Saat mengucapkan kalimat itu, pandangan Yu terarah ke televisi. Siaran televisi itu menyiarkan berita tentang persiapan pernikahan penyanyi muda Chiba Yamada yang akan diselenggarakan dua hari lagi. Pernikahan itu digadang-gadang menjadi pernikahan termewah di Jepang.
Narator berita tersebut mengatakan jika Chiba Yamada dan calon istrinya telah berpacaran selama dua tahun. Oleh karena itu, ia mantap menikahinya walaupun di usia karirnya yang cemerlang.
Mendengar info tersebut, Ken langsung berceloteh, "Wah, katanya mereka telah berpacaran selama dua tahun. Apakah itu artinya ... Hana selingkuh dengan pria itu tanpa sepengetahuan Sano?"
Hibari berdeham sembari tetap menonton. "Aku tak mengerti mengapa Sano melakukan hal bodoh demi wanita ini!"
Yuki hanya dapat terdiam dan tak mengerti arah pembicaraan mereka. Sano? Hana? Siapa mereka? Ia sama sekali baru mendengar nama itu. Namun, kedua nama itu terlihat begitu penting untuk mereka bertiga. Ia mencuri pandang ke arah Yu yang masih menyaksikan berita infotainment Jepang. Mata menakutkan itu kembali muncul berselimut di wajah datarnya.
"Oniichan, apa rencanamu?" tanya Ken penasaran.
Yu mematikan televisi, lalu berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekati dinding yang tertempel foto wanita berparas cantik. Ia menatap foto itu dengan saksama.
"Aku akan membuatnya merasakan sakit seperti yang Sano rasakan. Dia akan merasakan bagaimana tertawa dalam tangis, bagaimana mencintai dalam tangis, dan juga bagaimana bernapas dalam tangis. Dia akan mendapatkan sakit berlipat ganda dari yang Sano rasakan!"
Yu melempar sebuah belati kecil ke arah tembok. Belati itu tertancap tepat di tengah foto yang menampilkan wajah Hana.
Pandangan Yu beralih ke jendela ruangan. Matanya telah memunculkan tombak api, rahangnya mengetat, darahnya menggelegak dan jari-jarinya membentuk satu kepalan tinju.
Dengan mata yang menyala seolah sedang mendeklarasikan perang, Yu kembali melanjutkan ucapannya, "Seumur hidupnya akan menyimpan duka dan kepahitan yang mendalam."
Ken tersenyum mendengar ucapan Yu. Kemudian mendekat ke arahnya sambil berseru, "Sugoi! Ini baru Oniichan yang kukenal! Aku akan mendukungmu sepenuhnya."
Setelah selesai berbicara dan mengatur strategi baru, Ken dan Hibari keluar dari ruangan Yu. Kini yang tersisa di ruangan itu tinggalan Yu dan Yuki.
"Apakah Anda tidak mengubah rencana karena saya belum bisa menembak sampai sekarang?" tanya Yuki ragu-ragu dengan perasaan bersalah.
"Tidak. Tetaplah latihan seperti biasa!" jawab Yu singkat.
Yu kembali menatap Yuki yang masih terpaku di tempat. Lalu pria itu kembali bersuara, "Ada yang ingin kau sampaikan?"
Yuki tersadar dari lamunannya lalu dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Jika tidak ada, keluarlah!" ucap Yu sambil menunjuk ke arah pintu keluar, secara tak langsung mengusir wanita itu keluar dari ruangannya.
Yuki keluar dari ruangan Yu dengan raut wajah kecewa. Ia tak mengerti apa yang mereka bicarakan dan ia tak mengerti dengan apa yang mereka rencanakan. Namun, yang ia tahu, apa yang dikatakan Ken memang benar. Yu benar-benar tidak menunjukkan ketertarikan pada wanita.
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Mereka berkumpul di sebuah kelab malam terbesar di Tokyo dan telah memesan sebuah ruangan khusus yang memang selalu menjadi tempat andalan mereka. Yuki duduk di sudut ruangan. Ia memilih untuk menyendiri agar tak bersentuhan dengan minuman.
Tak lama kemudian, tiga wanita cantik berpakaian seksi yang berprofesi sebagai penghibur para tamu pria masuk ke ruangan itu. Mereka langsung menghampiri Yu dan duduk di sampingnya seraya bermanja-manja.
"Apa yang kalian lakukan?"
Hanya dengan melempar tatapan tajam, membuat para wanita itu ketakutan. Ken lalu berseru, "Hei, kalian salah orang. Yang kalian datangi adalah balok es. Sini, ke sisiku! Temani aku!"
ketiga wanita seksi itu sontak mengerumuni Ken dan memilih duduk di samping pria itu. Ken langsung merangkul mereka seraya meminta untuk dituangkan minuman. Satu di antara mereka memilih duduk di samping Hibari.
