Sofa di ruang tamu menjadi pilihan Alana untuk tidur malam ini. Tubuhnya terasa sakit terlebih bagian inti tubuhnya. Setiap bergerak, rasa perih akan menerjangnya. Alana berusaha untuk memejamkan mata, melupakan rasa sakit tubuhnya dan juga hatinya.
Setengah jam kemudian, Alana jatuh ke dalam mimpi. Dalam tidurnya, dia melihat Gara yang duduk menunggunya di bawah pohon rindang. Alana begitu gembira melihat Gara di sana segera berlari mendekati pria itu.
Namun senyum di bibirnya memudar saat pria itu menatap benci ke arahnya.
"Ga.."
"Aku benci pada mu Al. Kenapa kau lakukan ini padaku? kenapa kau mengkhianati ku?" Alana terisak, memohon maaf pada Gara, namun pria itu tidak mendengar, bahkan menepis tangan Alana. Gara beranjak meninggalkan gadis itu. Terus berjalan meninggalkan nya. Alana ingin mengejar, namun kakinya serasa terpaku, dia tidak bisa bergerak.
"Ga.. tunggu aku Ga.." isak nya terus memanggil Gara.
"Ga..jangan tinggalkan aku Ga..aku mohon..Ga.." tanpa sadar Alana berteriak nyaring. Dia terbangun dari tidurnya. Pukul lima pagi. Dari arah dapur Alana bisa mendengar suara alat masak yang saling berdentang hebat. Bi Minah pasti sedang masak.
Remuk di tubuhnya semakin menjadi-jadi. Sakit sesakit sakitnya dia rasakan. Bi Minah pasti tidak melihat nya tidur di sini. Alana ingin kembali ke kamarnya, tapi takut kalau harus bertemu dengan Arun lagi.
Setelah di pertimbangkan nya, Alana memilih untuk bangkit saja menuju kamar. Toh, dia tidak bisa terus di sini, dia harus mandi dan berangkat sekolah. Kalau hatinya yang di tanya dia ingin bolos aja, tapi ujian sudah dekat, dia tidak mau mengambil resiko tidak lulus.
Perlahan Alan membuka pintu kamarnya, berharap Arun tidak akan bangun hingga dia bisa mengambil buku dan tas nya untuk berangkat ke sekolah. Dia bisa mandi di kamar mandi yang ada di dapur.
Kelegaan muncul di wajahnya, kamar itu kosong. Buru-buru Alana masuk dan mengunci pintu kamarnya.
Arun memang sudah tidak berada di kamar itu. Pukul tiga pagi, pria itu terbangun. Matanya terbuka, menyadari dirinya berbaring bukan di kamarnya.
Berkali-kali Arun mengerjap, mengumpulkan memorinya. Tubuhnya terasa ringan dan sangat bersemangat. Duduk di tepi ranjang, Arun kembali mengingat semua yang terjadi. Dia tidak mabuk, dia ingat semua. Obat itu hanya membutakan akal sehatnya, bukan ingatannya.
Dia ingat apa yang mereka lalui malam ini. Bisakah dia jujur pada dirinya? dia merasa begitu berbeda saat melakukan nya dengan Alana. Dia melayang, penuh kenikmatan. Berbeda saat melakukannya dengan Lily.
Ini bukan ungkapan hati seorang pria brengsek, Arun hanya mencoba jujur. Tubuh Alana begitu pas untuk nya. Dia ingat mencium setiap jengkal tubuh gadis itu. Bahkan memikirkan nya saja dia kembali menginginkan Alana. Kali ini pemikirannya memang membuktikan dia pria brengsek.
Seketika ingatnya kembali pada takdirnya. Lily. Dia ingin kembali ke kamarnya, dimana istrinya berada. Diliriknya kembali ranjang tempat tadi malam dia merenggut kesucian Alana. Noda Darah gadis itu masih terceplak di seprai itu. Perasaan tidak nyaman muncul di hatinya. Rasa bersalah karena sudah merusak masa depan Alana.
Secepat yang Alana bisa, dia mandi dan menyelesaikan berpakaian. Dia hanya pamit pada bi Minah yang tengah sibuk di dapur. "Loh non, cepat banget berangkat nya, ga sarapan dulu?"
"Ga bi. Makasih. Aku piket, jadi harus berangkat cepat ke sekolah" ucap nya berbohong. Apa lagi alasannya kalau bukan ingin menghindari Arun.
