Kesepakatan

Di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, cukup untuk meletakan meja oval dengan 20 kursi. Hanya empat orang yang menduduki kursi-kursi tersebut. Salah satunya adalah Farras yang duduk di ujung sebelah kanan. Di ujung yang berhadapan dengan Farras, duduk dua pemuda yang berusia sekitar 20 tahunan. Sementara Jagdish duduk di ditengah-tengah.

Mereka semua sedang memperhatikan seorang pria muda mempresentasikan prototype aplikasi yang sedang Ia kembangkan bersama timnya.

"Saya yakin aplikasi ini dapat diterima oleh masyarakat," Pria itu menutup presentasinya.

"hmm.." Farras dengan tenang berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut.

Pemandangan itu membuat ketiga pemuda terbengong. Apakah yang terjadi? apakah calon investor ini tidak tertarik dengan aplikasi yang mereka kembangkan?. Ada raut kekhawatiran di wajah mereka.

Jagdish tersenyum tipis. Baginya itu adalah hal yang biasa, boss nya memang tidak suka berbicara banyak.

"Kami akan memberi keputusan besok," Ujar Jagdish ramah kepada ketiga pemuda tersebut.

Jagdish menyusul Farras, meninggalkan ketiga pemuda itu di dalam ruangan.

"Apa benar dia gay? " salah seorang membuka suara sembari membereskan berkas mereka yang berserak di atas meja.

Meski tanpa menyebutkan nama, kedua temannya tahu siapa pria yang dimaksudkan. Mereka saling melirik melihat wujud masing-masing. Dan serentak saling mentertawakan diri sendiri. Tanpa berkomentar lebih lanjut, mereka paham betul. Mereka bertiga juga jomblo kronis tetapi tidak ada yang mengosipkan mereka adalah gay. Kini mereka menyadari ada perbedaan yang jauh diantara mereka dengan Farras. Jika Farras yang memiliki tinggi badan 185cm mendapat point 8 untuk ukuran ketampanan, maka mereka bertiga mendapat point 2.

***

"Sayang sekali, Shezan tidak bergabung dengan Myrtle," Jagdish memberi informasi kepada Farras. Ia berinisiatif mencari tahu hasil seleksi karyawan kemarin tanpa diberi perintah.

"hmmm." Informasi yang diberikan Jagdish membuatnya bergeming, Ia masih dengan sikap tenangnya duduk di kursi kebesarannya memainkan prototype aplikasi yang dipresentasikan pemuda tadi.

tring..

Sebuah pesan masuk ke ponsel yang tengah dipegang Jagdish. Pesan dari sekertaris pribadi Farras.

Setelah membaca pesan tersebut, tanpa permisi, Jagdish pergi keluar ruangan Farras.

Tidak sampai lima menit. Jagdish sudah kembali. Ia membawa beberapa dokumen. Dan meletakan dokumen itu di atas meja Farras.

"Saya ingin berhenti menjadi perantara sekertaris dan Anda!" Seru Jagdish.

Jagdish duduk bersandar dikursi. Sengaja Ia menunjukkan sikap protesnya. Agar Boss-nya bisa lebih manusiawi dengan lingkungannya. Ia sudah mengenal lama pria psikopat di hadapannya. Pria itu masih sama seperti dulu, tidak sedikitpun menunjukkan perubahan.

"Beritahu dia untuk membuat surat perjanjian!" perintah Farras, mengabaikan pertanyaan Jagdish. Ia sudah memutuskan untuk berinvestasi pada perusahaan yang tengah dirintis ketiga pemuda tadi.

"Baiklah.." Ujar Jagdish.

Ia lalu mengirimkan pesan kepada sekertaris pribadi Farras. Ia lagi malas untuk bergerak menjadi juru bicara Farras saat ini.

Jagdish

Masuk ke ruangan now.

Sekertaris

Baik Pak.

Jagdish menaikan merapatkan kedua alisnya membaca pesan pernyataan setuju. Sekertaris sebelum-sebelumnya memilih untuk mengundurkan diri daripada harus bertemu dengan Farras. Bagi mereka bertemu dengan Farras sama saja dengan menggali kuburan sendiri.

tok.. tok... tok...

Setelah ketukan ketiga, seorang pria membuka pintu dan masuk dengan penuh kehati-hatian. Diyakini dia adalah sekertaris pribadi Farras .

Farras melihat ke arah sekertarisnya dengan ekspresi dingin. Dan kemudian raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.

Sekertaris itu mencoba berpikir apa kesalahannya. dilihatnya Farras sedang memegang dokumen yang dia titipkan kepada Jagdish. Apakah ada susunan laporannya yang salah?

"Anda dipecat." Farris bersuara.

Baik si sekertaris maupun Jagdish. Keduanya sama-sama terkejut.