Yuki menatap ketiga pria tampan di hadapannya. Ia melihat Ken yang begitu larut dengan para wanita seksi, begitu pula dengan Hibari. Perbedaan besar terlihat pada Yu yang hanya duduk sendiri dan begitu tenang meneguk anggurnya.
Yuki makin dibuat kagum olehnya. Pria itu benar-benar berbeda dengan pria lainnya. Jika para pria berkuasa senang berada di lingkaran wanita cantik, sebaliknya ia menolak setiap wanita yang ingin mendekatinya. Benar-benar pria yang susah ditebak!
Yuki keluar dari ruangan itu menuju toilet wanita. Setelah keluar dari toilet, ia terkejut saat melihat Ken berada di depannya sambil mengisap batang rokok. Yuki berjalan lurus seolah tak melihat pria itu. Namun, langkahnya terhenti ketika Ken bersuara.
"Aku perhatikan kau terus menatap kakakku," ucap Ken sambil mengepulkan asap rokok.
"Ya. Itu karena aku terkesan padanya, dia berbeda dengan kau yang suka menempel dengan wanita-wanita liar!" Sindir Yuki.
Ken tertawa remeh. "Jika saat itu aku tidak memaksa kakakku untuk membawamu, mungkin saat ini kau juga telah menjadi wanita liar seperti mereka," ejek Ken sembari mengingatkan Yuki.
Yuki bergeming kesal. Ia memilih pergi meninggalkan Ken. Pria itu selalu saja membuat perasaannya menjadi buruk. Saat melewati koridor, ada sekelompok pria yang menggodanya.
"Hai, cantik. Ayo ke sini! Temani kami minum," ajak salah satu pria.
Setelah berkata, pria itu menghampirinya dan meraih pergelangan Yuki. Gadis berambut panjang itu langsing menepis tangan si pria seraya berkata, "Gomennasai, aku tidak bisa minum."
Yuki membalikkan tubuhnya. Namun, saat ia ingin pergi, pria itu kembali mencengkram pergelangan tangannya seolah tak membiarkan ia lari.
"Ayolah cantik, temani kami minum bersama!" ajak pria itu sambil menatap mesum ke arahnya.
"Gomennasai, aku adalah pengunjung bukan pelayan!" Yuki menegaskan ucapannya.
Baru bergerak dua langkah, pria itu meraih lehernya dan memaksanya masuk ke dalam pelukan pria itu. Seketika rasa cemas dan keringat dingin menjalar di tubuh Yuki. Kini beberapa teman pria itu datang dan mengerumuninya.
Yuki berusaha melepaskan diri di tengah kepanikan yang melandanya. Bertepatan dengan itu, Ken datang hingga membuat pria-pria itu menoleh ke arahnya.
"Bukankah dia adalah bos Ken dari geng Akiko?" tanya salah satu di antara mereka yang mengenali Ken.
Mereka langsung menyapa Ken sambil membungkuk memberi penghormatan. Sementara Yuki menatap penuh harap ke Ken seolah meminta bantuan pria itu dari kelompok orang yang sedang mengganggunya.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Ken dengan santai.
"Kami hanya sedang bermain-main dengan gadis ini. Dia cantik, 'kan?" jawab salah satu di antara mereka sambil menyengir.
Ken tertawa tipis. "Oh ... kalau begitu silakan lanjutkan!"
Ucapan Ken membuat Yuki membulatkan matanya. Mulutnya terbuka dan napasnya seakan tertahan. Sementara, Ken dengan santai melewatinya seolah tak mengenali gadis itu.
Bagaimana bisa Ken bersikap seperti itu? Apakah pria itu balas dendam karena dirinya tak mempedulikannya saat keluar toilet tadi? Apakah Ken benar-benar akan membiarkan dirinya menjadi bahan santapan pria hidung belang ini?
Ken terus berjalan sementara Yuki hanya dapat menatap punggung Ken yang mulai menjauh.
.
.
.
.
.
Bersambung....
catatan kaki :
Sugoi : luar biasa, hebat
Gomennasai : permintaan maaf secara formal.
Jangan lupa like dan komeng
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Vivo Smart
gantengan Ken padahal, tapi kenapa Yuki nggak suka
2024-08-05
1
sakura🇵🇸
ken sudah menolong tp dia player😄 gimana yuki mau jatuh cinta...trus sekarang membiarkan yuko dikerjain para lelai gaje🫣🫣
2023-03-04
2
cha
keeeen
2023-01-18
0