Ken lalu berjalan menuju kamar perawatan. Saat ia membuka pintu, terlihat Yu dan Hibari tengah berada di dalam ruangan. Tubuh Yu terlihat luka di beberapa bagian.
"Bagaimana?" tanya Hibari pada Ken.
Ken mengacungkan jempolnya seraya berkata, "Rencana awal berhasil tinggal tunggu rencana ke dua," balas Ken sambil menghampiri Yu untuk memeriksa tangan kakaknya yang terluka cukup parah.
"Bom yang dipakai berdaya ledak besar tapi mengandung bahan ledakan yang tidak berbahaya, dan untungnya juga Yu-kun telah melapisi tubuhnya dengan pengaman," ucap Hibari.
Yu menoleh ke luka bakar diperban di lengannya. Lalu berkata dingin, "Luka ini akan menjadi pengingatnya selalu."
Ia kembali membayangkan wajah Hana seraya memikirkan langkah kedua yang akan mereka laksanakan.
Hibari dan Ken memutuskan pulang ke Mension mereka. Saat tiba, samar-samar terlihat dari jendela mobil, seorang wanita duduk tepat di halaman mansion. Hibari menoleh ke arah jam tangannya. Tampak waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari.
Keduanya turun dari mobil dan melihat Yuki tengah duduk dengan memakai baju tidur.
"Yuki-chan, kenapa kau belum tidur?" tanya Hibari sambil menengok kembali ke jam tangannya.
"Aku ...." Pandangan Yuki terfokus ke arah Ken yang langsung masuk ke dalam Mension tanpa menegur atau melihatnya.
"Aku menunggu kalian. Seharian ini kalian tidak ada dan aku kesepian," jawabnya sambil menengok ke belakang Hibari tepatnya di mobil seolah sedang mencari seseorang.
"Oh iya, kami memang sangat sibuk," ucap Hibari sambil mengusap wajahnya sendiri.
"Ke mana Tuan?" tanya Yuki setelah sekian lama melihat tak ada Yu.
"Yu-sama? Dia sedang di rumah sakit karena terkena serangan bom."
Mata Yuki membulat seketika. "Ada apa dengannya? Apa dia terluka parah?" tanyanya mendesak.
Hibari tersenyum sambil menggelengkan kepala. Akhirnya dia menceritakan tentang misi yang akan mereka lakukan. Tepatnya bercerita tentang keinginan Yu membalaskan dendam ke seorang wanita karena telah membuat adik kandungnya bunuh diri.
"Jadi, Tuan Yu dan Ken bukan saudara sekandung?"
Hibari kembali menggelengkan kepala. "Kami semua tidak ada yang terikat darah. Tapi hubungan kami lebih dari hubungan saudara. Kita semua yang ada di sini adalah keluarga. Termasuk kau yang telah kuanggap adikku sendiri," ucap Hibari sambil mengacak rambut Yuki.
Satu hari telah tertutup dengan sendirinya. Hari ini, Chiba dan Hana melakukan upacara chanoyi yaitu ritual minum teh yang bertujuan untuk menyambut tamu. Ya, dalam hal ini Hana adalah tamu yang akan menjadi bagian dari keluarga Yamada dan harus disambut dengan ramah tamah melalui ritual tersebut.
Hana terlihat begitu anggun dengan memakai baju adat kimono. Sementara Chiba begitu tampan dalam balutan fundoshi. Setelah melakukan adat minum teh, keduanya masih duduk di depan kedua orangtua Chiba.
Tuan Yamada berkata, "Aku berharap kalian bisa menjadi sepasang suami istri yang saling melengkapi. Hari ini media masih memberitakan tentang serangan bom di pernikahan kalian. Tapi, jangan khawatir, aku telah menyewakan bodyguard untuk melindungi kalian berdua. Masing-masing dari kalian akan dijaga bodyguard ke manapun kalian pergi."
Chiba terkejut. Ia menunjukkan wajah tidak senang. "Kenapa harus menyewa bodyguard untuk kami?"
