Bukan tanpa alasan bagi Alana untuk tidak menyukai hari Minggu. Hari dimana dia akan seharian terkurung di rumah, tepat nya di dalam kamar. Memilih untuk menyendiri sementara kakak dan abang iparnya akan terdengar bersenda-gurau.
Setidaknya kalau Senin hingga Sabtu dia akan berada di sekolah setengah hari, bertemu dengan para sahabatnya, yang mampu membuatnya lupa akan setiap masalah. Pulang pada sore hari, masuk kamar dan tidak perlu bertemu dengan siapa pun di rumah itu.
Hubungan Alana dengan Lily pun kini mulai merenggang. Ada tembok pemisah di antara mereka sekarang, yaitu kecewa yang ada di hati Alana atas sikap Lily yang hanya perduli akan kebahagiaannya dan menumbalkan dirinya.
Sudah jam sebelas siang dan Alana mati gaya berguling-guling di kamarnya. Satu pesan masuk yang di membuatnya bersemangat. Dari Gara, mengajaknya untuk ke planetarium. Semangat Alana kembali, secepat kilat dia ke kamar mandi dan bersiap.
Sepasang suami istri itu tampak menikmati suguhan di televisi saat Alana turun.
Ehem..
Serentak keduanya menoleh. Lily melepaskan diri dari pelukan Arun dan menatap Alana dengan lembut.
"Kau mau pergi Al? kok udah rapi aja?"
"Iya kak. Teman ngajak ke planetarium" jawab nya singkat. Sedikitpun ogah menoleh ke arah pria yang di samping Lily.
"Siapa?"
"Hah?"
"Yang ngajak?"
"Oh..Gara" Arun melirik lewat sudut matanya. Wajah nya tampak berubah tidak senang.
"Ok deh, pulang nya jangan malam-malam ya" ucap Lily yang diangguk Alana.
"Nanti kakak transfer buat uang saku mu"
"Ga usah kak. Masih ada. Aku pergi dulu kak" Alana menunduk untuk mencium pipi Lily. Syaraf penciuman Arun terbuai oleh wangi yang menyeruak dari tubuh Alana. Wangi yang membawanya kembali ke malam itu. Jantung Arun berdegub kencang, bayangan tubuh Alana yang polos pasrah di bawahnya kembali mengusik pikirannya.
Anj*ng, cabul banget sih gue! Arun mencoba menghalau pikiran kotornya dengan mengganti saluran televisi secara random.
"Salim dulu sama Arun, Al" perintah Lily yang tidak mungkin dibantah Alana.
"Bang, aku pergi" Alana meminta tangan Arun. Kegugupan Arun tampak saat menyodorkan tangannya, beruntung Lily tidak melihatnya.
"Siapa Gara?" tanya Arun penasaran, tapi sebisa mungkin dia membuat sikap nya santai.
"Oh, teman sekolah Alana. Pacarnya.." ucap Lily sembari tersenyum. Kalimat yang tanpa makna bagi Lily itu nyatanya mengganggu Arun.
Gue emang udah gila. Bangsat. Kenapa gue jadi panas? kenapa ga suka dia jalan sama cowok lain? dia bukan siapa-siapa, hanya benalu dalam rumah tangga gue!!
"Kenapa sih kau izin kan dia pergi dengan cowok?" Arun tidak bisa diam lagi. Dia harus mengatakan rasa tidak suka nya dengan cara lain agar Lily tidak curiga.
"Memang kenapa, hun? kok marah?" Lily mengubah duduk nya lebih menyerong kearah Arun agar bisa melihat wajah pria itu.
"Aku ga marah. Tapi kau ingat ga, kau saat ini dia kita minta untuk membantu kita punya anak. Kalau sampai dia ngapa-ngapain sama pacar nya, terus hamil anak pria lain, kau mau ambil resiko?"
"Astaga hun, pikiran mu kok bisa sejahat itu menilai Alana? dia udah pacaran sama Gara sejak kelas dua, kau sendiri tahu betul kau yang pertama untuk nya!" umpat Lily kesal.
Wajah Arun merah padam. Dia kalah telak. Benar kata Lily, Alana bisa menjaga mahkota nya di saat anak jaman sekarang ini sudah tidak perduli akan keperaw*nannya.
