Salah Siapa

Shezan merutuki perasaannya yang lagi-lagi kembali mengendalikan tubuhnya. Ia tidak percaya bagaimana bisa Ia gemetar ketakutan saat berhadapan dengan Farras pagi ini.

Setelah berberes membersihkan dapur, Shezan berangkat menuju tempat kursus menjahit. Sama seperti Jagdish, Shezan juga melihat mobil polisi dan beberapa orang polisi masih berada di sekitar pos satpam. Karena sudah terlambat, Shezan segera berjalan pergi melewati gerbang tanpa mencari tahu terlebih dahulu apa yang telah terjadi.

***

Farras yang telah tiba di ruangannya membaca dokumen-dokumen di mejanya.

"Saya sudah merubah jadwal pertemuan dengan gemston, sesuai permintaan Bapak pukul tiga sore." Ujar seorang wanita muda yang berdiri di depan meja Farras. Ia adalah sekertaris pribadi Farras yang baru. Ia terpaksa menerima sekertaris tersebut karena sudah menyetujui sebuah kesepakatan yang telah Ia buat dengan Ibunya.

"hmm."

Setelah mendengar jawaban bos nya, wanita muda itu pergi meninggalkan ruangan Farras.

"Saya tidak mengira Anda benar benar memiliki ketertarikan terhadap pengembang aplikasi," Komentar Jagdish di tengah kesibukannya fokus terhadap bola golf di hadapannya. Ia bermain dengan mini golf di ruangan Farras.

"hmm.. "

Terdengar suara pemberitahuan di ponsel Jagdish. Ia membuka ponselnya setelah memukul bola golf nya. bola itu meleset masuk ke dalam lubang.

"Ada kasus pembunuhan tadi pagi di lingkungan tempat tinggal Anda. Salah satu satpam meninggal, seorang lagi kritis dan dirawat di rumah sakit," Ujar Jagdish melanjutkan infromasi yang Ia terima kepada Farras.

"Itu artinya lingkungan tempat tinggal Anda tidak aman lagi sekarang." Lanjut Jagdish.

"Masih ada satpam yang lain. Dan mungkin satpam baru akan segera datang." Tutur Farras membantah kesimpulan Jagdish.

"Bagaimana Anda bisa tenang begitu? Ada yang tewas dibunuh di lingkungan tempat tinggal Anda. bisa saja itu perampokan."

"Itu karena Aku pelakunya." ujar Farras tenang.

"Maafkan atas gurauan saya tadi pagi." Ujar Jagdish penuh penyesalan. Ia tidak mengira Farras mengungkit candaannya tadi pagi.

***

Berita tentang kasus pembunuhan itu juga telah sampai ke telinga Shezan.

"... Kepalanya dipukul dari belakang, sekarang kondisinya masih belum sadar di rumah sakit." ujar Chef Aynan bercerita kepada Shezan.

"Kasian sekali ya." ujar Shezan bergidik ngeri setelah mendengar penuturan Aynan.

"Polisi masih mencari tahu apa motif pembunuhan tersebut." Ujar Aynan kembali bercerita.

"Apa mungkin perampokan?"

"Mungkin saja," Jawab Aynan. "Shezan kamu harus berhati-hati. Jangan pulang terlalu malam." lanjut Aynan. Ia tidak mengatahui jika Shezan tinggal di rumah Farras.

"Iya baik."

ding dong

Suara bel pintu rumah Farras mengejutkan mereka berdua.

***

"Selamat Siang." Sapa seorang polisi tegas. Dua orang polisi mendatangi kediaman Farras.

"Siang, " Jawab Shezan dan Aynan serentak.

"Apa Anda Pemilik rumah ini?" tanya salah seorang polisi. Sementara seorang lagi tengah melihat lihat sekitar rumah Farras.

"Bukan, " Jawan Shezan dan Aynan serentak.

"Apa Anda tinggal di rumah ini?"

"Tidak," Jawab Aynan.

"Kami hanya pekerja di rumah ini," lanjut Aynan.

"Apa hanya Anda berdua pekerja di rumah ini?"

"Tidak, ada seorang lagi sedang bekerja di dalam." Terang Aynan

"Apa mobil ini milik majikan Anda?" tanya polisi yang seorang lagi.

"Iya," Jawab Jagdish.

"Apa terjadi begal Pak?" Tanya Shezan.

"Saat ini kami masih menyelidiki motif pembunuhan yang terjadi pagi tadi." Ujar salah seorang polisi sembari memperhatikan Aynan dan Shezan.

"Baiklah jika Anda mengetahui atau melihat sesuatu yang mencurigakan silahkan hubungi kami." Ujar polisi tersebut sembari memberikan nomor telepon.

"Baik Pak," ujar Shezan menerima kertas bertuliskan nomor telepon.

Kedua polisi tersebut undur diri, dan melakukan pemeriksaan terhadap rumah berikutnya.

"Banyak rumah yang kosong di sini," Tutur Aynan memberi keterangan kepada Shezan.

"Apa?!" Tanya Shezan kaget.

"Mengapa kamu sangat kaget?"

"Tidak, Patut lah di sini sangat senyap. Berada disini berasa seperti di film zombie." Jawab Shezan sembari masuk ke dalam rumah Farras.

Ternyata baik lingkungan maupun penghuni rumah ini ternyata sama sama menakutkannya. Pikir Shezan.

***

Saat makan malam, Shezan yang masih memiliki rasa takut dengan Farras duduk agak sedikit jauh dari Farras. Entah mengapa semangatnya yang menggebu-gebu untuk bersikap keras, tegas, dan berani lenyap begitu saja. Kilasan ekspresi dan tatapan dingin dan tajam Farras saat menciumnya sangat menakutkan baginya.

Shezan segera berdiri dan beranjak menjauh ketika melihat Farras hendak berdiri dari duduknya.

"Apa kamu takut padaku?" Tanya Farras yang menyadari perubahan sikap Shezan yang aneh sejak tadi pagi. Ia bermaksud untuk mencairkan suasana agar Shezan tidak takut kepadanya.

Tetapi pertanyaannya justru membuat Shezan semakin terintimidasi, membuat Farras memikirkan kalimat lain yang mungkin bisa mengambil hatinya Shezan.

"Aku minta maaf," ujar Farras terlihat tulus dan meyakinkan.

Shezan mengurangi ketagangan di wajahnya, mendengar permintaan maaf Farras.

"Jangan khawatir, Aku tidak akan menyakitimu. Dan Aku tidak akan membiarkanmu terluka." Ujar Farras penuh keyakinan, kedengarannya seperti lirik lagu.

"Apa kamu melakukan itu karena kamu pikir karena sudah menikahiku kamu bebas melakukan apapun?" Tanya shezan memberanikan diri. Ia merubah panggilannya untuk Farras.

"Menikah?" Tanya Farras mengkoreksi. "Kapan kita menikah?" Tanya Farras dengan tenang.

"Kamu lupa atau tidak tahu?" Tanya Shezan bingung. Dia lupa kalau sudah menikah?

Farras bersedekap tampak berpikir, "Hmm...Aku lupa." Jawab Farras datar

Shezan menghela nafas, Ia tidak habis pikir orang yang ada di depannya ini bisa melupakan prosesi sakralnya.

"Mengapa kita tidur di kamar yang terpisah?" Tanya Farras.

".. ng?" Shezan menebak nebak apa yang dipikirkan Farras.

"Bukankah kita suami istri yang sudah menikah?" Tanya Farras, Ia tersenyum dan berjalan ke arah Shezan, seolah ingin melakukan sesuatu kepada Shezan.

".. ng?" Shezan semakin gemetar ketakutan, Ia menyesal sudah mengukit ungkit masalah menikah, harusnya Ia membiarkan saja Farras lupa dengan pernikahannya.

"Ha.. ha.. ha.." Farras melepas tawa nya.

"Mengapa kamu tertawa?" Tanya Shezan yang berpikir Farras akan berbuat macam-macam lagi dengannya.

"Kamu lucu.." Jawab Farras. Ia berjalan mendekati Shezan. Entah mengapa Ia merasa seperti mendapat kesenangan baru, melihat kepolosan gadis di depannya.

"Kamu mau apa?" Tanya Shezan mulai panik.

"Aku tahu kita sudah menikah. Apa itu pertama kalinya kamu dicium? Kamu adalah wanita pertama yang Aku cium." Tutur Farras memberi keterangan yang terdengar bersahabat.

"Benarkah?"

Farras tersenyum, "Aku berkata jujur." Ujarnya sembari meletakan telapak tangannya di atas kepala Shezan yang 29 cm lebih pendek darinya. Ia mengusap kepala Shezan seperti mengusap kepala kucing yang baru saja dipungut dari jalanan.

Dan Shezan pun kembali terhipnotis dengan ketampanan Farras, Ia lupa kalau pria di depannya adalah orang yang berbahaya.

"Jika kamu tidak menyukainya, Aku tidak akan menyentuhmu. Aku ingin Kamu tetap bersamaku. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu suka, tidak perlu takut kepadaku. Karena Aku tidak peduli." Ucap Farras lagi kemudian. Ia menatap dalam gadis di depannya. Sepertinya Aku memiliki mainan baru yang menyenangkan.

Shezan tersenyum sumeringah mendengar pernyataan Bebas melakukan apapun, "Benarkah? Aku bebas melakukan apapun?" Tanya Shezan memastikan. Ia mulai berpikir tidak akan mengembalikan barang barang yang sudah Ia gunakan di rumah Farras ke tempat semula dengan rapi, baik, dan benar.

"Aku tidak suka melihat sesuatu yang tidak teratur." Ujar Farras menebak pikiran Shezan, Ia kembali bersikap dingin.

"Siap Pak." Ucap Shezan, perkataan Farras mematahkan mimpinya.

***

Di kamarnya, Shezan senyum senyum seorang diri mengingat perkataan Farras.

"Aku ingin kamu tetap bersamaku," Guman Shezan mengulang perkataan Farras. Ia menenggelamkan kepalanya di bawah bantal, berharap Ia tidak sedang bermimpi. Apa misi membuat Farras, majikan, teman suami akan berjalan mulus?

"Apa dia ngprank lagi?" Pikir Shezan kemudian menghapus khayalannya.

"Ah sudahlah, yang penting sekarang bebas melakukan apapun, dia tidak akan menyakitiku, abaikan tampangnya yang kadang kadang menakutkan itu." Pikir Shezan lagi, dan memutuskan untuk tidur.

***

Ke esokan paginya sebuah mobil polisi tiba di depan rumah Farras sesaat Farras hendak masuk ke mobilnya.

Dua orang polisi datang menghampiri Farras, "Selamat Pagi," Sapa polisi tersebut.

"hmm.."

"Apa benar Anda saudara Farras Cakrawangsa?"

"hmm.."

"Silahkan ikut kami ke kantor polisi untuk memberi keterangan." Ujar salah seorang polisi menunjukkan surat tugas untuk menjemput paksa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!