Alana tahu, dia terlalu pagi tiba di sekolah. Tapi tidak mengapa, itu lebih baik dari pada harus bertemu Arun. Tiba di gerbang utama sekolah, Alana yang baru turun dari ojek menapaki langkah masuk ke pekarangan sekolah. Menyusuri koridor dengan memikirkan beberapa alasan yang tepat akan pertanyaan-pertanyaan yang dia yakin akan di lemparkan teman-temannya.
Terlebih Dita, teman sebangkunya yang selalu ingin tahu setiap hal tentang dirinya. Dita satu-satunya sahabat wanita yang Alana punya. Gadis itu baik, dan begitu sayang pada Alana, bahkan oleh fajar dan Wisnu, Dita di katain penikmat sesama jenis karena begitu menyayangi Alana.
Tentu saja itu tidak benar. Hanya karena Dita anak tunggal lah, makanya gadis itu menganggap Alana saudaranya. Terlebih saat Dita tahu kisah hidup Alana yang mengenaskan.
Dalam geng mereka, semua personil sudah tahu kisah Alana. Mungkin karena itu juga mereka yang awalnya tidak menganggap Alana sebagai teman di kelas itu, justru kini berteman dekat.
Berawal saat pelajaran bahasa Indonesia di kelas dua. Guru membagi kelompok, dan memberi tugas mengarang. Alana dan Dita berada dalam satu kelompok. Alana yang memiliki otak yang encer dalam tata bahasa, membuat kelompok nya bisa menyelesaikan tugas dengan baik, sementara Wisnu dan Fajar yang satu kelompok, gagal dan di suruh mengulang kembali. Saat itu lah Alana menawarkan bantuan, dan sejak itu keempat berteman dekat.
Tak lama dari saat itu, Gara si murid pindahan masuk ke kelas mereka. Duduk di belakang bangku Alana. Entah sejak kapan pria itu memperhatikan Alana yang pendiam, palu bahkan cenderung tidak percaya diri. Namun pada semester kedua, Gara mengungkapkan perasaannya walau sedikit ragu, akhirnya Alana menerima Gara. Itu pun karena desakan Dita.
Ternyata Gara pria yang baik. Terbukti setahun pacaran, pria itu begitu pengertian pada Alana. Melindungi dan juga menghormati Alana. Gara tidak pernah meminta hal di luar batas pacaran. Bahkan dalam setahun, Gara hanya dua kali mencium bibir Alana.
Gara mencintai Alana dengan cara melindungi Dan menjaga kehormatan gadis itu. Baginya, asal Alana ada di sisi nya, maka kontak fisik tidak terlalu penting baginya. Dia normal, dia juga ingin melakukan lebih. Selalu ada gejolak seorang pria jika dia berada di dekat Alana, namun dia tahu, gadis nya bukan lah gadis yang sama dengan anak-anak sekolah jaman sekarang yang mungkin berhubungan intim sudah hal yang lumrah bagi mereka.
"Hai, tumben sepagi ini udah sampai sekolah" ucap Gara yang tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya.
"Eh, iya. Aku berangkat lebih pagi, takut telat kayak biasa" ucap nya tersenyum simpul.
"Kamu manis sekali" Gara mengusap pipi Alana. "Aku kangen"
"Aku juga" ucap Alana mengatakan yang sebenarnya.
"Gimana keadaan nenek mu?"
"Hah? nenek?"
"Iya, kamu kan izin ga masuk karena jenguk nenek mu yang sakit kan?"
Alana terdiam, tidak paham. Kesadarannya kemudian menariknya mengingat status nya yang tela berubah dalam tiga hari ini.
"Oh, iya. Nenek..beliau udah sehat" jawab nya kikuk.
Alana bodoh, masa iya kau ga ingat alasan tidak masuk sekolah..
"Kau tampak pucat Al. Kau sakit?"
"Ga, aku baik-baik aja kok. Mungkin karena kecapeaan aja kok"
Kedatangan Dita, Fajar dan juga Wisnu menyelamatkan Alana dari sesi interogasi Gara. Kelimanya sudah membaur bercerita topik yang lagi hangat di perbincangkan di sekolah mereka.