***
"Kenapa jalan lo aneh?" tanya Dita saat keduanya di minta guru bahasa Indonesia untuk membawa LKS ke ruang guru.
"Aneh? aneh gimana?" ucap Alana merapatkan pahanya. Rasa perih di bagian intinya masih belum hilang, akan berdenyut setiap kali dia berjalan, hingga memilih sedikit merenggangkan pahanya saat berjalan yang membuat aneh bagi orang yang melihat.
"Lo kayak ngangkang gitu jalan nya" ucap Dita melihat ke arah Alana, memastikan dia tidak salah lihat.
"Ga kok. Perasaan lo aja" ucap nya sembari tertawa garing.
Alana lupa menyembunyikan aib nya. Menahan rasa sakit, Alana berjalan seperti biasa.
"Hai gadis ku" sapa Gara duduk di dekat Alana. Pria itu bersama kedua teman nya baru saja mengikuti rapat dan latihan untuk turnamen bulan depan.
"Hai.." sahut Alana sedikit kikuk. Hanya dengan di tatap Gara membuat Alana tidak nyaman. Dia merasa seolah Gara tahu apa yang sudah terjadi pada nya. Dia merasa kotor dan jahat karena sudah membohongi pria itu.
"Kok manyun gitu?"
"Hah? ga kok. Kamu mau makan apa? biar aku pesan kan?"
"Mau makan kamu boleh ga?" bisik nya menempelkan tubuhnya di dekat Alana .
"Jiwa jomblo ku meronta-ronta" goda Wisnu yang disambut gelak tawa Dita dan Fajar.
"Maaf ya, waktu ku jadi sedikit untuk mu"
"Ga papa. Kamu kan sibuk latihan dan rapat. Aku malah yang ga enak hati pada mu. Jarang banget menemani pas latihan" ucap Alana menyambut tangan Gara yang terbuka di paha nya. Dengan penuh kasih Gara menggengam tangan Alana.
Perasaan Alana begitu damai di setiap bersama Gara. Hanya pria ini yang bisa mengerti dirinya. Tapi kalau nanti Gara tahu keadaan Alana yang sesungguhnya, akan kah pria itu bisa menerima dirinya?
Nanti saja itu di pikirkan. Untuk sekarang, Alana ingin menikmati cinta dan kenyamanan yang di tawarkan Gara. Katakan lah dia wanita jahat, tapi bolehkan dia sedikit egois dalam hidupnya kali ini?
"Nanti pulang sekolah, kita nonton dulu ya?" Alana cepat mengangguk. Ini baik baginya, jauh dari rumah, dia tidak ingin memiliki banyak waktu untuk di interogasi Lily mengenai kejadian tadi malam bersama Arun. Lagi pula, dia butuh waktu untuk menyenangkan pikirannya.
Mall yang di pilih mereka adalah mall besar yang banyak di minati anak muda untuk nongkrong bareng teman-teman. Walau bukan weekend, nyatanya banyak pelajar yang berkeliaran di sana. Mengantri tiket untuk nonton sore itu, salah satu nya Gara yang mengantri di urutan ke empat dari depan.
'Kak, aku pulang terlambat. Gara mengajak ku nonton di bioskop'
Hanya sebaris kalimat itu yang Alana kirim pada Lily, memberitahukan pada wanita itu untuk tidak usah mengkhawatirkan dirinya.
Tiket sudah di tangan, dan Gara menggandeng Alana masuk ke studio dua. Selalu begitu, Gara akan sangat melindungi Alana, menggengam tangan gadis itu melangkah perlahan sebagai tumpuan di kegelapan.
"Kamu lapar? nih" Gara menyodorkan sebatang coklat, membuka bungkusnya agar siap untuk di kunyah Alana.
"Belum juga film nya mulai, udah mengunyah" cengir Alana, namun tetap menerima coklat itu masuk dalam mulutnya. Kebahagiaan Alana memang di tangan Gara saat ini. Sandaran dan penguat hati Alana.
**Hai semua, kali ini aku mau promoin Novel teman aku bergenre fantasi yang pastinya keren. kuy kepoin. Makasih🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
🇮🇩Imelda🇰🇷
lanjut Thor, makin penasaran
2022-08-29
0
Kelabu Biru
Uda mulai ketagihan nih Arun nya
2022-02-12
1
Neng Ati
bolbal ngintip siapa tau dah up,ga sabar nunggu part selanjutnya siapa tau double up lg,ngarep😁
2021-12-09
2