Kos

Pukul 07:00 pagi, Shezan sudah berdiri di pinggir Jalan, depan Kedai eks Bu Sri.

tin....

Sebuah mobil hitam berhenti di depan Shezan. Perlahan kaca jendela supir diturunkan, memperlihatkan wajah Jagdish.

"Naik mbak!" perintahnya kemudian.

Mengikuti perintah Jagdish, Shezan masuk ke dalam mobil tersebut. Ia memilih duduk di bangku penumpang. Setelah memastikan Shezan duduk dengan baik, Jagdish menjalankan mobilnya.

Dari bangku penumpang bagian belakang, Shezan memperhatikan Jagdish yang kali ini menggunakan setelan jas. Setelan jas yang membalut tubuh Jagdish membuatnya menjadi orang yang berbeda. Shezan merasa seperti teringat akan sesuatu, Ia mencoba mengingat. Aura yang sekarang Ia rasakan sepertinya pernah Ia rasakan sebelumnya. Namun, Ia lupa. Shezan menggeleng, Ia tidak ingin dipusingkan oleh hal yang tidak penting. Ada hal yang lebih penting sekarang, kemana Jagdish akan membawanya.

Tadi malam Jagdish menawarkan ada kamar milik pamannya yang sudah lama kosong. Tidak ada yang mau tinggal disitu karena kamar itu ada hantunya. Jika Shezan berniat, dia boleh tinggal di kamar itu secara gratis. Dari halte, Shezan hanya perlu sekali naik Angkot menuju tempat kursus menjahit.

Mobil yang mereka tumpangi memasuki pintu gerbang perumahan elit. Jagdish membuka kaca mobilnya, kedua penjaga gerbang menunduk hormat kepada Jagdish dan mempersilahkan mobil mereka masuk.

Shezan melihat pemandangan rumah-rumah mewah tersurun rapi dari balik jendela mobil. Sedikit bingung, tetapi Shezan mencoba tetap berpikir positif. Mungkin ini jalan pintas menuju kos-kosan, ada pintu keluar bagian belakang.

Mobil hitam yang dikemudikan Jagdish berhenti di halaman depan salah satu rumah di kawasan itu.

"Kita sudah sampai mbak." Ujar Jagdish membuyarkan lamunan Shezan.

Shezan tidak lekas mengikuti Jagdish turun dari mobil. Ia mengamati di mana kini mobil berhenti. Sebuah rumah mewah minimalis berlantai dua. Shezan berpikir mungkin ini rumah pamannya Jagdish. Mereka hanya singgah sebentar. Shezan pun turun dari mobil.

"Ayo mbak masuk!" ajak Jagdish begitu dilihatnya shezan sudah keluar dari mobil.

Jagdish membuka pintu rumah tersebut, seakan-akan itu rumahnya. Shezan menganggap itu adalah hal yang mencurigakan. Tunggu sebentar, Apa saat ini dirinya sedang didalam proses penculikan? Shezan menelan salivanya bergidik ngeri.

Jangan-jangan aura yang Ia rasakan adalah aura mafia human trafficking. Dirinya telah masuk dalam perangkap dengan mudahnya. Shezan begerak mundur, Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Sangat sepi. Ke arah mana dia akan kabur?

"Mbak?" panggil Jagdish kembali.

Jagdish melihat ke arah Sezhan, gadis di depannya tengah mengamati lingkungan di sekitarnya.

"Ada cctv di beberapa tiang di sepanjang jalan ini." Jagdish berjalan mendekati Shezan. Menunjukkan beberapa titik cctv di pasang.

"ng.." Shezan berusaha mencerna maksud perkataan Jagdish.

"Mbak bisa share lokasi ke temannya, dan menyuruhnya menghubungi polisi jika dalam waktu sepuluh menit mbak tidak menghubungi temannya." Ujar Jagdish kemudian. Ia memahami gadis di depannya sedang mencurigainya sebagai penjahat.

"Oh..." Shezan menyadari orang asing didepannya juga menyadari dirinya tengah dicurigai sebagai mafia human trafficking.

Dengan cepat Ia mengambil smartphone nya, dan melakukan apa yang diusulkan Jagdish.

Setelah mengetik pesan What**pp kepada Nina, Shezan mengikuti Jagdish masuk ke dalam rumah di hadapan mereka.

Shezan membuka pintu rumah tersebut selebar-lebarnya, dan mengganjalnya dengan sesuatu, membuat pintunya sedikit tergores. Jagdish hanya tertawa kecil melihat apa yang tengah dilakukan Shezan. Ia membiarkan saja kejadian itu, toh ini bukan rumahnya.

"Kamarnya ada di sudut sana," terang Jagdish menunjukkan arah kamar yang dimaksud, setelah Shezan berjalan masuk mendekat ke arahnya.

"Tunggu sebentar Pak,"

"Ya?"

"Jadi ini kos-kosan?" tanya Shezan mengagumi kos-kosan yang terlihat elit.

"Bukan, Ini rumah paman saya."

"Tunggu Se....." Shezan berhenti berbicara mendengar suara pintu ditutup di lantai atas.

Shezan dan Jagdish serentak melihat ke arah sumber suara. Terlihat Farras muncul di atas tangga dan berjalan turun ke bawah. Sontak Shezan kaget dan langsung memalingkan muka dan menutup matanya dengan kedua tangannya.