Bel pun berbunyi setelahnya. Mungkin apa yang dikatakan Gara tadi benar, dia sedang sakit, karena itu lah yang dia alami sekarang.
"Kantin yuk" ajak Dita. Tapi rasanya lemas tubuhnya kian menyiksa. Sakit di perutnya juga menerjang.
"Kamu kenapa Al, kok lemas banget?"
"Mmm?oh ga papa Ga" ucap Alana mengangkat wajahnya. Gara yang tadi ikut menghadiri undangan untuk rapat OSIS sebagai ketua tim basket baru saja kembali ke kelas saat bel istirahat pertama berbunyi.
"Kamu demam?" Gara meletakkan punggung tangannya di dahi Alana. Suhu tubuh gadis itu masih normal.
"Aku baik-baik aja Ga. Jangan khawatir ya" Alana berusaha mengembangkan senyumnya, sekedar mengurangi rasa khawatir Gara.
"Ke kantin yok"
"Kamu aja ya. Aku di sini aja. Lagian ga selera juga buat makan. Lagi pula aku bawa bekal" ucap nya masih tersenyum.
Gara memang pergi ke kantin, tapi bukan untuk makan. Dia membeli beberapa makanan dan air mineral, serta tak lupa susu UHT untuk Alana.
Waktu berjalan terasa lambat. Sakit di perut Alana kian menjadi-jadi. Rasa nyeri melilit, terasa keram perut nya. Dua pelajaran terakhir, tak ada satu pun materi yang di terangkan guru bisa masuk ke dalam pikirannya. Alana hanya berdoa semoga hari ini cepat berlalu.
Harapan Alana nyatanya terkabul tak lama setelahnya. Bel tanda pulang berbunyi. Hari ini Alana pulang dengan Dita, karena lagi-lagi Gara di minta jadi pembina di club basket sekolah karena awal bulan akan diadakan pertandingan basket antar sekolah se-rayon.
"Ayo beb kita let's go" Dita menyampirkan lengannya di bahu Alana dan keduanya berjalan bersama.
Keduanya berjalan menyelusuri koridor saat banyak anak-anak yang juga akan pulang tapi masih berdiri di depan kelas masing menertawakan Alana. Awalnya Alana tidak sadar kalau dirinya yang sedang di tertawa kan oleh anak-anak yang lain.
"Merah euy.."
"Bocor ya" seru mereka yang kebanyakan anak perempuan.
"Jorok lo ah, malu-maluin" timpal yang lain. Kebanyakan dari mereka yang mencibir adalah barisan sakit hati karena cinta nya di tolak oleh Gara, dan bintang sekolah itu justru memilih gadis paling nerd di sekolah itu, ya Alana.
"Ta, mereka menertawakan apa sih?"
Dita celingak-celinguk, menatap ke arah tubuh Alana hingga melihat ke arah rok gadis itu yang basah terkena noda merah.
"Lo lagi dapet Al?"
"Eh, iya. Tembus ya? padahal udah pake pembalut" ucap nya malu. Bingung karena sorak sorai anak-anak semakin bergemuruh, Alana hanya bisa diam di tempat. Ingin menangis karena merasa dirundung oleh perkataan mereka yang tidak enak di dengar.
Bak cerita di novel romantis, seseorang datang menyelamatkan Alana. Pangerannya. Gara datang dari belakang, tanpa banyak bicara, mengikatkan jaketnya di pinggang Alana menutupi noda di tengah rok sekolahnya.
Semua anak-anak yang ada di sana diam. Tidak ada yang berani buka suara, apa lagi mencibir seperti tadi. Kapten basket sudah ada di sana, membela sang kekasih.
"Ga.."
"Kamu pulang bareng aku ya"
Tanpa suara, Alana hanya menunduk, mengikuti langkah Gara yang menggengam tangan nya, melewati para predator yang begitu ingin mengoyaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Katiza binti pma sahabuddeen Katiza
Up up
2024-03-24
0
Lisa Aulia
semoga gara tak membenci Alana jika dia tahu keadaan yg sebenar nya ..
2023-10-08
0
Jaya Nada
aduh gara kau terlalu baik ,klu bisa kau aja yg menikah dgn alana
2022-08-31
0