Alana menatap kosong jalanan di seberang sana. Jalanan itu panjang, terus membawa siapa pun yang ingin melangkah. Terbersit tanya dihatinya, apakah masa depan nya bisa memiliki jalan yang panjang nantinya?
Kembali teringat musyawarah gila yang kemarin diadakan keluarganya. Sekuat apa pu Alana menolak, dia tidak sanggup melihat kakak nya berlutut di hadapannya. Sujud hingga hampir mencium kakinya.
"Apa yang kakak lakukan. Bangun kak"
"Aku ga akan bangkit sampai kau menyetujui menikahi Arun"
"Tapi aku ga bisa kak. Kau tahu alasannya"
Yah.. Lily tahu, selain karena masih sekolah dan juga membenci Arun, Alana menolak karena ada hati yang harus dia jaga. Gara.
Lalu kemana lagi dia biaa meminta pertolongan? harapan satu-satunya hanya Alana. Dia bisa saja menyewa rahim seseorang, tapi Lily tidak mau ambil resiko di kemudian hari. Bisa saja wanita itu nanti nya akan memerasnya, membeberkan pada mertua dan juga orang lain, bahkan mengambil kembali anak yang sudah di berikan padanya.
Hanya Alana lah pilihan tepat dan aman bagi Lily. "Bangun kak" Alana masih berusaha menarik Lily bangkit.
"Aku ga akan bangkit sebelum kau setuju. Waktu tidak banyak Al, mertuaku terus mendesak"
Umpatan kesal Alana berikan pada mertua kakak nya yang sudah memaksa Lily hingga sampai punya pikiran seperti ini. "Aku akan coba pikirkan kak, tapi kakak bangun dulu" Alana tidak bisa lagi membiarkan Lily berlutut dihadapan nya lebih lama lagi hingga dia pun membuat keputusan itu.
"Benar kah Al? terima kasih adik ku" ucap Lily tersenyum gembira. Raut wajah Lily seolah baru saja di selamat kan dari malaikat maut.
"Beri aku waktu kak"
Ketukan di pintu kamar membuyarkan lamunannya. Jalanan yang tadi dia lihat sekarang banyak di kerumuni anak-anak untuk bermain.
"Ibu.."
"Duduk lah" pinta Santi pada Alana yang sigap berdiri saat melihat Santi masuk.
"Al, semenjak kau datang ke rumah ini 11 tahun yang lalu, jujur ibu tidak menyukai mu, Bahkan membenci mu"
Ada jeda yang diciptakan Santi. Meresap kenangan sebelas tahun silam. Menyakitkan hingga bekas nya selalu menyentak alam sadarnya. Menimbulkan kebencian demi kebencian pada Alana.
"Tapi hari ini datang. Bagaimana pun kau dan Lily adalah saudara. Ada darah yang sama yang mengalir dalam tubuh kalian. Dan saat ini Lily, orang yang paling menyayangi mu sedang dalam kesulitan. Antara hidup dan mati baginya, tidak bisakah kau memberikan pertolongan padanya?"
Alana tertegun. Selama mengenal Santi baru kali ini dia melihat ibu tiri nya itu menitikkan air mata. "Bu.."
"Kalau kau masih menganggap ku ibu, maka menikah lah dengan Arun demi kakak mu. Ibu janji, setelah ini ibu tidak akan lagi membencimu" isakan Santi semakin menjadi. Himpitan rasa sakit di hatinya sudah menurunkan kesombongan yang selama ini dia pertontonkan di hadapan Alana.
Dengan kehancuran melihat nasib anaknya, Santi datang mengetuk pintu hati Alana. Dia memohon pertolongan pada orang yang selama ini dia anggap sebagai virus di keluarganya.
"Kau mau kan Al? ibu mohon. Tolong Santi"
Kata-kata Santi yang mengatasnamakan dirinya sebagai ibu membuat Alana tersentuh. Segalak apa pun Santi padanya terhadapnya, Alana tetap merindukan suatu hari nanti Santi akan menyayanginya seperti Lily.
"Al.."
"Iya Bu, aku mau" ucap Alana di tetes air matanya.
***
Berita itu cepat di terima oleh Lily. Siang itu Santi menghubungi nya, mengatakan kalau Alana sudah setuju. Pekik gembira Lily membuat Santi ikut senang karena putrinya sudah bisa tertawa.
Malam nya, setelah Lily bermain rodeo dengan Arun, Lily pun mengungkapkan niatnya.
