Setelah pulang dari rumah Marcel, Chandra langsung melajukan mobil untuk pulang ke rumahnya. Dia mengendarai mobilnya pelan, sambil berpikir bagaimana dia bisa menemui adiknya itu.
Bukankah ada yang melihat kalau Marcel itu pernah pulang ke rumahnya. Tapi dia sedang koma di rumah sakit. Apakah dia harus ke rumah sakit untuk memastikan kalau Marcel belum bangun dari komanya.
Mungkin saja yang di lihat seseorang di rumah Marcel adalah orang lain yang di kira Marcel.
"Ck, kenapa aku tidak tahu rumah sakitnya di mana?" gumam Chandra.
Dia melajukan mobilnya dengan kencang, ya dia akan ke rumah Anton. Biasanya dia tahu di mana rumah sakit yang merawat Marcel. Dia harus memastikan Marcel belum sadar dari komanya.
Sampai gerbang, pintu terbuka sendiri. Lalu Chandra masuk ke dalam bangunan megah milik Anton. Rumah Anton memang di desain pagar garasinya memakai sensor tubuh agar siapa pun yang masuk ke rumahnya bisa ketahuan.
Chandra melaju dengan kencang sampai di depan pintu rumah Anton. Halaman rumah Anton sangat luas, namun Chandra lebih sukan masuk mobilnya dan teoat di depan teras rumah Anton. Memang kebiasaan Chandra kalau datang ke rumah Anton, mobilnya dia hentikan tepat di depan teras rumahnya.
Chandra masuk ke dalam rumah tanpa permisi. Jika pun memberi salam pasti tidak akan terdengar dari atas kamar Anton.
Chandra melihat kamar Anton sedikit terbuka dari bawah. Berarti Anton ada di kamarnya.
Pembantu Anton mendekat pada Chandra untuk memberitahu kalau teman majikannya jangan dulu mengganggu Anton.
"Tuan Chandra, maafkan saya. Kata tuan Anton jangan dulu mengganggunya." kata pembantu Anton.
Chandra menoleh ke arah pembantu Anton, dia tahu maksud dari perkataan pembantu itu. Namun dia tetap naik ke lantai atas, mengganggu kesenangan sahabatnya seperti dulu dia di klub malam telah mengganggunya. Walau pun itu adalah sangat penting.
Chandra melangkah cepat naik tangga, dia mendengar suara ******* dan rintihan dari kamar Anton. Rupanya Anton membawa seorang pelacur ke rumahya.
Dia sedang bermain di kamar Anton. Ingin Chandra mengganggunya, namun dia urungkan setelah terdengar Anton begitu menikmati permainannya dengan pelacur itu.
Chandra turun lagi, dia menuju ruang tamu dan menelepon Roni, tapi Roni tidak menjawabnya.
"Ck, kemana dia. Kenapa tidak menjawab teleponku." gumam Chandra.
Dia bosan kalau menunggu tidak ada aktifitas apapun. Lalu dia ingat akan Selena, dia ambil lagi ponselnya dan menghubungi Selena untuk mengusir kebosanannya karena tidak ada aktifitas.
Sambungan masuk, Selena menjawab telepon Chandra.
"Emm, ada apa meneleponku?" tanya Selena, rupanya dia sedang tidur.
"Kamu masih tidur?" tanya Chandra.
"Kamu pikir ini jam berapa? Jelaslah aku masih tidur."
"Oh ya maaf, di sana perbedaannya jauh waktunya." kata Chandra.
"Ada apa?"
"Aku lagi bosan menuggu Anton selesai bercinta, jadi aku menelepon kamu." kata Chandra.
"Oh ya, emm tiga hari lagi aku pulang. Kamu siapkan dirimu untuk menyambutku di ranjang." kata Selena.
" Hahaha, jangan khawatir sayang. Aku akan menunggumu dengan tidak sabar." kata Chandra.
Obrolan demi obrolan berlangsung cukup lama, kalimat menggoda selalu terlontar dari mulut keduanya. Mungkin karena mereka merindukan satu sama lain, juga kebersamaan mereka di kamar dan membuat gempar seluruh kamar karena teriakan kenikmatan mereka rindukan.
"Aku kangen sayang." ucap Selena di kalimat penutup sambungan telepon dengan Chandra.
"Ya, aku juga. Ya udah ya, Anton sudah turun ke bawah. Daah."
Chandra menutup teleponnya, dia melihat Anton turun tangga menuju ke arahnya dengan bathrop masih menempel di tubuhnya. Rupanya dia langsung turun ketika tahu Chandra datang berkunjung.
Dia duduk berhadapan dengan Chandra, menyulut batang rokok yang tadi dia bawa dari kamarnya.
Chandra sendiri tersenyum seringai sambil memperhatikan Anton yang masih berpeluh karena sisa percintaan mereka.
"Ada apa lo datang ke rumah gue?" tanya Anton mengepulkan asap rokok ke atas.
