Setelah anak buah Roni kalah semua melawan Marcel, kini Chandra dan Anton geram di buatnya. Mereka sangat kesal sekali dengan Marc Abraham Linc yang tiba-tiba jadi sombong menurut mereka.
"Ton, lo ngga mau begitu balas dendam pada tuan Marc?" tanya Roni.
Pasalnya keki juga kalau harus kalah lagi sama Marc Abraham Linc. Karena kelima anak buahnya babak belur di hajar habis-habisan oleh Marcel.
Yang membuat dia tidak percaya dengan cerita si codet, kalau Marcel hanya menggunakan tangan kosong namun sabetan tangannya seperti pedang. Kelima anak buahnya itu terluka dengan goresan seperti kena sabetan pedang. Awalnya dia juga tidak percaya, namun dia melihat sendiri keadaan kelima anak buahnya itu wajahnya seperti kena sabetan pedang atau pisau tajam.
Dia juga penasaran sehebat apa tuan Marc itu. Namun begitu, dia merasa gentar dan lebih baik mengjajarnya bersama sahabat-sahabatnya.
"Kenapa, apa lo takut menghadapi tuan Marc sendirian?" tanya Anton meledek.
"Gue bukannya takut, gue heran aja sama tuan Marc itu. Sepertinya dia tahu bakal di serang oleh anak buah gue." kata Roni.
"Lo kan ada bekingan dari bawahan papa lo di polisi. Ya gunakanlah itu untuk menuntut tuan Marc." kata Anton.
"Eh kalau sama teman papa gue harus ada buktinya, biarpun papa gue bisa menyelamatkan bisnis kita, tapi jika urusan menyerang duluan itu tidak di benarkan. Lagi pula tidak ada buktinya sama sekali. Tuan Marc pintar, dia mengajak berkelahi di tengah lapangan sepi. Ck, si codet aja tidak bisa berkutik saat itu." ujar Roni lagi.
Di sela pembicaraan mereka di sebuah klub milik Anton, Chandra masuk dan langsung duduk di sofa membawa sebotol minuman beralkohol lalu meneguknya. Satu wanita malam datang menghampiri Chandra dan duduk di sampingnya sambil bergelayut manja pada lengan Chandra.
Roni dan Anton hanya diam saja, merasa tidak peduli dengan wanita malam itu.
"Lo jam segini udah mabuk." kata Anton pada Chandra.
"Eh, gue tidak mabuk ya. Gue mau bersenang-senang dengan wanitaku malam ini, iya ngga sayang?" kata Chandra dan tersemyum pada wanita malam itu.
Wanita itu mengangguk cepat dan tangannya memegang pipi Chandra.Dengan berani wanita itu meraba dada Chandra yang sedikit terbuka lalu turun ke bawah dengan pelan dan menggoda. Anton yang sedang tidak ingin di ganggu oleh wanita tersebut memberi isyarat padanya agar segera pergi dari hadapan mereka.
Mulanya wanita itu tidak menggubrisnya, namun tatapan tajam Anton yang mengintimidasi akhirnya wanita itu beranjak pergi dengan dengusan kesal. Pakaian seksi yang memperlihatkan lekukan tubuhnya dan tonjolan di dadanya siapapun laki-laki hidung belang akan tergoda padanya.
Apa lagi ukuran dadanya sangat besar dan menggoda. Cahndra ingin bangkit dari duduknya mengejat wanita itu, namun di cegah oleh Anton dan di tarik untuk duduk kembali.
"Udah lo duduk di sini, nanti lagi bersenang-senangnya." kata Anton.
Chandra mendengus kesal, kenapa sahabatnya itu melarangnya pergi bersenang-senang.
"Mau apa sih lo?!" teriak Chandra.
"Ck, ini lebih penting dari wanita itu. Kita harus menyusun rencana memberikan hadiah mengejutkan untuk tuan Marc Abraham Linc. Kita harus membalasnya secepatnya." kata Anton dengan serius.
"Ck, bukankah Roni sudah menghajarnya?"
"Roni sekarang sedang meminta bantuan karena dia kalah gesit anak buahnya dengan tuan Marc, anak buahnya banci semua." ledek Anton, dia melirik Roni
Roni berdecak kesal, dia membuang muka ke samping. Chandra dan Anton tertawa mengejek. Namun kemudian ketiganya kembali serius.
"Apa rencana lo selanjutnya?" tanya Chandra pada Anton, meneguk minumannya.