"Hun, kamu sayang kan sama aku?" ucap Alana pelan. Tubuhnya masih berbaring di atas dada Arun yang bidang.
"Pertanyaan bodoh. Kau lah dunia. Hidup dan mati ku, apa mungkin kau masih meragukan rasa cinta dan kasih sayang ku padamu?" Arun mencium puncak kepala Lily.
"Kalau begitu, berjanji lah untuk memenuhi permintaan ku yang satu ini" Lily memilih duduk menghadap Arun. Ingin melihat bagaimana reaksi pria itu atas apa yang akan dia sampaikan.
"Apa pun yang kau minta akan aku penuhi"
"Bersumpah lah.."
"Apa ini hun. Kenapa harus bersumpah? kau tidak percaya aku akan memberikan apa pun yang kau ingin kan?"
"Bersumpah lah.." pinta Lily memaksa. Dia harus melakukan itu untuk mengikat Arun.
"Ok, fine. Aku bersumpah. Kau puas?"
"Mmm..." gumam Lily seraya menganggukkan kepala nya.
"Katakan.." Arun melipat tangan di belakang kepalanya menjadikan nya alas sandaran kepala.
"Hun, aku udah bicara pada orang tua ku, dan mereka setuju. Menikah lah dengan Alana.."
"Lelucon gila apa ini?" Arun memasang wajah serius. Dia duduk menegakkan tubuhnya di hadapan Lily.
"Aku serius. Menikah lah dengan nya, hingga dia hamil anak mu. Hanya ini yang bisa menyelamatkan pernikahan kita"
"Ini gila. Kau gila! aku tidak akan mau menikahinya. Kau tahu sendiri aku sangat membencinya" geram Arun.
"Hanya dia harapan ku satu-satunya. Kalau kau mencintai ku, aku mohon turuti kemauan ku. Mama hany memberi ku waktu untuk hamil satu tahun ini, kalau tidak, aku harus bercerai dengan mu" Lily menahan tangan Arun yang ingin beranjak meninggalkan nya.
"Aku sudah berapa kali bilang, jangan kau dengarkan perkataan ibu. Dia tidak akan bisa memisahkan kita" salak Arun kembali duduk. Arun adalah pria sejati, semarah apa pun dia pada Lily, dia tidak akan sanggup untuk bersikap kasar pada istrinya itu.
"Tapi sampai kapan? aku juga tidak mau kau sampai tidak punya keturunan"
"Aku tidak perduli. Yang aku mau hanya hidup dengan mu"
"Ini hanya selama setahun Hun, begitu dia melahirkan, kau bisa bercerai dengan nya"
Arun duduk di sofa, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Menghisap dalam dan menghembuskan asap nya. Pikirannya kacau. Mendengar isak tangis Lily di atas ranjang itu membuat hati nya ikut teriris.
"Sudah lah Hun"
"Aku tidak akan bisa menahan air mataku. Harapan ku sudah hancur saat kau menolak untuk menikahi Alana"
"Aku harus bagaimana? aku tidak mungkin menikahinya orang yang sangat ku benci"
"Lakukan demi aku. Kalau kau menolak, berarti kau menginginkan perceraian kita"
"Kau tahu aku tidak bisa berpisah dengan mu"
"Kalau begitu pilihan nya hanya satu, menikah lah dengan Alana!
Waktu rasa nya cepat berlalu. Alana berharap bisa menghentikan waktu, bahkan kalau memungkinkan menghilang dari dunia ini. Tapi itu hanya ada dalam harapannya, karena dia tidak bisa menghindar lagi.
Satu jam sudah Alana di rias MUA di temani Lily. Hari ini datang juga. Hari dimana harapan, masa depan dan juga harga dirinya di rampas. Satu jam lagi, dirinya akan menikah dengan orang yang paling dia benci.
***
Hai semua..aku kambek..nih aku datang bawa novel seru lainnya. nunggu aku up, kuy kepoin ni novel keren..kamsamida 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Bila Elgifani
menikahi adik kakak kandung, satu wali (saudara seayah) HARAM hukum nya.. gmn ini author?
2022-03-14
1
Mogu
ak sedih thor Bombay ak tega nian dirimu pada apanya awas km thor klu dkt z udh ku sentil ginjalmu
2022-01-15
0
dewi⚘💕
kalau ceritanya Sad Ending
gimana ya..
Bosan ama cerita yang akhirnya mereka bersatu
2021-12-09
2