"Apa kau tidak dengar, bom yang meledak di hari pernikahanmu itu dr anti fans-mu? Orang itu bisa saja melakukan aksinya kembali. Dan dia bukan hanya mengancam keselamatanmu tapi juga istrimu!" terang Tuan Yamada.
"Aku tidak setuju. Aku tidak ingin ada yang mengikutiku. Kenapa Papa selalu memaksakan kehendak Papa? Papa memaksaku untuk menikahi wanita ini. Dan sekarang akan menyewa bodyguard untuk mengekang pergerakanku?" ucap Chiba kesal dengan nada yang meledak-ledak.
"Kau ini ...." Tuan Yamada tampak geram sambil menunjuk wajah anaknya.
"Kalau bukan karena skandal hubunganmu bersama sesama jenis, aku tidak akan menyuruh kau menikahi anak dari supirku sendiri. Kau ingat, skandalmu benar-benar mencoreng keluarga kami. Bahkan saham Yamada grup menjadi anjlok karena ulahmu yang memukuli wartawan," ucap Tuan Yamada sambil berdiri dan menunjuk kembali anak laki-laki satu-satunya itu.
Seolah belum cukup, Tuan Yamada yang terlanjur geram kembali bersuara, "Kau tidak punya hak menolak segala keputusanku. Jika tidak, aku akan memulangkan kau pada ibumu yang miskin!"
Saat mengucapkan itu, istri Tuan Yamada berusaha menenangkannya dengan mengelus dada Tuan Yamada. Sementara Chiba hanya bisa menggertakkan gigi sambil mengepalkan tangan saat menerima penghinaan ayahnya atas ibu kandungnya di depan ibu tiri dan istrinya. Mendengar adu mulut antara majikan ayahnya dengan pria yang telah menjadi suaminya, Hana hanya menunduk dan tak berani bergerak. Ia berada di posisi yang serba salah.
Chiba Yamada. Umur dua puluh tiga tahun atau lebih tepatnya seusia Ken. Dia seorang idola J-Pop yang saat ini tengah digandrungi para remaja Asia. Wajahnya yang tampan, suara yang merdu, tarian yang lincah serta tubuh yang atletis menambah kesempurnaannya.
Menjadi seorang idola, berbeda dengan menjadi seorang artis. Jika menjadi idola, mereka dituntut harus sesempurna mungkin di mata fans dan tidak boleh terjerat skandal. Namun, dua bulan lalu media Jepang sibuk membongkar foto-foto Chiba bersama seorang pria hingga dirinya disangka gay oleh netizen. Hal inilah yang membuat Tuan Yamada menikahkan putranya dengan Hana, anak supir pribadinya. Pernikahan ini bertujuan untuk menutupi isu tersebut dan menjadi bukti ke masyarakat jika Chiba tetaplah pria normal.
Agensi Chiba sengaja menyebarkan berita bohong ke media jika pria itu mempunyai kekasih yang telah berpacaran dengannya selama dua tahun. Lalu, untuk lebih meyakinkan media disebarkan pula foto-foto mesra antara Chiba dan Hana sebagai bukti hubungan mereka yang sebenarnya foto-foto itu baru mereka lakukan.
Sebaliknya, Hana terpaksa harus menerima permintaan ayahnya untuk menikah dengan putra tunggal keluarga Yamada. Demi menebus hutang menggunung yang dibuat oleh kakaknya, gadis itu harus merelakan hubungan yang telah lama ia jalani bersama dengan pria yang berprofesi sebagai guru less piano.
Semua ini hanyalah pernikahan simbiosis mutualisme kedua belah pihak. Chiba menikah untuk menyelamatkan karirnya dan nama baik keluarga, sementara Hana menikah menolong keluarganya dari jeratan hutang.
Chiba dan Hana menuju kamar mereka. Keduanya masih tinggal di rumah Tuan Yamada sebelum memutuskan tinggal menyendiri di apartemen pribadi Chiba.
