Berkali-kali Lily memuji wajah cantik Alana. Gadis itu pada dasarnya nya memang cantik, namun karena kurang suka berdandan, kecantikan Alana lebih pada kecantikan alami. Alis tebal melengkung indah, bibir mungil dan hidung yang bangir dan kulit putih bersih. Kalau hidung dan alis mungkin dia dapat dari ayahnya, sisanya Lily yakin ibu Alana lah yang mewariskan.
"Kau sungguh cantik sekali. Harusnya kau lebih sering berdandan" puji Lily membelai dagu Alana. Kalau pujian itu tidak di ucapkan saat seperti ini mungkin Alana akan tertawa dan bersemu merah, kali ini Alana tidak bereaksi apa pun.
"Sudah selesai mbak" ucap salah satu tim MUA setelah memberi sentuhan terakhir. Tepat saat itu Santi datang untuk menjemput mereka. Penghulu dan juga para saksi sudah tiba di sana, menunggu mereka.
"Ayo, pak penghulunya masih harus menikah kan dua pasangan lainnya" seru ibu.
Hendak beranjak dipapah Lily, ponsel Alana berdering. Gara. Dia pasti bertanya kenapa hari ini Alana tidak masuk sekolah. Apa yang harus dia katakan pada kekasihnya itu? apakah masih pantas Alana menyebut Gara pacarnya setelah apa yang dia lakukan hari ini?
Tapi untuk kehilangan Gara pun Alana belum sanggup. Sedikitpun Alana tidak berniat untuk membohongi Gara. Dia akan memilih waktu yang tepat untuk menjelaskan pada Gara.
"Angkat aja Al" ucap Lily yang ada di sampingnya.
"Hai Ga.."
"Kamu kemana? kenapa ga sekolah?" suara Gara terdengar khawatir di seberang sana. Alana jadi semakin berdosa terhadap Gara.
"Aku baik. Iya hari ini aku ga sekolah. Aku menemani kak Lily ke luar kota" sahut Alana berimprovisasi.
"Kemana?" susul Gara yang tampak nya belum tenang sebelum mengetahui keberadaan dan keadaan Alana.
"Ke Jogja, tempat nenek" Mengalir begitu saja tanpa di rencanakan. Untung saja Gara tidak tahu kalau mereka sudah tidak punya nenek lagi.
"Aku kangen.." suara Gara menyayat hatinya. Ketulusan pria itu lah yang kini mampu buat nya bertahan melalui semua ini.
"Aku juga" balas Alana jujur.
"Ayo Al, udah ditunggu" bisik Lily saat melihat kode dari Santi yang mengatakan ini adalah waktu nya.
"Ga aku tutup dulu ya. Nanti aku telepon lagi" tanpa menunggu jawaban Gara, Alana sudah menutup telepon nya.
Kamar mewah salah satu hotel di Jakarta menjadi tempat pernikahan terpaksa Alana. Kemarin, seluruh keluarga Adhinata dan termasuk Arun sudah melakukan briefing terlebih dulu untuk acara hari ini.
Pernikahan dadakan itu hanya di hadari Lily dan kedua orang tua mereka, serta beberapa saksi dan pak penghulu, dan tentu saja kedua mempelai.
Hati yang meronta nyatanya tidak bisa melepaskan Alana saat di duduk kan di samping Arun. Pria dingin itu bahkan tidak menoleh sedikitpun ke arahnya. Bentuk pernikahan seperti apa yang bisa di harapkan Alana selama sembilan bulan ke depan?
Pusing memikirkan hal itu Alana hanya memegang perjanjian nya dengan Lily dan kedua orang tua mereka sebelum menyetujui pernikahan ini.
Pertama, Alana tetap bersekolah seperti biasa. Kedua, tidak ada satu pun yang tahu masalah pernikahan sirih ini terlebih pihak sekolah dan teman-temannya. Ketiga, setelah Alana melahirkan anaknya nanti, Alana akan di cerai dan di berhak pergi kemana pun dia mau.
Tiga syarat itu diajukan Alana di depan Arun dan juga keluarga Adhinata. Tidak ada syarat yang memberatkan, justru pada poin ke tiga semua mendukung, terlebih Arun, dia tidak tahan kalau harus berlama-lama hidup bersama musuh nya.