Jagdish menepuk jidat nya, "Seharusnya saya tidak menyuruh nya datang kemari." guman Jagdish menyesali perbuatannya.

Jagdish mengikuti apa yang dilihat Farras. Terlihat ID card yang terpasang di baju sekertaris nya agak miring sedikit. Ia menghela nafas.

"Maafkan saya, saya akan memberikan pesangon yang pantas untuk Anda." Ujar Jagdish kemudian penuh penyesalan kepada sekertaris tersebut, dan membiarkannya meninggalkan ruangan.

Sekertaris itu pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia takut hal itu akan menambah kesalahannya. Sedangkan diam saja, dia sudah mendapat kesalahan.

Farras tetap dengan sikap tenangnya membaca dokumen di mejanya. Siapapun yang melihatnya pasti akan murka dan mengutuknya.

"Jika begini terus, tidak heran semakin banyak orang yang mengutuk Anda." Sesal Jagdish.

"hmmm." Farras tampak tak peduli.

***

Jika bukan karena tergiur dengan gaji yang besar, Jagdish tidak akan mau berkerja dengan Farras. Ia tidak memiliki jam kerja yang jelas. Harusnya Ia menikmati malam berdua dengan kekasihnya nomor dua diakhir minggu seperti ini. Namun, kini Ia harus tetap bekerja.

Farras tidak tahu, apa yang harus Ia pesan saat melihat menu yang diberikan Nina. Kebingungan Farras dapat dengan mudah terbaca oleh Jagdish.

"Ifumie dua, Jus jeruk dua." Jagdish berinisiatif memesan makanan untuk dirinya dan Farras.

"hmm." Farras bernafas lega berhenti membaca menu. Dan kembali melihat ke arah Shezan yang tengah asyik memainkan spatulanya.

Nina mengulang kembali pesanan Jagdish sebelum meninggalkan mereka berdua.

"Seperti apa wajahnya?" tanya Jagdish memastikan apakah yang dilihat Farras persis sama dengan yang Ia lihat.

Hanya Jagdish, yang mengetahui tentang kutukan yang dialami Farras. Meskipun Jagdish adalah double agent. Ia tidak memberitahu hal ini kepada Ibu Farras. Karena tugasnya hanyalah mengatur kencan buta Farras, dan menyampaikan perkembangannya.

"Normal," Farras menggambar wajah Shezan dengan satu kata. Saat melihat Shezan, Ia sangat terkejut. Shezan terlihat tidak seperti wanita yang biasa dilihatnya.

***

Sudah 3 malam berturut-turut Farras dan Jagdish mengunjungi Kedai di mana Shezan berkerja. Mereka tidak melihat sesuatu yang mencurigakan dengan Shezan. Jagdish memohon kepada Farras untuk memberinya cuti di hari ini. Sudah tiga hari tiga malam Ia tidak bertemu dengan kekasihnya no 2. Dan pemantauan mereka juga tidak mengalami perkembangan.

Namun sebaliknya, Shezan dan Nina melihat sesuatu yang mencurigakan dengan dua pelanggan mereka yang selalu datang selama tiga malam berturut-turut. Kedua pelanggan itu selalu datang tepat pada pukul yang sama dan memesan menu yang selalu sama. Dan setiap kedatangan mereka warung Bu Sri akan sepi pengunjung.

"Apa menurut mu, mereka akan datang lagi nanti malam?" tanya Nina.

"Entahlah.. "

"Apa mungkin mereka sedang menyelidiki resep ifumie Bu Sri?".

" hmm bisa jadi. " Shezan berpikir ini hal yang sangat serius.

Sementara itu, di suatu ruangan tertutup. Bu Sri yang mereka khawatirkan resepnya akan dicuri tampak sedang menandatangani sebuah kesepakatan yang dibuatnya bersama Jagdish. Pelanggan yang mereka curigai.

***

Saat malam tiba, waktu menunjukkan pukul 08:15 malam. Nina dan Shezan kompak melihat ke arah pintu masuk Kedai mereka.

Mereka tidak melihat kedatangan pelanggan yang mencurigakan itu. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 10:00 malam, dengan berat hati mereka menutup Kedai. Sesekali Nina mengedarkan pandangannya ke sekitar Kedai. Ia masih berharap kedua pelanggan itu datang. Meskipun mereka mencurigai kedua pelanggan tersebut, tidak dipungkiri melihat pelanggan tampan dapat mengurangi sedikit lelah mereka

***

Terpopuler

Comments

Camut gemoy

Camut gemoy

Shezan sepertinya nama itu tak asing bagiku☺

2022-04-27

1

less22

less22

lanjut

2022-03-05

1

Mak Aul

Mak Aul

lanjut

2022-02-13

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!