How To Love You
...Note : Novel ini merupakan karya pertama saya yang saya revisi. Jadi maafkan kalau penyusunan kata-kata dan bahasanya amburadul dikarenakan author masih penulis amatiran....
...Oh iya, cerita ini tidak termasuk dalam kategori CEO yang sangat laris dan banyak digandrungi oleh kaum emak-emak. Jadi kalian tidak akan menemukan sultan dengan kekayaan tanpa batas di dalam cerita ini, ya😁...
... Cerita ini hanya berkisah tentang perjalanan cinta seorang gadis desa yang dikejar oleh dua orang pria tampan sekaligus.😎...
...Awalanya author menulis cerita ini (kurang lebih 1 setengah tahun yang lalu) karena author ingin menulis kisah perjalanan cinta author beberapa tahun silam sebelum bertemu dengan suami🙈 Tapi entah kenapa semakin ke sini ceritanya makin melenceng😅😂🤭 Tapi pokoknya garis besarnya mirip lah gitu 🤣🤭 ...
...Yang penasaran dengan kisah author, eh🙊 kisah cinta Tasya bersama Hendra dan Fathur, silahkan scrool ke bawah ya guys😉😁...
...🌹🌹🌹Happy Reading🌹🌹🌹...
...****************...
Namaku Natasya Putri, umurku 20 tahun. Saat ini aku bekerja di sebuah toko percetakan yang ada di desaku, yaitu Toko Mentari yang letaknya di desa Tadanpili.
Letak toko percetakan tempat aku bekerja tidak jauh dari rumahku, hanya berjarak sekitar 1 kilo meter saja. Untuk sampai ke sana aku hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja menggunakan skuter matic merek Foni berwarna merah kesayanganku .
Meski pun aku tinggal di desa, tapi toko percetakan tempat aku bekerja selalu ramai setiap harinya. Itu karena letaknya yang sangat strategis, yaitu tepat di samping sekolah SMP Negeri 1 Sabangpiri dan SDN 54 Tadanpili, ditambah lagi letaknya juga sangat dekat dengan Kantor Desa Tadanpili. Jadi toko milik pak Rahmat tempat aku bekerja tersebut tidak pernah sepi pengunjung, bahkan di saat hari libur sekali pun. Sampai-sampai aku dan teman kerjaku yang bernama Dewi harus bergantian mengambil jatah libur setiap minggunya. Kami tidak boleh mengambil jatah libur secara bersamaan.
Arloji di tanganku baru saja menunjuk angka pukul 06.00 lewat beberapa detik, tapi aku sudah memacu motorku menuju tempat kerja. Ya, seperti ini lah keseharianku. Aku harus berangkat ke toko pagi-pagi sekali karena biasanya sebelum pukul setengah 7 pagi sudah banyak anak sekolah yang datang untuk membeli perlengkapan belajar mereka ini dan itu.
Toko percetakan tempat aku bekerja menjual berbagai macam ATK, melayani jasa foto copy, print, scan, laminating, cetak undangan, dan lain sebagainya.
Oh iya, seperti yang aku katakan tadi, jarak antara tempat tinggalku dan toko sangatlah dekat. Jadi tidak butuh waktu lama untuk aku sampai ke sana. Hanya butuh waktu beberapa menit saja, tidak memakan waktu sampai 5 menit karena jalanan yang sangat mulus. Jadi tidak ada kendala sama sekali.
Saat aku memarkirkan motorku tepat di depan toko, aku melihat pak Rahmat si pemilik toko memang sudah selesai membuka pintu tokonya lebar-lebar. Jadi aku bisa langsung masuk tanpa perlu duduk menunggu di emperan toko.
"Assalamu'alaykum, Pak," sapaku pada bosku tersebut.
"Wa'alaykum salam," jawab pak Rahmat.
"Dewi belum datang, Pak?" tanyaku seraya berjalan memasuki toko.
"Belum," jawabnya singkat.
Oh iya, pak Rahmat dan istrinya sudah berteman baik dengan ayah dan ibuku sejak mereka masih muda dulu. Makanya, aku bisa dengan mudah masuk bekerja di toko ini setelah aku lulus di SMK satu tahun lebih yang lalu.
Di usiaku yang seharusnya mengenyam bangku kuliah seperti anak-anak seusiaku pada umumnya, terpaksa aku harus bekerja mencari nafkah. Aku bekerja mencari uang untuk diriku sendiri, bukan untuk menafkahi keluargaku karena ayahku masih sanggup untuk bekerja mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya.
