Di kamarnya, Shezan masih dirundung kecemasan perihal suaminya. Bukan, maksudnya boss-nya yang saat ini telah memiliki seorang kekasih hati, Ia takut akan segera didepak. Baru juga mulai kerja dengan gaji yang lumayan. Daripada menggunakan otaknya untuk berpikir, Ia lebih baik menjahit baju.Hanya itu yang bisa Ia lakukan untuk menenangkan hatinya, menjahit baju dengan mesin jahit barunya.
drrtt...
Tiba-tiba ponsel nya berbunyi, sebuah pesan singkat dari Farras masuk ke ponselnya. Ia langsung membuka dan membacanya. Kemudian segera membalasnya tanpa berpikir panjang, lalu melanjutkan aktivitas menjahitnya.
Di sisi lain, Farras yang masih dalam perjalanan langsung mendapatkan balasan dari Shezan.
Shezan
Telur gulung.
Farras
Ok, buat sekarang
***
Shezan segera menghentikan aktivitas menjahitnya setelah mendapat titah dari Farras. Ia segera menuju dapur dan mulai bekerja.
Shezan mengambil bahan-bahan dari kulkas, "oh kulkas, entah berapa lama lagi kita bisa hidup bersama seperti ini." gumannya sembari mengelus kulkas.
Sheza memotong wortel, buncis, daun bawang, "Oh telenan pisau, apakah kalian akan merindukanku jika aku sudah tidak ada lagi disini?"
Shezan menatap dapur Farras, Ia sangat menyukai semua yang ada di dapur itu. Oven yang menempel di dinding kabinet, kompor yang tidak memiliki tungku, keran air tempat mencuci buah dan sayur yang tidak pernah membasahi bajunya, lampu yang tergantung di langit langit yang selalu menyinarinya agar terlihat glowing, kabinet yang dapat menyembunyikan ketidakrapiannya menyusun perkakas memasak dan bumbu dapur.
Tiga puluh menit berlalu, Shezan telah siap menata masakannya di meja.
"Beef steak?" Tanya Farras yang telah tiba dirumahnya, dan melihat Shezan menghidangkan steak daging sapi dan telur gulung seperti yang telah dijanjikan.
"Iya, Ini pertama kali saya membuatnya." pengakuan Shezan malu-malu. Entah mengapa Ia ingin mencoba membuat steak berdasarkan teori yang pernah dipelajarinya dari chef Aynan.
Dan entah mengapa pula Farras seperti mendapat suatu pertanda buruk, terlebih hanya ada satu porsi steak yang terhidang. Khusus hanya untuk dirinya. Ia pun duduk dikursinya.
"Makan lah." Ujar Farras menggeser piring steak dan telur gulung lebih dekat ke arah Shezan.
"Saya tidak menyukai daging, bukankah Bapak ingin makan sesuatu setiba di rumah?" Tanya Shezan.
"Tidak, Saya hanya ingin Anda memasak," Ia menatap Shezan dengan tatapan intimidasi.
"Tapi Saya tidak lapar." elak Shezan.
"Hmmm."
Karena tidak ingin membantah dan menambah masalah, Shezan hanya bisa menurut. Ia pun duduk di kursi di hadapan Farras. Dan mulai menyendok dadar gulungnya. Dalam hatinya Ia bertanya-tanya, Ada apa dengannya?
Farras menatap Shezan yang sedang makan dengan setengah hati mengunyah. Farras benar-benar tidak ingin makan. Ia hanya ingin melihat gadis yang sedang duduk di hadapannya. Entah sejak kapan Ia selalu ingin berada di dekat Shezan dan menatapnya. Gadis berbeda yang baru saja Ia temukan.
"Mengapa Bapak tidak mencoba steak nya?" Tanya Shezan tiba-tiba menghentikan makannya.
"Mengapa saya harus mencobanya?"
"Ya kan buatnya biar dicobain gitu," ujar Shezan sedikit kesal. Ia terhenti sebentar, tersadar berbicara tidak sopan dengan majikan. "Maafkan Saya," tutur Shezan kembali bersikap sopan dan bertata krama. Ia keceplosan berbicara dengan bahasa tidak sopan.
"Baiklah," Ujar Farras yang tampak tidak memperdulikan ketidaksopanan Shezan. Ia memotong secuil steak yang mencurigakan tersebut.
