Pada esok hari, di ruang tempat berkumpulnya Yu, Ken dan Hibari. Ketiganya sedang membicarakan mantan kekasih Sano. Hibari yang baru saja tiba menyerahkan sebuah majalah ternama yang menampilkan foto sampul seorang idola penyanyi pop pria.
"Aku telah mendapatkan sejumlah info tentang kekasih Sano. Namanya Hana Shimizu, umurnya dua puluh satu tahun. Dia mahasiswa kesenian di universitas Tokyo. Ayahnya supir pribadi tuan Yamada, CEO Yamada Grup," terang Hibari.
"CEO Yamada Grup? Itu 'kan perusahaan nomor satu di negara kita. Perusahaan itu bersaing ketat dengan perusahaan milik si tua Sasomoto," ujar Ken terkejut.
"Ya, itu benar. Yang lebih menarik, ternyata pria yang akan menikah dengannya adalah anak tunggal dari Tuan Yamada. Dia adalah Chiba Yamada, penyanyi pop yang karirnya sedang melejit," lanjut Hibari sambil menatap wajah pria yang ia maksud di sampul majalah tersebut.
Yu masih bergeming. Matanya melirik ke sampul majalah yang tergeletak di atas meja, tapi bibirnya terkatup rapat. Ken langsung mengambil majalah itu dan melihatnya dengan jarak pandang yang dekat. Tampak wajah pria tampan yang berusia sebaya dengannya terpampang di sampul majalah itu.
"Jadi ... dia penyanyi dan anak tunggal Tuan Yamada? Pantas saja kekasih Sano lebih memilih untuk menikah dengannya!" ucapnya dengan mata terbuka lebar.
Ken menyadari Yu tengah menatap suram ke arahnya. Dengan segera ia kembali kembali, "Kekasih Sano benar-benar wanita gila uang. Dia rela meninggalkan Sano yang telah berkorban banyak untuknya demi menikahi pria ini!"
Hibari memotong ucapan Ken. "Aku baru ingat, Hana mempunyai kakak laki-laki. Dia terkenal gila berjudi dan karena ulahnya keluarga Hana terlilit utang besar."
Mendengar hal itu, Ken langsung menarik kesimpulan. "Artinya ... semua utang atas nama Sano seharusnya itu dipakai untuk membayar utang kakak Hana, 'kan?"
Hibari mengangguk. Hasil penemuannya sama dengan dugaan Ken. Namun, berbeda dengan Ken yang terus berkicau, lagi-lagi Yu hanya bergeming dengan badan disandarkan di sofa empuknya dan kaki yang menyilang.
Pria itu memang kerap kali dipanggil dengan sebutan manusia tanpa ekspresi. Dia hanya akan menampilkan satu ekspresi di setiap emosi yang ia miliki, baik sedang marah, sedang bahagia maupun sedih, ekspresi wajahnya tetap datar.
"Oniichan, apa tindakanmu untuk gadis itu?" tanya Ken penasaran karena Yu hanya membisu sedari tadi.
"Kapan mereka akan menikah?" tanya Yu pada Hibari setelah sekian lama terdiam.
"Tiga hari lagi. Mereka akan melangsungkan pernikahan di kapal pesiar," jawab Hibari.
Yu mengalihkan pandangannya ke majalah tersebut. Ia kembali mengingat ucapan dokter yang mengatakan Sano seperti mayat hidup. Meskipun jantungnya masih berdetak, tetapi otaknya telah mati. Jika ia sadar dari komanya, maka ia akan mengalami lumpuh total.
Yu juga kembali mengingat tulisan tangan Sano tentang gadis itu. Bagaimana perjuangan Sano untuk membiayai keluarga kekasihnya dengan setengah gaji yang ia miliki. Bagaimana saat gadis itu mencampakkannya. Bagaimana saat keluarga gadis itu menyuruh Sano agar tak lagi berpacaran dengan anak mereka setelah semua yang Sano berikan pada mereka. Semua masih sangat jelas diingatan Yu.
"Apakah ada info penting lainnya yang berkaitan dengan mereka?" tanya Yu kembali.
"Oh ... aku mendengar kabar, sebelumnya Chiba Yamada tersangkut skandal. Ia diduga seorang gay karena foto-foto mesranya bersama seorang laki-laki tersebar di internet."
Yu tampak tak begitu tertarik dengan informasi tersebut. "Ken, tolong kau carikan aku seorang guru less privat piano," pinta Yu sambil berdiri dari duduknya.
Ken terhenyak. Ia tak mengerti mengapa Yu malah menyuruhnya mencari guru less piano. Tadinya ia berharap Yu akan memerintah untuk menghabisi gadis itu, atau paling tidak menggagalkan pernikahan mantan Sano. Namun, Yu malah memintanya mencari guru less. Sungguh ia tak bisa menebak jalan pikiran Yu saat ini!
Yuki tengah berjalan menuju halaman belakang tempat latihan menembak. Ketika melewati gudang, tiba-tiba seseorang menariknya masuk ke dalam ruangan tersebut. Yuki terlempar ke lantai. Ia memekik kesakitan sambil memegang sikunya yang tergores dan berdarah. Suara pintu gudang yang tertutup membuatnya terkejut. Saat ia mendongak, terlihat dua orang pria tengah tersenyum dengan tatapan mesum seolah menjadikan ia sebuah santapan lezat yang siap dilahap.