Tapi Lily adalah kakak yang masih menyimpan rasa sayang pada Alana. Dalam perjanjian itu, Lily menambah kan akan memberikan uang sebesar 300 juta untuk semua yang sudah di lakukan oleh Alana untuk Lily dan Arun.
Masalah pemberian kompensasi dari Lily da suaminya sedikit banyak melukai hati Alana. Dia seolah perempuan murahan yang menjual keperawanan, rahim serta anak nya kelak. Buru-buru di tepisnya isi pikirannya. Dia harus fokus untuk tujuan ini. Anggap saja Alana sedang bekerja, dan dia di kontrak selama satu tahun.
Acara pengucapan sumpah pun digelar. Siapa pun yang mendengar Arun mengucapkan janji suci nya akan mengira pria itu menikahi wanita yang dia cintai. Alana terbuai, saat Arun dengan lembut menyebutkan nama lengkap nya dalam janji pernikahan mereka. Lantunan janji itu begitu indah terdengar di telinga nya.
Janji pengikat mereka itu sudah selesai, para saksi dan juga penghulu sudah pulang sesaat setelah memberi selamat pada mereka.
Kelima nya kini duduk di sudut restoran di hotel itu, mengisi perut dan sembari mencoba menghilangkan rasa canggung yang terjadi diantara mereka.
Arun duduk diapit oleh kedua istrinya, sementara kedua mertuanya ada di depan mereka.
"Jadi gimana rencana kalian?" tanya Bima lebih pada Lily yang menjadi leader dari rumah tangga yang sedikit aneh ini.
"Kami akan bawa Alan tinggal bareng kami pa"
"Hah? maksud mu, kalian tinggal satu atap?" sambar Santi. Dia kira Alana akan tetap tinggal di rumah mereka. Hidup satu atap dengan tiga hati apa mungkin bisa berjalan lancar?
"Iya ma. Ga papa kok. Di rumah ada empat kamar, Alana bisa menempati salah satunya"
Kalau Lily terdengar bersemangat, Arun justru muak. Membayang kini dia beristri dua membuat nya mengutuk dirinya sendiri. Selama ini dia mengutuk pria yang berpoligami, seperti Toni teman nya. Kini justru dirinya mengikuti jejak sahabatnya itu.
"Kamu ga keberatan Run?" tegur Santi yang sejak tadi melihat perubahan raut wajah Arun. Pria itu tampak bosan dan tidak perduli akan apa yang tengah di bahas keluarga Adhinata.
"Tidak Bu. Asal Lily bahagia, aku akan ikuti apa mau nya" walau dengan suara getir, tapi Santi tahu, ketulusan Arun mencintai anaknya.
Pukul lima sore, mereka bertiga pamit untuk pulang. Bima sudah menawarkan diri untuk mengantar mereka, tapi langsung di tolak Lily. Dia tidak ingin, para tetangga curiga dan bertanya perihal Alana yang akan tinggal dengan mereka.
"Ya udah, kalau begitu kalian hati-hati ya nak" ucap Santi mencium pipi Lily. Saat giliran Alana untuk pamit, Santi menarik nya sedikit menjauh agar apa yang akan di sampaikan tidak di dengar oleh yang lain.
"Ingat, kau harus nurut apa kata kakak mu. Jadi lah berguna. Ibu harap kau tidak akan menyusahkan kakak mu. Satu lagi, kau hanya istri sirih yang di minta untuk mengandung anak abang ipar mu, jadi jangan pernah berpikir untuk menggoda Arun" bisik ibu dengan tegas. Tangannya bahkan sudah mencengkram pinggang Alana hingga gadis itu mendesis kesakitan.
Begitu lah hidup Alana, hanya menjadi alat untuk menjamin kelangsungan rumah tangga kakak nya. Alana pikir, Santi sudah berubah akan bersikap baik padanya dan menganggap nya anak karena sudah mau berkorban. Nyatanya tidak, dia memang hanya dianggap pekerja, yang di tugaskan untuk mengandung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Katiza binti pma sahabuddeen Katiza
Kesian alana
2024-03-24
0
Lisa Aulia
sedih banget aku tuh...miris banget kehidupan Alana...
2023-10-08
0
Siti Aisyah
nyesek jg dgn nasib alana...dinikahi kk ipar hanya utk memproduksi anak saja...
semoga alana bisa menjalani nya dgn ikhlas agar masalah nya menjadi ringan..
2023-02-14
0