"Terserah." Ujar Farras singkat.
"Baik lah Pak, akan saya pikirkan nanti." Ujar Shezan bersikap sopan.
"hmmm."
"Apa Bapak memikirkan sesuatu?" Tutur Shezan, Ia bingung mengapa pria di depannya suka sekali diam dan hanya berdehem.
"hmmm..."
"Itu Bapak kembali berdehem,"
"Hmm.. "
"Apa ada hal yang ingin Bapak katakan? Kalau ada katakan saja!" Seru Shezan.
Farras mengangguk mengerti, "Oke."
"Ya?" tanya Shezan yang mendengar Farras mengeluarkan suara.
"Baiklah, Aku akan mengatakan apa yang ingin Aku katakan." Ujar Farras
"Oke Pak, begitu lebih baik." Ujar Shezan bangga, karena majikannya mau mengikuti ucapannya.
"Jangan menimbulkan suara saat makan bersamaku!" seru Farras kemudian.
Apa?
Meski terkejut mendengar Farras memarahinya, Shezana ingat harus bersikap sopan, "Baik saya mengerti."
"Dan Kamu harus menyusun isi dalam lemari itu dengan benar! Saya tidak suka melihat sesuatu yang berantakan di rumah saya!." Seru Farras berang menunjuk kabinet dapurnya.
Dari dulu Ia ingin marah, tetapi entah mengapa Ia tidak memiliki keinginan untuk melukai Shezan. Sehingga Ia selalu mentolerir sikap dan perbuatan Shezan.
Shezan menoleh mengikuti arah telunjuk Farras, kan tidak nampak, bagaimana itu bisa menjadi masalah buatnya? pikir Shezan tidak terima.
"Maafkan saya." Shezan kembali bertutur kata sopan sesuai tata krama. Shezan memutuskan Ia arus kembali ke akal sehatnya. Tidak boleh bersikap arogan kepada orang yang memberinya gaji.
"Tunggu apa lagi?! rapikan sekarang juga!" perintah Farras. Ini pertama kalinya Ia bersikap cerewet, Ia lebih suka menggunakan kekerasan dan uangnya untuk menyelesaikan masalah.
"Baik yang mulia," Ucap Shezan yang sengaja menggunakan majas sindiran.
Shezan pun bergegas membersihkan meja, mencuci piring dan merapikan semua isi di dalam kabinet dapurnya Farras, menyusun ulang peralatan makan dan masak, bumbu dapur.
Farras memperhatikannya hingga selesai, kemudian memastikan kembali letaknya sudah rapi atau belum menurutnya.
begini lebih baik. Pikir Farras. Tingkat ketidaknyamanannya berkurang sedikit.
***
Keesokan harinya, berita tentang hubungan Farras dan Nausheen sudah tersebar di media masa online.
Shezan yang jarang update berita terkini, apalagi tentang kehidupan artis, pun mendapat kiriman tautan beritanya dari Nina di saat Ia sedang mengawasi muridnya menjahit kerah leher di tempat kursus.
From Nina: so sweet nggak Shaz? setelah kemaren ditolak di tempat umum.
Shezan membuka tautan berita tersebut. Ia tidak begitu membaca berita tersebut. Matanya langsung tertuju pada foto di berita tersebut. Farras yang menggenggam tangannya Nausheen.
"Cantik," guman Shezan mengagumi pelakor nya.
Shezan menyimpan kembali ponselnya dan melanjutkan tugasnya sebagai tutor. Ingin Ia menceritakan kegalauannya kepada Nina, tetapi Ia tidak bisa mengatakan awal persoalannya yang telah menikah dengan Farras akibat kesalahpahaman. Karena statusnya harus menjadi rahasia.
***
Sore harinya Shezan menjadi asistennya chef Aynan sambil menggosip. Tentunya dengan bahasa isyarat karena mereka menyadari ada cctv yang mengawasi. Meski menjadi asistennya Aynan bukan bagian dari tugasnya, Ia suka rela melakukannya demi bisa belajar memasak.
Aynan yang menyukai Shezan tentu tidak keberatan membagikan resepnya. Terlebih belakangan ini, Shezan perlahan merubah penampilannya. Ia sudah tidak mengenakan baju lusuh lagi dan warna kulitnya perlahan berubah sedikit lebih cerah. Ia sudah memusnakan semua baju lusuhnya. Digantikan dengan baju-baju baru yang dibelinya dengan uang kompensasi.
