Di tengah jalan, Alana tersadar bahwa Gara akan berbelok ke arah rumah Adhinata, dia lupa memberitahu kalau dia sudah tidak lagi tinggal di sana. Namun kenyataan itu justru membuat tubuh Alana kaku.
"Ga, ngantarnya ga usah ke rumah ibu lagi" ucap nya pelan. Dia yakin akan timbul pertanyaan dari Saga sebentar lagi. Dan tepat!
"Loh, kok? jadi kamu tinggal dimana sekarang?"
"Arifin Ahmad" sahut Alana pendek
"Di rumah siapa?"
"Kak Lily"
"Loh, kenapa tiba-tiba pindah ke sana?" kepala Alana semakin sakit karena di cerca berbagai pertanyaan dari Gara.
"Kapan-kapan aku ceritakan ya. Sekarang aku lagi ga ena badan. Malas buat cerita. Ga papa kan Ga?"
"Oh..iya ga papa"
"Ga marah?" Alana sangat takut kalau sampai Gara marah. Siapa lagi sandaran nya di dunia fana ini. Yang tulus mencintainya dengan segala kekurangan nya?
Kalau biasa Gara mengantar Alana sampai gang jalan rumah nya, kali ini Gara bersikeras untuk mengantar Alana hingga ke depan pagar. "Makasih Ga. Kamu mampir dulu?"
"Lain kali aja. Kalau aku mampir kamu ga bisa istirahat. Salam sama kak Lily ya" ucap nya mengusap puncak kepala Alana. Sentuhan yang selalu buat Alana merasa nyaman dan seolah selalu dilindungi.
"Udah pulang non?" bi Minah yang sejak tadi ada di halaman menyapa Alana.
"Iya bi" sahut nya tersenyum ramah
"Cowoknya ya non? cakep banget"
"Ih..bibi, genit deh" kedua nya tertawa bersama. Satu hal yang membuat hati Alana sedikit terobati, di rumah ini ada bi Minah yang selalu perhatikan dan baik padanya. Sama hal nya dengan bi Jum di rumah ayahnya, juga sayang pada Alana.
"Wajah non kok pucat, kenapa?"
"Lagi ga enak badan bi. Perut aku keram" sahut nya lemas.
"Lagi datang bulan ya non"
"Iya bi. Aku masuk dulu ya bi"
"Bibi siap kan makanan ya?"
"Ga usah bi. Makasih" lagi-lagi Alana hanya tersenyum.
Dia harus buru-buru masuk kamar, mengunci diri, sebentar lagi abang ipar nya pulang. Dia tidak mau bertemu Arun. Alana juga tidak melihat Lily saat melintasi ruangan, tidak juga ingin cari tahu, dia hanya butuh istirahat saat ini.
Lagi-lagi makan malam kali ini tanpa Alana. Arun seperti biasa bersikap cuek, berbeda dengan Lily yang merasa khawatir melihat sikap kedua orang yang di sayangi nya itu.
"Hun, mau sampai kapan kau cuek pada Alana?dosa loh, gimanapun juga, dia itu istri mu"
Kalimat Lily menghentikan Arun untuk menghabiskan makanannya yang terakhir. Kenapa Lily harus mengungkit masalah pernikahan gila itu, yang membuat selera makan Arun hilang seketika.
"Kau yang mau aku menikah dengan nya, sudah kulakukan. Jangan paksa aku untuk bisa bersikap baik padanya walau hanya setahun seperti yang kau minta" Arun menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap tajam wajah Lily.
"Kalau kau tidak bisa bersikap baik, bagaimana kalian bisa..bisa memulai..." ujung bibir Arun naik ke atas selaras dengan kening nya yang berkerut. Dia menunggu apa yang ingin di sampaikan Lily.
"Bagaimana pun pernikahan ini sudah terjadi hun. Kau tidak bisa menolak. Jika ingin pernikahan ini cepat berakhir, maka lakukan secepat mungkin. Alana saat ini lagi halangan, setelah masa bersih nya datang, kau harus tidur dengan nya"
Arun baru akan membuka mulut untuk membantah, tapi raut wajah memohon Lily membuat nya tidak tega.
***
Lily menghitung sejak hari pertama Alana halangan, seminggu sudah. Jadi hari ini tepatnya, Alana sudah siap menerima Arun.