"Gue masih mikir, kira-kira apa yang bisa membungkam kesombongan tuan Marc itu." jawab Anton dengan kesal karena dia merasa di bohongi.
Roni diam, Chandra tampak berpikir. Kemudian tak lama senyumnya mengembang dan jarinya di jentikkan dengan keras. Anton dan Roni menoleh, melihat senyum Chandra yang mengembang puas jika dia sudah dapat idenya. Ya, itu adalah ciri khas Chandra jika sudah menemukan solusi apapun.
Dan sahabat-sahabatnya ikut tersenyum sumringah, dengan jentikan jari Chandra ke atas.
"Apa ide lo?" tanya Roni pada Chandra dengan tidak sabar.
"Kalian ingat ngga dengan Rendra?" tanya Chandra pada Anton dan Roni.
Keduanya mengangguk cepat, tapi masih belum mengerti maksud dari Chandra.
"Terus, apa hubungannya dia dengan rencana kita membalas dendam pada tuan Marc?"
" Jelas ada lah, Rendra itu ketua geng di kota di mana mini market tuan Marc sedang berkembang di sana. Kita minta bantuan padanya untuk mengacaukan mini market tuan Marc, ya minimal tiga atau empat mini market yang kita incar. Terserah Rendra mau di buat apa mini market itu." kata Chandra menjelaskan pada Anton dan Roni.
Kedua orang itu tampak berpikir dan terbitlah senyum mereka. Lalu tawa menggelegar ketiganya terdengar di seluruh ruangan itu. Tawa kepuasan atau itu tawa yang terakhir. Entahlah.
Namun masih ada banyak kejutan dari Marcel untuk mereka bertiga, dan satu lagi Selena.
Ya, Marcel belum bertemu dengan Selena, karena gadis cantik itu masih berada di luar negeri sedang melakukan seminar kecantikan di Paris Perancis.
Dia masih menunggu untuk memberikan kejutan yang menarik untuk Selena. Sekarang dia sedang mencari bukti perselingkuhan Chandra di klub malam Anton, karena biasanya Chandra perginke klub itu.
Dan keberuntungan sedang berpihak pada Marcel, orang suruhannya mendapatkan posisi bagus untuk memotret Chandra dengan wanita malam di klub. Akan dia kirim ke Paris Perancis, kado ulang tahunnya dua minggu lagi.
_
Marcel kembali ke kantor seperti biasanya. Dia kini lebih tenang dan santai, tidak seperti beberapa hari lalu. Namun demikian dia sedang berpikir akan ada gejolak di salah satu usahanya nanti, namun dia masih bisa tenang.
Marcel seperti mempunyai telepati kuat sejak siuman dari komanya. Telepati itu baru dia sadar ketika sekelebat bayangan orang-orang menyerangnya terlintas di kepalanya.
Kemarin dia menghajar babak belur anak buah Roni dengan mudah, dan kejadian itu yang terlintas di kepalanya sebelum penyerangan berlangsung.
Namun kini, seiring berjalannya waktu. Marcel bisa mengasahnya dan mengkonsentrasi pikirannya ketika tecetuk di hatinya rasa gelisah tiba-tiba. Seperti saat ini, terlintas di kepalanya bayangan api membara. Dia belum berpikir kalau itu akan menjadi peristiwa tegang dan mencekam.
Dia juga sudah mengantisipasi keadaan itu nantinya. Sebelum merembet kemana-mana, dia akan meminta bantuan oleh kepala intelejen di sana.
Tok tok tok
Suara pintu di ketuk dari luar.
"Masuk."
Pintu terbuka dan muncul Aston membawa beberapa berkas seperti biasanya. Marcel melihat Aston membawa berkas, lalu menyuruhnya menyimpan di mejanya.
" Ada kabar apa, Aston?" tanya Marcel pada Aston.
" Belum ada kabar yang menarik tuan, masih sama seperti kemarin." jawab Aston.
Marcel mengedikkan bahu, lalu dia mengambil berkas yang tadi di bawa Aston. Dia memeriksanya seklias dan menanda tangani berkas itu.
Hari ini memang jadwal Marcel hanya di kantor saja sampai sore, makanya Marcel lebih santai dan tidak ingin langsung pulang ke apartemennya.
_
_
_
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Madie Ahmad
lajutkan yg lebih seru gi..
2022-05-08
0
Jimmy Avolution
Ayo....
2022-02-07
0