Sementara Farras yang menjadi pusat perhatian terlihat acuh berjalan santai menuju ke arah dapur yang terbuka. Ia menghidupkan coffee maker.

Jagdish yang biasanya memaklumi dan membiarkan boss-nya berbuat sesuka hatinya, kali ini Ia tidak bisa melakukannya. Jagdish tidak enak hati dengan Shezan. Mereka harus menghormati tamu.

"ehmm.. Anda harus memakai pakaian Anda!" teriak Jagdish.

Mendengar teriakan Jagdish, Farras membalikan badannya menghadap ke sumber suara. Ia menaikan sebelah alisnya tidak senang, seseorang mengganggu nya membuat kopi. Artinya orang tersebut ingin mati, dan Ia harus mengabulkannya.

"Tamu kita sudah datang." ucap Jagdish.

Farras memiringkan kepalanya agar dapat melihat sosok yang bersembunyi di belakang Jagdish dengan jelas.

"Oh..." Farras mengangguk mengerti. Ia harus menahan keinginannya.

Farras pun berjalan tenang dan santai dengan handuk yang membalut setengah tubuhnya berjalan naik kembali ke lantai atas, menuju kamarnya.

***

Shezan duduk dengan gugup di salah satu bangku mini bar setelah Ia menghubungi Nina. Ia hanya memegang gelas kopi yang diberikan Jagdish, Ia tak memiliki niat untuk meminumnya. Farras sudah berpakaian rapi duduk di hadapannya.

"Jadi Bapak ini, Pamannya Bapak ini?" tanya Shezan kepada bapak-bapak di hadapannya, memulai pembicaraan. Ia memanggil dengan sebutan Bapak, untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada orang yang lebih tua darinya.

"Bisa dibilang begitu," jawab Jagdish.

Sementara Farras tampak tidak peduli, Jagdish ingin mengaku sebagai keponakannya atau pun cucunya. Ia hanya mengamati gerak gerik Shezan dengan tenang.

"Tunggu sebentar.. artinya saya akan tinggal bersama keluarga Bapak?" Shezan melayangkan pertanyaannya kepada Farras.

"Saya belum berkeluarga." Akhirnya Farras buka suara. Raut wajahnya tidak berubah, tetap tenang mengamati Shezan yang saat ini ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya.

"Sebentar... sepertinya ada kesalahpahaman disini," Shezan hendak berdiri beranjak pergi meninggalkan kedua orang aneh di depannya.

"Mbak tidak jadi mau tinggal di sini?" tanya Jagdish, Ia mencoba mencegah Shezan.

"Tidak!"

"Harusnya semalam tanya betul-betul tentang kamar kosongnya, kalau begini kan rugi ongkos pulang. Mana jauh lagi jalan ke depan," Gerutu Shezan pelan sembari berjalanan meninggalkan Farras dan Jagdish.

"Apakah Anda bisa memasak?" tanya Farras menghentikan langkah Shezan.

Shezan berpikir sejenak, kenapa dia bertanya? apa mau kasih pekerjaan?

Jagdish memandang Farras dengan tanda tanya.

"Ini sudah waktunya sarapan," Farras menjawab pandangan Jagdish.

***

Shezan menunjukkan kebolehannya memasak di dapurnya Farras. Ia merubah bahan bahan yang ada di dalam kulkas menjadi tiga macam masakan. Berbekal pengalaman kerjanya, Ia bisa memasak tiga menu masakan dalam waktu bersamaan.

Kedua pria aneh yang dihadapi Shezan memandang takjup masakan yang terhidang dihadapan mereka. Ia berharap lulus dan diterima kerja. Mau balik kerja di kedai makan pun terserah, yang penting perut terisi. Pikir Shezan.

"Ok." komentar Farras tenang setelah mencicipi masakan Shezan. "Anda saya terima kerja di sini,"

Mendengar kata diterima kerja membuat hati Shezan senang. Namun, Kata disini sedikit mencurigakan.

"Di rumah ini?"

"Iya."

"Mbak tinggal di rumah ini, kamarnya di pojok sana," Jagdish menambahkan. Ia mengulang menunjukkan posisi kamar tersebut, masih tetap kamar yang sama.

Shezan menggaruk kepalanya, Mengapa Aku harus tinggal disini coba? , kedua pria tampan ini membuatnya frustasi. Kedua pria aneh di hadapannya sama sekali tidak mengerti alasan mengapa Ia menolak tinggal di rumah ini.

"Begini Pak, Saya tidak bisa berada di rumah ini. Dua orang yang tidak memiliki ikatan darah, atau pun pernikahan tidak boleh tinggal bersama dalam satu rumah." Shezan memberi ceramah singkat.

"Oh..." Kedua pria aneh itu akhirnya memahami sesuatu.

"Apa Anda ingin saya menikahi Anda?" tanya Farras, memahami penjelasan Shezan.

"Hah?!"

Seketika tekanan darah Shezan meningkat mendengar kesimpulan Farras, menyebabkannya mengalami stroke ringan. Pipi bagian atasnya sedikit berkedut sebentar.

(stroke: fungsi otak dan saraf yang menurun akibat berkurangnya aliran darah ke otak)

Terpopuler

Comments

mustaniroh emust

mustaniroh emust

kayaknya crtnya menarik nich...

2022-02-19

1

Mak Aul

Mak Aul

pipi ku pun suka macam tu lah thor, masa iya aku kena stroke ringan😫

2022-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!