"Al, kamu udah selesai haid kan?" tanya Lily saat Alana pulang sekolah. Hari Sabtu, biasa sekolah Alana akan pulang lebih cepat dari biasanya. Gadis itu sedang melihat acara televisi siang itu.
"Hah? iya kak..udah dari kemarin, kenapa kak?" tanya Alana menatap wajah Lily yang sudah duduk di sampingnya.
"Al, kamu tahu kan, maksud aku?"
Sama sekali tidak mengerti, tentu saja Alana menggeleng.
"Al, kakak mohon kesediaan mu untuk menerima Arun"
Kembali kening Alana berkerut. "Masa kau ga ngerti sih? ini udah waktu nya Al. Kakak berharap nanti malam, kau dan Arun tidur bersama"
Wajah Alana pucat. Seolah roh nya melayang dari raga nya. Seolah dia sudah diambang Kematian atas permintaan Lily. Dia hampir saja melupakan alasan di nikahi abang iparnya.
"Kak.." ucap nya putus asa. Suara nya tercekat, tenggorokannya kering. Dia benar-benar belum siap untuk misi nya ini. Oh..tidak, dia bisa mati ketakutan sebelum melakukan nya.
"Aku mohon Al, jangan menunda lagi. Semakin cepat akan semakin baik. Aku juga ga punya waktu banyak. Aku ga tahu kapan mertua ku akan datang menuntut janji ku"
"Tapi aku ga belum siap kak. Aku takut" Alana benar-benar pucat. Dia tidak akan bisa melakukannya malam ini. Tapi wajah Lily yang begitu sedih juga menyiksanya.
"Aku mohon Al. Lakukan lah, sekali saja. Siapa tahu hanya dengan berhubungan satu kali kau sudah hamil, maka kau tidak perlu melakukannya lagi"
Apa lah yang bisa Alana katakan. Dia memang ingin pernikahan gila ini segera berakhir tapi kenapa hatinya begitu berat untuk melakukannya?
"Apa..apa abang mau melakukannya dengan ku?" tanya Alana ragu-ragu.
"Dia pasti mau. Kau hanya perlu siap- siap" Alana hanya bisa mengangguk lemah. Dia pasrah. Ini saat nya dia menyerahkan tubuhnya sebagai balas budi pada keluarga Adhinata.
Lily sumringah. Segera dia pamit untuk pergi ke apotik. Rencana nya harus berhasil. Malam ini adalah ujung tombak nasib rumah tangganya.
***
Malam menyapa. Alana menatap tampilan nya di cermin. Dia seperti bukan dirinya sejak di dandani Lily. Gaun tidur yang juga dari Lily begitu tipis, dia sama hal nya tidak mengenakan apa pun di tubuhnya.
"Apa aku sama seperti pelac*r yang menunggu pelanggan menghampiri ku?" cicit nya kembali menatap wajahnya. Dia sangat cantik. Kepolosan yang biasa terlihat di wajahnya entah pergi kemana.
Dia hanya di minta untuk menunggu di dalam kamar. Arun yang akan datang menghampiri nya. Lily sudah memberitahu apa saja yang akan terjadi saat suami istri akan melakukannya.
"Karena ini yang pertama buat mu, awalnya akan sakit Al, tapi hanya sebentar. Kau hanya perlu menggigit bibirmu dan mencengkram seprai saat rasa sakit nya menyapa. Setelahnya tidak akan sakit lagi" ucap Lily menenangkan Alana yang terlihat pucat pasi.
Di luar sana, Lily juga tengah menjalankan perannya. Membuat Arun begitu mendambakannya. "Hun, aku udah pengen banget nih, yuk" ajak Arun melepas ciuman nya.
"Iya hun, sebentar" Lily melepas pelukan Arun, mengajak nya ke dapur.
"Mau ngapain lagi sih hun? aku udah ga tahan nih"
"Kita minum susu hangat dulu" kerling nya menggoda. Arun menurut, mereka duduk di meja makan, menikmati segelas susu. Lily tersenyum, begitu gembira melihat Arun menghabiskan susu nya.
"Aku tunggu di kamar, kau cuci gelas kita ya hun, aku siap-siap dulu" Lily mencium bibir Alana sekilas sebelum pergi masuk ke kamar nya, dan mengunci pintu itu dari dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Lisa Aulia
apakah misi nya berhasil...
2023-10-08
0
Aulia Nia
kasihan bbgt alana
2022-01-31
0
Hot Red Ginger
bikinnya pas masa subur donk
2022-01-15
1