya Kang, apakah Akang benar-benar tidak tahu jika akang ternyata sudah ditunangkan dengan Nimas Niken Kinanthi.” tanya Rengganis dengan muka sedikit muram.
Karena memang Wisanggeni tidak tahu apapun, dan juga belum pernah mendengar kabar itu, dia hanya bisa menggelengkan kepala. Sesaat kemudian, ruang pendhopo utama menjadi bergemuruh seperti tawon. Tatapan sinis dan mengejek dari anak-anak muda di Klan Bhirowo ditujukan pada Wisanggeni. Beberapa lainnya bisik-bisik membicarakan putra ketua klan tersebut.
“Ki Lukito.., apakah Saudara sadar dengan maksud perkataan yang baru saja diucapkan?” suara tegas Ki Mahesa menghentikan suara gemuruh di ruangan itu.
“Tanpa mengurangi rasa hormat kami pada Ki Mahesa, saya menyatakan bahwa apa yang barusan saya sampaikan, semuanya adalah benar. Nimas Niken Kinanthi.., silakan Nimas berbicara sendiri pada Ki Mahesa tentang perasaanmu pada Wisanggeni!” sambil tersenyum Lukito menjawab pertanyaan Ki Mahesa, dan meminta Kinanthi untuk bicara sendiri.
“Sebelumnya Nimas mohon maaf, jika nantinya ucapan yang disampaikan Nimas tidak berkenan atau bahkan menyinggung perasaan dari para anggota dari Klan Bhirowo. Nimas saat ini memiliki cita-cita ingin menjadi seorang pendekar wanita di kawasan Timur, sehingga akan bisa menjadi halangan jika Nimas menikah muda. Untuk itu, dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun, Nimas berniat untuk membatalkan pertunangan yang sudah diatur sejak kami masih kecil, atau bahkan saat kami lahir.” suara lembut tetapi tegas diucapkan oleh Nimas Niken Kinanthi.
“Hei bocah…, sadarkah kamu dengan apa yang barusan kamu sampaikan?” seru Hapsoro tiba-tiba sambil menunjuk ke arah Niken Kinanthi.
Seketika suasana menjadi rebut, dan saat Ki Mahesa akan berbicara.., tiba-tiba Wisanggeni berdiri..
“Ki Lukito.., Nimas Niken Kinanthi dan semua anggota dari Klan Suroloyo yang saya hormati. Nama saya adalah Wisanggeni putra dari Ki Mahesa. Mendengar apa yang disampaikan tadi, saya dengan sadar menerima apa yang diinginkan oleh Nimas dan Ki Lukito. Pertunangan kita putus mulai saat ini, dan yang perlu kalian ingat sampai kapanpun. Aku Wisanggeni, dalam keadaan apapun dan sampai kapanpun tidak akan mau menerima Nimas Kinanthi kembali padaku. Terima kasih.” Wisanggeni menyampaikan pernyataan yang sangat mengejutkan semua yang hadir di pendhopo utama itu.
Setelah mengucapkannya, dengan cepat laki-laki itu beranjak pergi meninggalkan pendhopo utama.
“Bodoh sekali Wisang.., kenapa dia tidak memanfaatkan kesempatan ini?” beberapa pertanyaan diucapkan oleh orang-orang dari Klan Bhirowo.
“Wisanggeni menyia-nyiakan gadis secantik itu.., bodoh.”
Tanpa menoleh lagi ke belakang Wisanggeni berjalan keluar dari pendhopo utama, dan melihat laki-laki yang duduk di sampingnya sudah pergi, tanpa banyak bicara Rengganis segera menyusulnya.
“Kamu tidak apa-apa Niken?” tanya Laksmi saudara sepupu Niken Kinanthi, yang melihat jika Niken Kinanthi terpaku mendengar ucapan Wisanggeni, dan hanya menatap punggung laki-laki itu saat meninggalkannya.
Niken Kinanthi dengan mata redup memandang Laksmi, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke pelukan saudaranya itu.
“Apakah aku perlu menjawab pertanyaanmu Laksmi?” ucap Niken Kinanthi lirih.
“Aku tahu apa yang kamu rasakan Niken. Yang penting sebelum aku menemanimu datang kesini, aku sudah menasehatimu. Semua sudah terlanjur, mari kita ajak Ki Lukito untuk segera undur diri dari padepokan ini.”
****************
“Akang…, boleh Anis duduk disini?” tanya Rengganis pada Wisanggeni yang sudah duduk di atas dahan trembesi dengan menggantungkan kakinya ke bawah.
Laki-laki yang baru saja diputuskan pertunangan itu, melihat ke wajah gadis itu sebentar, kemudian tanpa mengeluarkan suara dia menganggukkan kepalanya.
“Terima kasih Akang.” dengan gesit Rengganis sekali loncat sudah dapat mendudukkan pantatnya di sebelah kiri Wisanggeni.
Rengganis bingung mau berbicara apa pada laki-laki yang ada di sampingnya itu. Setelah keduanya terdiam beberapa saat,..
“Kenapa kamu mengikutiku kesini Rengganis? Apakah para tamunya sudah undur diri dari padhepokan?” perkataan
Wisanggeni memecahkan kesunyian di antara mereka.
“Maafkan Anis Kang Wisang! Bukan maksud untuk mengganggu atau merecokin kang Wisang. Anis hanya mengkhawatirkan perasaan Akang,” ucap Rengganis dengan suara pelan.
“Ha..ha..ha…, kamu lucu Anis. Sebegitukah kamu menilaiku?” Wisanggeni tertawa terbahak-bahak mendengarkan perkataan Rengganis.
“Maksud Akang? Apakah Akang tidak kecewa karena sudah diputuskan oleh Nimas Kinanthi di depan umum?”
Terlihat Wisanggeni menggelengkan kepala.
“Tidak Anis, aku sudah bilang padamu kan. Aku tidak pernah tahu apapun tentang kabar jika aku ternyata sudah ditunangkan. Memang aku akui, Nimas Kinanthi pernah menjadi teman di masa kecilku saat aku diajak ayahnda pergi ke wilayah timur. Tidak pernah ada yang terjadi diantara kita berdua.”
“Tapi.., kenapa tadi Akang langsung pergi meninggalkan pendhopo utama? Orang yang tidak tahu, akan berpikir jika Akang kecewa dan tidak berkenan dengan permintaan mereka.”
“Aku tidak peduli dengan ucapan maupun pemikiran mereka tentangku Anis. Kenapa aku memilih meninggalkan pendhopo? Aku tidak kuat melihat bagaimana ayahndaku dipermalukan di depan keluarganya sendiri Anis. Maka, daripada terjadi perdebatan di anatara mereka, lebih baik aku mencegahnya dengan mengucapkan kalimatku tadi.”
Rengganis terdiam, dia membayangkan bagaimana tadi raut wajah Ki Mahesa terlihat merah menghitam, sebagai pertanda jika dirinya sedang berusaha menekan dan mengendalikan kemarahannya.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 495 Episodes
Comments
GAMES
padepokan???
2022-06-14
1
M A
Mantap awal cerita mirip BTTH ala nusantara
2022-05-13
3
pranacitra
dari klan berubah jd padepokan 😄😄😄😄🤭🤭
2022-04-22
5