Ada yang menarik perhatian Arun hingga mengabaikan omongan koleganya yang saat ini duduk tepat di depannya. Gadis yang tertawa gembira itu menarik perhatiannya. Entah apa yang baru saja di sampaikan oleh pria yang ada disampingnya, Arun hanya fokus pada tawa Alana.
Arun terpesona. Itu adalah kenyataan yang tidak bisa di pungkiri. Dia tidak pernah melihat Alana segembira itu. Biasanya wajah gadis itu selalu tertekan dan bermuram durja.
"Jadi begitu pak Arun" ucap pria gendut yang sejak tadi ngoceh tapi tidak didengarkan oleh Arun.
"Pak.." ulang si bapak gendut meminta perhatian Arun yang terus menatap lurus ke depan, kemeja dimana Alana dan pria yang di tebaknya adalah pacar Alana yang waktu itu dikatakan Lily.
"Oh, iya pak. Bapak kirim aja proposal nya lewat email nanti saya pelajari. Saya permisi dulu pak" ucap nya bangkit dari duduknya menuju tempat Alana berada. Entah mengapa belakang ini dunia Arun jungkir balik setiap hal berhubungan dengan Alana.
Langkah nya mantap menuju ke arah sepasang anak manusia yang tengah menikmati makanan mereka. Dengan tampang arogannya Arun berdiri tepat didepan meja mereka. Keduanya bersamaan menoleh ke arah Arun.
"Ba-ng.." cicit Alana terkejut. Raut wajah Arun tampak tegang, seolah sedang marah padanya. Tapi memang nya dia salah apa? oh iya, ini sudah jam 4 sore, sudah lewat jam pulang sekolah, tapi masa iya dia marah karena itu? selama ini juga Arun tidak perduli padanya.
"Siapa Al?" tanya Gara yang menatap wajah pucat dan ketakutan Alana, lalu mengarahkan pandangannya pada Arun.
"Ga, kenalkan ini bang Arun. Abang ipar ku" jawab nya lemah.
Gue juga suami lo
Tatapan Arun mengunci wajah Alana, dia tidak ini sedikit pun melihat kearah Gara. Dasar pria sombong!
"Oh, sore bang" Gara dengan sopan berdiri dan mengulurkan tangannya pada Arun untuk berjabat tangan, tapi reaksi Arun yang sama sekali tidak menggubris Gara mendapat pelototan sekilas dari Alana.
"Pulang" hardiknya masih menatap Alana. Wajah Alana yang tertunduk takut membuat Gara tidak suka. Siapa pun tidak boleh memperlakukan Alana sekasar itu apa lagi di hadapannya.
"Maaf bang, saya yang salah ngajak Alana jalan. Tolong jangan marah padanya" Gara berdiri tepat di belakang Alana. Menantang tatapan Arun agar teralih padanya.
"Kau siapa?"
"Aku Gara bang. Teman satu sekolah sekaligus pacar Alana" suara Gara tegas, tidak gentar sedikitpun. Apa yang salah dengan hubungan mereka hingga membuat Gara harus takut pada abang ipar Alana.
"Tugas dia itu sekolah. Bukan pacaran. Kau kira aku biayai sekolah sama kebutuhannya biar dia enak-enakan pacaran?" salak Arun.
Kepala Alana semakin menunduk, Gara lihat itu. Dia tahu kekasihnya itu pasti sedang menyembunyikan wajah sedihnya. Gara ingin sekali memberikan satu pukulan di wajah Arun, biar tidak sia-sia dia belajar karate. Gara akan menghabisi siapa saja yang membuat Alana bersedih.
"Maaf kalau begitu bang. Lain kali aku akan izin dulu sama abang atau pun kak Lily untuk bawa Alana keluar"
"Tidak ada kata lain kali. Mulai sekarang kau jangan dekati dia, sampai di lulus sekolah"
Gara ingin membantah, tapi saat melihat kepala Alana terangkat dan kini menatapnya, menggeleng lemah meminta Gara untuk tidak memperpanjang lagi, Gara menurut.
Justru yang semakin kesal itu Arun. Dia menyaksikan Gara yang garang kini menurut hanya dengan gelengan Alana. Betapa gadis itu sudah bisa menguasai hati Gara dan keduanya saling mengerti. Arun tidak terima. Dia tidak suka kalau Alana begitu menyayangi Gara.