"Bagaimana?" Tanya Shezan yang penasaran. Ia juga tidak tahu bagaimana rasanya, karena tidak mencobanya. Soalnya hanya satu potong yg dimasaknya.
Farras tampak berpikir setelah mengunyah daging yang secuil itu, "Luar biasa, bagaimana bisa daging sapi menjadi sangat tidak enak seperti ini?" tuturnya kemudian heran.
"Benarkah?" tanya Shezan yang tidak percaya. Ia pun mengambil steak tersebut dan mencobanya. Ia memang tidak begitu menyukai daging. Ia tidak tahu bagaimana rasa enak sepotong daging, tetapi setidaknya Ia tahu bagaimana rasa sangat tidak enak.
"Rasanya tidak seburuk itu," pikirnya dalam hati. Ia pun menyoba potongan disisi lain, mungkin rasanya tidak merata. "Sama saja, tidak buruk." pikirnya lagi. Tanpa terasa Shezan sudah hampir menghabiskan seluruh steak tersebut.
"Bukannya Anda tidak menyukai daging?" Sindir Farras yang sedari tadi memperhatikan Shezan.
"Ya?" Shezan berhenti berpikir dan melihat ke arah Farras, lalu melihat ke arah piring steaknya yang sudah hampir licin, "Loh sudah habis?!" ujarnya tidak percaya.
"Hahaha..," Farras tertawa melihat Shezan. Tanpa Ia sadari, ini pertama kalinya Ia tertawa setalah 20 tahun.
Shezan menatap Farras yang tertawa. Tiba-tiba Ia melihat bunga bunga berjatuhan di sekitar Farras entah dari mana asalnya. Untuk beberapa saat Ia terpukau dengan ketampanan Farras, hingga akhirnya sadar dan menghalau bunga bunga tersebut dari padangannya.
"Hush.hush tidak boleh." guman Shezan pelan. Ia tidak boleh jatuh cinta dengan seseorang. Ia pernah mendengar cinta itu sakit. Ia tidak ingin jatuh sakit, meski Ia memiliki BPJS untuk berobat. Ia tidak memiliki sesiapa untuk menemaninya di rumah sakit.
"Kamu selalu percaya setiap apa yang dikatakan orang lain?" Tanya Farras kembali dengan sikap tenangnya. Ia berbicara santai dengan Shezan.
"Ya?" Tanya Shezan tidak mengerti.
"Kamarmu, kamu juga percaya kamar itu berhantu."
"Ya?" Tanya Shezan kembali, Ia masih belum bisa mencerna perkataan Farras. "Apakah Bapak barusan berbohong?" tanya Shezan hati-hati.
Farras tersenyum, "Rasanya lumayan,"
"Lumayan?.." gumannya pelan, Ia langsung tampak lesu. Karena Ia berharap Farras akan memujinya dengan mengatakan enak.
"Kamu percaya lagi?" tanya Farras melihat raut wajah kecewa Shezan yang sangat terlalu kentara.
"Jadi Bapak berbohong lagi?"
"Tidak, Saya serius. Rasanya benar lumayan." Ujar Farras dengan nada serius.
"Baiklah," Ujar Shezan pasrah pada akhirnya.
"Shezan." Panggil Farras.
Shezan terkejut Farras memanggil namanya. Ini pertama kalinya Farras menyebut namanya.
"Jangan memanggil saya Bapak."
"Ya?" tanya Shezan bingung.
"Dari awal saya tidak pernah menganggap kamu pegawai saya." Tutur Farras.
Shezan mengangguk mengerti. Ia memahami perkataan Farras. Ia sudah mengetahui tabiat Farras yang mudah sekali memecat pegawai yang bertemu denganya. Selain memasak dengan chef Aynan, mereka juga melakukan dosa, membicarakan boss mereka.
"Saya ingin kita berteman." Tutur Farras, Ia berpikir harus bersikap bersahabat dengan gadis di depannya, agar gadis itu tetap mau tinggal di rumahnya.
"Teman?" tanya Shezan mengulang perkataan Farras.
Apa artinya Aku naik jabatan? dari asisten rumah tangga naik jadi teman. Pikir Shezan.
"Mengapa?" Tanya Farras karena Ia melihat gadis di depannya tampak memikirkan sesuatu.
"Lalu bagaimana? Saya harus panggil Bapak apa?" tanya Shezan, Ia bingung, diajak tinggal bersama, Dinikahi, lalu sekarang di temani. Ya sudahlah yang penting bisa hidup makan gratis.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments