Shezan memastikan kembali kerapian pakaian yang membalut tubuhnya. Ditatapnya lekat-lekat pantulan wajahnya di cermin. hmm apa perlu pakai lipstik? Ia ingin mewarnai bibirnya, namun apa daya Ia tidak memiliki benda mungil berwarna tersebut.
"Nin.. lipstik mu masih ada nggak?" tanya nya pada Nina yang masih menempel di kasur.
"Itu di laci, " jawab Nina tanpa menoleh.
Mengikuti petunjuk Nina, Shezan membuka laci meja dihadapannya. Begitu menemukan benda mungil tersebut, Ia mengoleskannya ke bibirnya.
Hari ini Shezan akan mengikuti interview di Myrtle. Setelah puas dengan penampilannya, Ia pun bergegas pergi meninggalkan Kedai.
Ia menghentikan sebuah angkot yang lewat di depannya. Di dalam angkot sudah penuh dengan penumpang. Hanya tersisa satu tempat duduk, di sebelah ibu-ibu yang memangku anaknya. Tidak mungkin untuk menunggu angkot selanjutnya, Shazan memutuskan menaiki angkot tersebut, dan duduk di sebelah ibu-ibu tersebut. Angkotpun melaju dengan kecepatan maksimum.
Tanpa disadari Shezan, setetes dua tetes es krim jatuh di atas rok hitam yang Ia kenakan.
"Maaf mbak.. jadi kena roknya, " refleks si Ibu menjauhkan es krim yang dipegang anaknya dari Shezan.
" .. ng.. " Shezan tidak tahu harus berkata apa. Ia memilih pasrah menerima roknya kotor.
Begitu tiba di Gedung Myrtle, Shezan langsung berlari mencari toilet. Ia harus membersihkan rok nya terlebih dahulu. Tanpa sadar, Ia hampir terlambat. Usai membersihkan roknya, Ia berlari menuju lift yang pintunya terlihat terbuka. Namun, begitu Ia hendak masuk ke dalam lift, pintu lift tertutup, meninggalkan Shezan seorang diri.
ting..
pintu lift di depannya kembali terbuka.
Nasib baik masih berpihak kepadanya. Ia berpikir seseorang yang ada di dalam lift pasti melihat nya dan berbaik hati membuka kembali pintu liftnya.
"Terima kasih, " Ucap nya tersenyum senang setelah masuk ke dalam lift tersebut. Nafasnya masih bergerak cepat, efek habis berlari.
Senyum Shezan tidak berlangsung lama. Hanya ada dua orang di dalam lift, dan dari auranya mereka bukan orang sembarangan. Shezan perlahan sedikit demi sedikit bergeser menuju ke sudut pintu lift dan berdiri di sana.
ting...
pintu lift terbuka di lantai 5.
"Anda sudah sampai, ruangan interview ada di sebelah kanan, " Ujar Jagdish mengejutkan Shezan.
"Oh.. terima kasih, " ucap Shezan terbata melihat ke arah Jagdish yang tersenyum tipis kepadanya.
Aduh.. kenapa bisa lupa menekan tombol, untung saja ada Bapak tadi. Shezan merutuki kebodohannya sembari berjalan menuju ruang interview.
Sepeninggalan Shezan, masih di dalam lift, Jagdish langsung mentertawakan aksi Farras yang membuka kembali pintu lift untuk orang tidak dikenal. "Apa Anda sudah bisa berbuat baik?"
"hmm.. " Farras bergeming, Ia tidak memperdulikan komentar Jagdish.
Jagdish menghentikan tawanya, "Apa Anda berencana untuk melukai gadis tadi?" Tanya Jagdish dengan ekspresi serius. "Jika Ia, Saya akan berhenti menjadi asisten Anda!" Seru Jagdish mengancam.
Farras tidak memperdulikan olokan Jagdish. Saat ini jantung nya masih berdetak dengak kencang. Ia masih terkejut dengan apa yang barusan Ia lihat. Apakah Aku menemukannya?. Pikiran itu terus besuara di kepalanya.
***
"Mengapa tiba-tiba Anda tertarik dengan seorang gadis?" Tanya Jagdish yang mulai penasaran, setelah Ia memberikan data Shezan yang diminta Farras. "Ingat Anda harus menahan keinginan Anda untuk melukai orang lain." Ucap Jagdish mengingatkan Farras.
Farras, mengalihkan pandangannya dari layar tablet. Ia melihat ke arah Jagdish, dan menatapnya dengan serius.
Yang dipandang dengan Intens olehnya itu, segera beranjak dari duduknya di depan meja Farras. "Jika Anda melihatku seperti itu, Saya akan benar-benar percaya jika Anda menyukai Pria, " gurau Jagdish bergidik ngeri.
"Jangan khawatir, kau bukan tipeku," Ujar Farras datar.