Aku berasal dari keluarga sederhana. Pekerjaan ayahku hanya seorang petani dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Aku anak kedua dari 4 bersaudara, kakakku seorang laki-laki dan kedua adikku perempuan, yang masing-masing duduk di bangku SMK dan SMP.
Melihat keadaan perekonomian keluargaku, saat aku lulus sekolah, aku memutuskan untuk tidak mendaftar di universitas. Meski pun sebenarnya aku sangat ingin melakukannya, tapi aku tidak boleh egois, kedua adikku jauh lebih membutuhkan biaya sekolah dari pada aku. Cukuplah biaya sekolah mereka berdua yang ditanggung oleh kedua orang tuaku saat ini.
Aku harus bekerja mencari uang, kemudian menabungnya untuk biaya kuliahku paling lama 1 tahun lagi ke depannya, karena saat ini uang tabungan dalam rekeningku sudah lumayan.
Sejujurnya aku sangat ingin mendapatkan gelar sarjana karena aku ingin mencari pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lebih tinggi. Aku sangat ingin membahagiakan keluargaku, terutamanya ayah dan ibuku yang sudah membesarkanku dengan penuh kasih sayang sejak aku terlahir ke dunia hingga detik ini. Bahkan saat aku masih di dalam perut ibuku pun mereka memang sudah menyayangi dan menjagaku dengan baik.
Kembali pada aktifitasku di tempat kerja. Saat aku tengah melakukan bersih-bersih di dalam toko, sahabat sekaligus teman kerjaku, Dewi, akhirnya datang. Dewi seumuran denganku dan dia merupakan teman sekelasku dulu saat kami sama-sama duduk di bangku SMP. Sayangnya saat kami lulus SMP, kami memiliki pilihan yang berbeda. Aku memutuskan untuk menuntut ilmu di SMK Negeri 1 Sabangpiri dan mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan), sedangkan Dewi memilih bersekolah di SMA N 1 Sabangpiri dan mengambil jurusan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).
Berdasarkan jurusan kami tersebut, di toko, kami membagi tugas kami masing-masing. Dewi di bagian penjualan melayani para pembeli sedangkan aku di bagian pengetikan, print, foto copy, laminating, dan lain sebagainya. Pokoknya di bagian percetakan, bergelut dengan berbagai macam mesin yang berhubungan dengan tugasku tersebut.
"Tumben kamu di antar, Wi? Motor kamu ke mana?" tanyaku pada Dewi. Tadi aku melihatnya diantar oleh seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah bapaknya.
"Motor aku lagi di bengkel. Tadi pas aku mau kesini, eh tiba-tiba bannya kempes. Jadi terpaksa deh aku diantar sama bapak."
"Oh, gitu."
Melihatku membersihkan toko, gadis yang berhijab sama sepertiku itu tidak tinggal diam begitu saja, dia segera mengambil kemoceng kemudian membersihkan lemari etalase kaca dari debu-debu yang menempel, serta kotoran-kotoran lainnya yang mungkin saja ada hingga lemari tempat barang jualan tersebut benar-benar bersih.
Beberapa saat kemudian.
Setelah pekerjaan bersih-bersih kami selesai, kami pun duduk bersama di balik lemari etalase toko sambil mengobrol. Kebetulan pagi ini pekerjaanku tidak banyak, jadi aku membantu Dewi di bagian penjualan.
Saat kami tengah sibuk melayani pembeli yang terdiri dari beberapa orang anak SMP serta beberapa orang anak SD, tiba-tiba sebuah motor M-Nax hitam berhenti tepat di depan toko. Pemuda pemilik motor tersebut memarkirkan motornya tepat di samping motor kesayanganku.
Melihat kedatangan pemuda itu, Dewi yang saat itu berdiri tepat di sampingku pun menyenggol pelan lenganku menggunakan sikunya.
"Ehm, ehm." Dewi sengaja berdehem untuk menggodaku.
Aku berdecak. "Ck, apa sih, Wi?"
Aku segera memutar badanku, berpura-pura mencari sesuatu. Padahal sebenarnya aku tidak mencari apa-apa. Aku hanya tidak ingin bertatapan muka dengan orang itu. Ya, dia, orang yang baru saja datang itu, yang lengkap dengan seragam hitam putih khas pegawai honorer.
Tap tap tap.
Semakin jelas aku mendengarkan langkah kaki orang itu, semakin aku membungkukkan badanku. Aku berpura-pura mencari sesuatu di rak bagian paling bawah lemari toko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
N Hayati
nyaman bacanya next
2022-06-12
0
Arsenius Are siwanahono
ok kenapa yg harus
2022-04-22
2
Mari ani
aku ikutan nongol
2021-12-25
0