Chandra mengambil satu batang rokok yang tergeletak di meja milik Anton. Dia juga menyulut apinya dan menghisap asapnya kemudian menghembuskannya kasar.
"Gue habis dari rumah si pecundang itu." jawab Chandra sambil mengepulkan asap ke atas.
"Lalu, apa yang lo temui di sana?"
"Gue tidak menemui apa-apa. Justru semua pembantunya tidak pernah melihat Marcel pulang ke rumah. Aneh kan, kata seseorang yang menyelidiki rumahnya bilang kalau pecundang itu pulang dengan seseorang. Ku pikir itu tuan Marc."
Anton diam, dia mengingat dua hari lalu bertemu dengan laki-laki misterius memberikan sebuah kartu nama.
"Gue ingat, dua hari lalu gue bertemu dengan laki-laki misterius dengan penampilan yang sangat mencolok. Dia memakai jubah hitam berhodie, memberi gue kartu nama." kata Anton.
"Laki-laki misterius?"
"Ya, gue tidak tahu siapa dia. Tapi dia bilang kalau gue minga bantuan padanya, dia siap. Maksudnya apa ya, gue ngga mengerti."
"Bisa jadi itu petunjuk. Coba gue pengen lihat kartu nama itu." kata Chandra.
"Sebentar gue ambil."
Anton beranjak dari duduknya, Chandra bertanya hal sepele.
"Hei, lo tadi main sama siapa" tanya Chandra.
Tiba-tiba saja dia menginginkan seperti Anton.
"Biasa wanita bukingan. Lo mau pakai?"
"Oke, gue lagi pengen nih." ucap Chandra.
"Tapi gue lihat lo tadi habis menelepon Selena."
"Biarkan dia, tiga hari lagi dia pulang. Yang tegak berdiri pengen masuk sarang. Cepat suruh dia ke kamar tamu, gue langsung masuk."
Tanpa menunggu jawaban Anton, Chandra langsung masuk ke kamar tamu di sebelah kiri rumah Anton. Dia langsung berbaring di ranjang, menunggu wanita panggilan itu masuk dan memuaskan birahinya yang tiba-tiba memanas.
Tak berapa lama, wanita itu mengetuk pintu terlebih dulu lalu masuk dengan menampakkan senyum sensualnya menggoda Chandra. Chandra bersandar di kepala rannjang dan memberi kode kalau wanita itu segera naik ke ranjangnya dan melakukan apa yang tadi dia lakukan pada Anton.
Satu hari di satu rumah wanita itu dapat dua pelanggan pengusaha kaya dan terkenal, tentu saja bayarannya juga tidak main-main asal dia bisa memuaskan kedua orang tersebut.
_
Seperti katanya, kini Anton dan Chandra mengunjungi sebuah alamat yang tertera di kartu nama. Ya, rumah yang begitu besar namun terlihat sangat menyeramkan dari luar. Antara jalan raya dan rumahnya itu sangat jauh, namun terlihat sangat dekat ada orang berdiri di depan pintu.
Lho yakin ini tempatnya?" tanya Chandra.
"Gue yakin ini tempatnya. Lihatkan, rumahnya saja aneh apalagi orangnya yang kemarin gue lihat." jawab Anton.
"Terus mau di sini atau masuk ke rumah itu?"
"Ya masuklah, gue mau minta bantuan sama itu orang. Agar saham gue tidak jatuh seperti punya lo."
"Ck, gue juga ngga mau ya saham gue jatuh. Ish, ini benar-benar ulah si tuan Marc."
"Sudah, ayo turun."
Keduanya turun dari mobil. Hari sudah sangat sore ketika mereka mengunjungi laki-laki misterius itu. Biarpun Chandra untuk masalah magic dan ilmu sihir lainnya dia tampak ragu meyakininya. Kemudian karena dia juga butuh bantuan siapa yang membuat perusahaannya rugi besar itu.
"Kalian ternyata datang juga. Aku sudah menunggu dari kemarin." kata laki-laki itu.
Baik Chandra dan Anton hanya mengerutkan dahinya saja.
"Aku tahu kalian membutuhkan bantuanku untuk mengetahui siapa itu tuan Marc dan siapa yang membuat harga sahamnya jatuh." kata laki-laki itu menunjuk ke arah Chandra.
Jelas saja Chandra jadi heran dan takjub. Pikirnya tidak salah aku ikut datang dengan Anton. Baiklah, aku akan meminta bantuan pada cenayang ini.
Mereka di ajak masuk ke dalam, dan di dalam suasanaya mencekam. Banyak ornamen-orbamen yang membuat magic di ruangan itu jadi gelap dan begitu mencekam.
Chandra dan Anton merasa takut, namun dia memang butuh bantuan.
"Duduklah tuan Chandra dan tuan Anton."
"Hah!"
_
_
_
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo ...
2022-02-07
0