Ketika memasuki kamar, Chiba langsung mengganti pakaian tradisionalnya dengan santai di depan Hana. Gadis itu menatap tubuh Chiba yang kekar dengan otot perut yang menggiurkan hingga secara tak sadar meneguk ludahnya sendiri. Rupanya pria itu menyadari jika gadis yang telah menjadi istrinya itu sedang memerhatikannya.
"Ada apa?" tanyanya melotot dalam posisi bertelanjang dada.
Suara Chiba membuyarkan lamunan Hana. Ia menggelengkan kepalanya secara spontan dan berkata penuh kekaguman, "Aku hanya terkejut kau mempunyai badan yang bagus!"
Chiba menatap sinis ke arahnya, "Oh iya, aku belum mengatakan padamu tentang peraturan rumah tangga kita."
Hana mengerjapkan matanya tanda tak mengerti maksud pria itu.
Chiba melangkah mendekat ke arah Hana. "Satu, selama menjadi istriku, kau dilarang menyentuhku. Sedikit pun tidak boleh. Kecuali tidak sengaja!"
Hana membulatkan matanya dengan mulut yang menganga. Tidak boleh menyentuh? Mereka telah menjadi suami istri yang sah tapi pria itu malah membuat peraturan konyol seperti itu? Apakah artinya selama pernikahan mereka tidak akan melakukan hal wajar yang dilakukan pasangan suami istri lainnya?
Hana bukanlah wanita munafik. Tidak bisa dipungkiri ia begitu senang saat mengetahui pria yang akan menjadi suaminya adalah seorang idola yang begitu digandrungi. Namun, mendengar larangan pria itu membuatnya berpikir, mungkinkah gosip tentang Chiba seorang pria homoseksual itu benar? Itu artinya ... dia tidak memiliki heteroseksual! Membayangkan hal itu membuat Hana bergidik.
Di tengah ekspresi bingung yang melanda gadis itu, Chiba kembali berjalan satu langkah ke arah Hana sambil melanjutkan ucapannya, "Dua, dilarang menyentuh barang-barangku! Tanpa kecuali!"
Kali ini Hana mengurutkan dahinya. Oh, tidak! Pria itu tidak hanya melarangnya untuk bersentuhan tapi juga melarangnya untuk menyentuh barang-barangnya? Tolong, ini sama sekali tak masuk akal! Apakah pria itu menganggapnya kuman? Ataukah sebuah virus yang cepat menular?
"A ...." Saat Hana hendak komplain, suaranya langsung dicegat dengan suara Chiba yang mendominasi.
"Tiga! Dilarang ikut campur dalam kehidupanku," ucapnya dengan pandangan dingin.
Hana kembali melebarkan matanya. Kali ini mulutnya mengerut dengan hidung yang mengembang. Ia hendak berujar tapi pria itu malah memilih berbaring di atas ranjang dan tidur. Sementara gadis itu masih berdiri bodoh sambil menatap bergeming ke Chiba yang telah memejamkan mata dan berbungkus selimut.
Dengan perlahan gadis itu membuka bajunya dan mengganti dengan pakaian tidur berbahan satin. Pelan-pelan ia berjalan menuju ranjang lalu ikut berbaring di samping pria itu. Chiba langsung memiringkan badannya hingga posisinya membelakangi gadis itu. Hana menatap punggung pria yang telah menjadi suaminya itu, dengan penuh hati-hati ia menarik ujung selimut yang dipakai Chiba, bermaksud untuk berbagi selimut dengannya. Namun, secara cekatan Chiba kembali merebut selimut itu darinya.
"Selimut ini milikku. Ingat peraturan kedua!" Ketus pria itu sambil kembali tidur membelakanginya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Q~🅰️ndra
ternyata pernikahannya bukan atas keinginan Chiba,
2025-02-09
0
Vivo Smart
wuihh chiba ganteng... artis geto loo
2024-08-05
0
sakura🇵🇸
ngakak banget sih,kayak bocil rebutan selimut🤣🤣🤣🤣 chiba bikin bengek....istrinya kasian amat 🤭
2023-03-04
1