"Oke"
"Aku menemukannya.." terang Farras.
"Siapa? gadis yang di lift tadi?" selidik Jagdish.
"hmm"
"Apa benar dia gadis yang Anda cari? sepertinya Ia tidak mengenali Anda. "
"Entahlah, Aku juga tidak begitu yakin." Farras menatap ke arah jendela besar diruangannya, melihat pemandangan luar.
***
Shezan melangkah tidak bersemangat menuju Kedai tempat Ia bekerja. Tanpa menunggu pengumuman hasil interview itu, Ia sudah tahu bagaimana nasibnya.
Disini kami tidak merekrut seseorang untuk belajar. Perkataan dari pewawancara terngiang-ngiang di kepalanya. Bahkan ada yang meremehkan ijasahnya. Shezan mengakui dengan baik, Ia tidak memiliki pengalaman yang cukup dibidang fashion design. Ia pernah beberapa kali ikut pameran ketika masih seorang mahasiswi. Tidak ada yang tertarik dengan karyanya. Siapa juga yang mau memperkejakannya?
"Bagaimana? lancar? " Sambut Nina begitu melihat Shezan tiba di kedai.
Shezan menggeleng. Ia segera menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Ia harus semangat kembali bekerjasama dengan kuali, dan mengisi pundi-pundinya.
****
Di sebuah restoran elit, Farras duduk dengan tenang menatap layar ponselnya di salah satu kursi di restoran tersebut.
"Maaf, sudah lama?" suara lembut seorang wanita berdiri di depan Farras. Tanpa persetujuannya, wanita itu duduk di hadapan nya.
Farras mematikan layar ponselnya. Dihadapannya kini telah hadir seorang wanita yang entah ke berapa yang sudah diperkenalkan Ibunya.
Dilihatnya wanita itu, seorang wanita yang berwajah menyeramkan tengah duduk di depannya, cukup menyeramkan untuk membuat seseorang tidak bisa tidur selama tiga hari. Wanita itu bukanlah makhluk halus, jin, dedemit, setan atau sejenisnya. Wanita itu adalah manusia biasa, yang menurut penilaian sesama manusia, wanita itu cantik, sangat cantik.
Yang salah adalah penglihatan Farras. Ia sudah cukup terbiasa dengan apa yang selalu Ia lihat. Sejak 20 tahun yang lalu, hingga sekarang, kutukannya belum menghilang. Semua wanita akan tampak menyeramkan matanya. Dan itu membuatnya sangat tidak nyaman.
Wanita itu mengangkat tangannya memanggil pelayan. Ia hanya memesan minuman. Baginya tidak ada makan setelah makan. Ia harus menjaga bentuk tubuhnya. Setelah memberi tahu pelayan minuman yang ingin Ia minum sore ini, Ia melihat ke arah Farras. Meng-scan pria yang dikenalkan dengan kepadanya.
Mulai dari bawah, kedua kaki memakai slip on sneaker, mengenakan celana jeans dan kaos polos o-neck , sebuah jam tangan sporty melingkar dipergelangan tangan. Wanita itu lanjut memindai bagian kepala Farras. Bagian dagu, seperti sudah dua minggu tidak bercukur. Pada bagian paling akhir, Apakah itu sebuah hairstyle atau memang tidak disisir sama sekali ?
Sudah 5 menit berlalu. Baik Farras maupun wanita itu, tidak ada yang mulai bersuara. Wanita itu sudah bisa merasakan, pria yang duduk di depannya sama sekali tidak tertarik dengannya. Pandangan yang diberikan Farras kepadanya melukai harga dirinya. Wanita itu cukup percaya diri dengan kecantikannya. Jika harus ada penolakan, maka Ia yang harus menolak. Wanita itu meneguk sisa minumannya hingga habis, dan meninggalkan gelas kosong.
"Maaf, Saya ada urusan penting lain. Permisih." Wanita itu berdiri dan mengambil tas nya, kemudian bergerak meninggalkan Farras.
Sebelum berjalan pergi, wanita itu berbalik dan tersenyum. "Oh..iya, jangan menghubungi saya lagi!"
Beberapa orang yang ada di restoran itu memandang iba kepada Farras, sekaligus tidak percaya dengan apa yang mereka dengar dan lihat. Mereka mulai berbisik. Bahkan ada yang diam-diam memoto untuk dijadikan IG story
Seorang pria tampan telah dicampakkan sore ini.
Farras tersenyum samar memandang kepergian wanita itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Rose_Ni
cuman modal diam aja urusan selesai
2022-02-20
1
Mak Aul
kutukan terbalikkah?
cantik terlihat seram, sedangkan jelek terlihat caem?
2022-02-13
3
Mak Aul
kereennn, makanya karakter cowok ku selalu gak rapi🤣
2022-02-13
0