Mungkin dia sudah tidak waras. Malam itu mengubah perasaan dan sikap nya pada Alana. Dulu untuk memandang Alana saja dia tidak sudi, kini dimana dan apa yang Alana lakukan dia ingin tahu. Di rumah kadang kala dia mondar-mandir di depan kamar Alana, berharap bisa melihat wajah gadis itu sebentar saja.
Perilakunya yang tampak labil membuat nya merasa kesal pada dirinya sendiri. Ingin ditepis, nyatanya dia memang menginginkan gadis itu lagi.
"Kau masih tidak mau pulang?"
Alana berdiri sebelum Gara menjawab.
"Ga aku pulang dulu"
"Aku akan mengantarmu, Al" sambar Gara mengambil tas ranselnya di kaki meja.
"Ga perlu. Dia pulang denganku"
Arun sudah berjalan kesamping, memberi ruang untuk Alana bisa jalan lebih dulu. Gara hanya bisa menatap punggung Alana yang menjauh. Hanya hembusan nafas berat yang bisa dia lakukan melepas kepergian Alana.
Suasana mobil tampak menyeramkan. Alana tadinya ingin duduk di belakang, namun hardikan Arun membuat nya menutup kembali pintu belakang.
"Kau kira aku supir? didepan"
Kini perasaan tidak nyaman bergelayut manja di hati Alana. Dia membuang muka ke arah jalan, melihat banyak orang lalu lalang dengan berbagai kegiatan mereka. Seolah diburu waktu untuk melakukan sesuatu yang berarti dalam hidup mereka sebelum habis masanya.
Pria sombong itu pun tidak mau buka suara. Fokus menatap ke depan. Sialnya jalanan macet hingga keduanya akan lebih lama terperangkap di dalam mobil.
Mencari aman, Alana memilih untuk pura-pura tidur. Bukan untuk menghindari sesi tanya jawab, tapi Alana terlanjur membenci pria itu. Kadar ketidaksukaannya pada Arun meningkat seiring perlakukan pria itu hari ini. Kalau dipikir-pikir, untuk apa coba pria itu harus bersikap sok peduli pada Alana? dulu melihat Alana saja tidak sudi.
"Aku tahu kau tidak tidur. Jadi dengarkan ucapan ku" suara Arun tiba-tiba menggelegar di telinganya, tapi Alana tetap menahan matanya untuk tidak terbuka.
"Mulai sekarang kau tidak boleh lagi pergi dengan pria itu"
Kuku Alana menancap di telapak tangannya. Mengepal genggamannya sekuat tenaga, menggeram dalam hatinya. Ingin rasanya dia meludahi pria disampingnya itu.
"Kau dengar aku? tidak bisakah kau menjawab?" hardik nya geram. Alana si kepala batu malah tidak perduli. Memasang tampang bodo amat seperti tidak dengar apa pun. Kesabaran Arun terkikis, dengan kesal banting stir meminggirkan mobil di tepi jalan. Alana yang tersentak, membuka matanya. Melihat sekitar, mereka masih belum sampai dan saat ini ada di pinggir jalan yang banyak kang jualan jajanan.
"Nah kan, kau memang ga tidur. Kenapa ga jawab omonganku?" hardiknya tajam.
"Omongan yang mana bang?" suara datar Alana menandakan rasa muak nya atas sikap Arun.
"Kalau kau ga boleh lagi jalan sama pria brengsek itu"
"Gara? dia bukan pria brengsek. Dia laki-laki yang baik, yang memperlakukan aku sangat sopan" tanpa sadar Alana menjawab dengan intonasi tinggi. Kalau ada yang melihat pertengkaran mereka, pasti menyangka kalau keduanya adalah sepasang kekasih yang bertengkar karena salah paham.
"Terserah siapa namanya. Pokok nya kau ga boleh jalan dengan nya lagi"
"Alasannya?" tantang Alana. Rasa takutnya pada Arun hilang, dia akan bela mati-matian siapa pun yang menghina Gara.
"Karena kau saat ini adalah istriku!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
❥⃟𝄞EL✪⃢⃟𒍜
istri..!!!!
hemmm bng arun udh mngakui alana istri ny...kyk ny ad rasa² bucin nih..
next up
2021-12-11
6
abhipraya
up lgi kk..d tungguin please
2021-12-11
2
abhipraya
up lgi kk..d tungguin
2021-12-11
1