***
Bingung harus kemana, Alana memilih untuk pulang saja. Padahal saat pengumuman dari ruang tata usaha yang mengabarkan seluruh siswa pulang cepat karena para guru akan rapat, Alana sudah ingin mengajak Gara jalan. Gramedia menjadi pilihan Alana, tapi harapannya pupus, setibanya di gerbang sekolah, guru olahraga mereka memanggil Gara.
"Sorry ya Al, batal lagi kencan kita. Kamu aku antar pulang dulu yuk"
"Ga usah Ga. Aku pulang sendiri aja. Kamu latihan aja, bantu pak Regar melatih anak-anak. Bulan depan turnamen udah mulai kan" Alana menyakinkan Gara.
"Benar ga papa?" Gara merasa tidak enak. Tapi anggukan dan senyum Alana membuatnya mengalah. Gara menemani Alana menunggu ojek nya, hingga gadis itu pergi, baru lah Gara kembali ke aula.
Ada mobil sedan yang terparkir di depan rumah saat Alana sampai. Mobil yang belum pernah dia lihat. Sayup-sayup dari ruang tamu terdengar suara kakak nya yang sedang berdebat dengan suara yang Alana tebak adalah ibu Arun.
Sesaat Alana ragu, untuk masuk atau menunggu di luar saja. Namun suara tangis Lily membuat nya terdorong untuk masuk. Itu lah kasih, sebenci apa pun Alana saat ini pada Lily, rasa sayang dan cintanya pada wanita itu lebih. besar. Dia ingin. tahu kenapa Lily sampai menangis. Dia tidak akan terima jika ternyata ibu Arun menyakiti kakaknya.
Kehadiran Alana yang tiba-tiba membuat kedua nya terdiam. "Ini bukan nya adik kamu?" tanya Ema setelah sekian detik menatap Alana.
"Iya ma..Ini Alana"
"Ngapain dia di sini?"
Alana maju, mencium punggung tangan Ema dan ikut duduk di samping kakak nya. Dia akan jadi bala bantuan untuk Lily jika Ema berniat menyakiti kakaknya.
"Alana tinggal di sini sekarang ma. Buat temani aku"
"Kalian ini bisa nya nyusahin anak saya saja. Kamu belum bisa memberikan keturunan untuk keluarga ini, sekarang malah bertingkah bawa adik kamu untuk tinggal di sini. Kamu kira anak saya itu bapak asuh, melihara kalian?"
Jelas sekali niat Ema ingin menyakiti hati Lily dari segala aspek. Tujuannya cuma satu, agar Lily tidak betah dan minta cerai dari Arun. Ema menyerangnya secara psikis dan verbal.
Gadis itu bukan tidak tahu sepak terjang Ema yang selama ini selalu menyudutkan Lily karena belum bisa hamil. Jadi secara tidak langsung ibunda Arun ini lah penyebab penderitaan Alana hingga dipaksa menikah dengan Arun. Membuat masa depan Alana hancur. Jadi kalau Alana ikut tidak suka pada Ema, dia sungguh beralasan.
"Mama tidak akan berbelit, mama datang ke sini untuk mengingatkan mu, waktu mu hampir habis. Kalau kamu tidak juga bisa hamil dalam tahun ini, segera minta cerai pada Arun"
"Maaf tante, tapi omongan tante tidak mencerminkan seorang ibu. Tante juga seorang wanita yang sudah menikah, bagaimana perasaan tante jika ada di posisi kak Lily? dia belum bisa punya anak juga bukan keinginannya"
"Kamu anak kecil ga usah ikut campur. Tahu apa kamu hah?" hardik Ema.
"Maaf kan Alana, ma" ucap Lily mulai panik. Takut Alana akan bertindak lebih jauh hingga membuat Ema sakit hati.
"Oh, mama tahu. Kamu minta adik kamu tinggal disini biar ada yang jadi tameng kamu ya?" salak Ema semakin marah.
**Hai.. nunggu novel kesayangan ini up, kuy kepoin novel keren ini, makasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Lisa Aulia
mertua oh mertua...
2023-10-08
0
Nurliana Saragih
Thor, bahasanya bagus kali!!!
Emang gak ada lagi bahasa yang lebih bagus lagi dari " 🐕 "???
😡😡😡
2022-03-19
1
Kunifah Winanto Kunifah
bagus banget ceritanya thor...next 👍
2021-12-21
0