Meski tidak mengerti make up, Shezan mengerti skincare. Farras memberinya gaji yang tidak sedikit. Gaji yang lebih dari cukup untuk ongkos taxi online pulang pergi ke tempat kursus. Entah mengapa sejak mendapat pendapatan yang banyak, Ia menjadi tidak pandai berhitung. Ia bahkan tidak sadar ongkos taxi online nya hampir sebulan gajinya di tempat kursus.
"Bagimana rasanya?" tanya Shezan kepada Aynan. Ia mengulang membuat beef steak yang semalam dibuatnya.
"flavorful." Jawab Aynan memberi keterangan yang sebenarnya tidak menerangkan apapun bagi Shezan.
"Enak atau lumayan?" tanya Shezan kembali.
Aynan tersenyum melihat ekspresi Shezan yang tampak begitu penasaran, "Enak." Jawab Aynan mantap.
"Apa kamu menyukai Pak Farras?" Tanya Aynan penasaran mengapa Shezan sangat peduli dengan komentar Farras.
"Tidak, nggak dipecat saja udah syukur Alhamdulillah." tutur Shezan jujur.
Ada perasaan senang dalam hati Aynan mendengar Shezan tidak menyukai Farras. Sejak awal melihat Shezan, Aynan sudah tertarik dengan Shezan. Gadis kampung yang baru turun gunung dengan sangat semangat membantunya, antusias dengan apa yang dimasaknya. Begitu lah anggapan Aynan terhadap Shezan.
Sekarang gadis itu perlahan berubah menjadi gadis yang manis dan cantik baginya. Aynan menatap Shezan lama. Begitu juga dengan Shezan yang tanpa sadar ikut menatap Aynan, Ia menunggu Aynan mengatakan sesuatu.
"Ehmm..Maaf permisi.. masaknya sudah selesai atau belum? Kalau belum saya pulang, kalau sudah saya mencuci piring dulu sebelum pulang." Ujar Ibu-Ibu pekerja yang tugasnya membersihkan rumah Farras, menghentikan aktivitas saling tatap kedua insan tersebut.
"Sudah," Ujar Aynan.
"Tidak apa biar saya saja yang membereskannya Bu, Ibu pulang saja." Ujar Shezan
"Ya sudah kalau begitu, Ibu ijin pulang." tutur pekerja tersebut pamit pulang.
"Kalau begitu sampai jumpa lagi," Ujar Aynan kepada Shezan juga pamit pulang, karena Ia sudah mendengar suara tanda-tanda Farras sudah tiba di depan rumah.
"hati hati dijalan." ucap Shezan.
Shezan pun membersihkan dapur dan menyusun peralatan yang selesai dicucinya dengan rapi, dan menyusun kembali bumbu dapur di lemari dengan rapi. Ia bahkan belajar tutorial menyusun dapur dengan baik dan benar dari situs web berbagi video
Ia seharusnya belajar menjadi desainer dengan serius, mengapa sekarang jadi serius belajar mengenai bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang baik dan benar untuk menyenangkan hati suami? Shezan berpikir tidak mengerti bagaimana perjalanan hidupnya menggapai impian.
"Astaghfirullah!." Teriak Shezan lebih kaget dari melihat hantu, begitu Ia berbalik dan sudah ada Farras yang duduk melihatnya.
"hmmm....mengapa terlalu lama membereskannya?!" Tanya Farras, "Ayo cepat makan!" perintahnya kemudian.
"Baik," Ujar Shezan patuh.
Akal sehat, jangan biarkan perasaan mengambil ahli tubuhmu lagi. Shezan memerintahkan akal sehatnya lebih waspada saat berhadapan dengan Farras.
"Kalau tahu jadi pemarah begini, seharusnya tidak usah menyuruhnya menghilangkan hmmm nya," gerutu Shezan yang volumenya diatur agar tidak terdengar oleh Farras.
Kali ini mereka makan tidak dengan tenang dan tentram.
"Sudah saya katakan jangan menimbulkan suara saat makan!." Hardik Farras.
"Ya?" Shezan menghentikan tangannya mengambil nasi dengan sendok di piringnya, "Baik." Ujar Shezan gemetar mulai berhati hati menyendok makanannya agar tidak menimbulkan bunyi.
"Kenapa dia menjadi cerewet seperti ini? lebih baik orang ini diam aja, bikin jantungan dari semalam." Pikir Shezan.
Biasanya Farras akan menyingkirkan apa saja yang terlihat mengganggunya, Namun untuk saat ini Ia tidak ingin menyingkirkan Shezan. Ia masih ingin lebih lama melihat gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ayu Y. A.
up vika up
2021-12-10
1