Hanya melihat ekspresi mereka Yuki bisa menebak tujuan mereka. Gadis itu ketakutan. Seluruh badannya gemetar. Ia berusaha bangkit dan hendak berlari. Namun, tangan salah satu pria dengan cepat menariknya, sementara satu pria lagi mengangkat kakinya. Yuki berteriak ketakutan. Ia berusaha melawan, tapi tubuhnya tak bisa berkutik. Mereka terlalu kuat untuk dilawan.
"Sudah tiga tahun kami bergabung di geng ini, dan baru melihat seorang wanita cantik ikut bergabung bersama kami. Tugasmu pasti untuk memuaskan kami, 'kan?" ujar salah satu pria yang berada di hadapannya sambil memegang kedua tangannya.
Yuki masih berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari dua manusia biadab di hadapannya. Namun, mereka malah merobek baju gadis itu hingga setengah dari tubuhnya terekspos. Tak hanya baju, kini roknya telah diluncurkan ke bawah.
"Tolooong!" Yuki berteriak sekuat tenaga. Air mata yang mulai mengalir di sudut matanya.
Bukannya mengasihani gadis itu, mereka makin semangat dan tak sabaran untuk menelanjanginya. Saat pria di hadapannya hendak membuka pakaian penutup terakhirnya, tiba-tiba pintu gudang terbuka lebar. Kedua pria itu kompak mengalihkan fokus mereka ke arah pintu gudang.
Saat ini, Yu tengah berjalan masuk bersama Ken dan Hibari. Dua pria yang hendak menyantap gadis itu langsung berdiri ketakutan seraya menundukkan badan memberi hormat pada Yu.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Yu dingin.
"Yu-sama, kami ...." Salah satu pria tampak bingung untuk berbicara.
Mereka menunduk dalam dan tak berani menatap wajah Yu yang menampilkan aura berbahaya di kedua bola matanya. Yu melirik ke arah Yuki yang duduk terisak di sudut ruang sambil memeluk lututnya.
"Ken, kau pasti tahu apa tugasmu!" ucap Yu memberi sebuah perintah.
Ken mengangguk, ia menggulung lengan bajunya sampai ke siku. Kemudian melangkah mendekati kedua pria itu dengan tatapan sangar sambil menarik sudut bibirnya ke atas. Ia meludah permen karet dari mulutnya ke salah satu wajah mereka.
Yu menghampiri Yuki yang masih ketakutan. Ia langsung membuka mantel panjang yang dipakainya dan memasangkan di pundak gadis itu untuk menutupi tubuhnya. Yuki masih menunduk terisak, rasa trauma dan malu masih berselimut dalam dirinya. Namun, saat Yu mengancingkan mantelnya di badan Yuki tepat bagian dada, gadis itu langsung terdiam sambil menatap mata Yu. Tatapan tajam Yu yang begitu menakutkan saat berhadapan dengan orang sama sekali tak terlihat saat ini.
Ken berdiri di depan dua pria itu sambil bersedekap. Hanya dengan melihat tatapan sangar Ken, membuat salah satu di antara mereka terkencing di celana.
"Buka celana kalian!" pinta Ken dengan tatapan menakutkan.
Dengan tangan yang gemetar, mereka mengikuti perintah Ken untuk melucuti celana.
"Buka semuanya!" pinta Ken kembali setelah melihat mereka hanya tinggal memakai boxer.
Keduanya dengan segera melucuti pakaian terakhir mereka. Sekarang mereka bertelanjang bulat. Ken lalu menendang tepat di bagian batang hitam milik mereka hingga keduanya tersungkur ke lantai dengan rasa kesakitan luar biasa di daerah pribadi mereka.
Tak sampai di situ, Ken mengambil sebuah stik golf tua yang terletak tak jauh darinya. Ia lalu memukul bibir mereka berulang kali dengan stik itu hingga mulut mereka penuh darah. Bahkan, beberapa gigi depan salah satu di antara mereka rontok dan jatuh ke lantai.
"Bos, maafkan kami. Kami hanya iseng," ucap mereka berharap pengampunan.
Wajah mereka tampak babak belur dan penuh darah. Ken masih terus memukuli wajah mereka tanpa ampun seolah mengabaikan teriakan kesakitan dan permintaan maaf mereka.
Ken menginjak alat vital salah satu pria itu sambil berkata, "Aku menyesal mempunyai anak buah seperti kalian."
Yuki menyaksikan adegan menakutkan itu dari belakang tubuh Yu. Tanpa sadar ia meremas lengan Yu saat melihat Ken terus memukul alat vital kedua pria itu dengan stik golf.
Rasa tak tega menerpa dirinya. Mereka memang bersalah, tapi ia belum sempat disentuh pria-pria itu, bukan?
"Tuan, aku rasa cukup! mereka sudah sangat tersiksa," pinta Yuki pada Yu agar pria itu meminta Ken berhenti.
Namun, Yu tak merespon ucapannya. Ia dan Hibari malah begitu menikmati adegan penyiksaan Ken terhadap anak buahnya sendiri.
Beginikah cara gangster menyelesaikan setiap masalah? Penuh dengan kekerasan fisik dan tanpa pengampunan! Pikir Yuki sesaat dengan perasaan ngeri yang menerpanya seketika.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
bacanya sambil meringis ngilu....padahal adegan kayak gini pasti nyata di dunia hitam ya🫣
2023-03-04
1
cha
hancurkan alat vitalnya
2023-01-18
0
💗 Yuli Defika 💓
Kaka Author
aku terbalik niih bc AR dlu baru ke novel ini
pnsran kisah chiba sama Hana😁
2022-07-07
0