Jam istirahat pertama sudah tiba, Hendra begitu bersemangat untuk segera meluncur ke Toko. Dia selalu tidak sabar untuk segera bertemu dengan gadis pujaan hatinya.
Hendra segera memacu motornya menuju toko. Meskipun jarak toko hanya lebih kurang 200 meter saja dari sekolah, namun dia tidak ingin buang-buang waktu hanya dengan berjalan kaki. Dia sudah tidak sabar ingin segera melihat sang pujaan hati.
Sesampainya di toko, Hendra melihat Tasya masih sibuk mengetik soal yang dia berikan. Dia sangat senang karena rencananya berhasil. Karena tidak mau melewatkan kesempatan emasnya itu, pemuda itu pun segera mengambil kursi lalu duduk di samping kiri meja kerja gadis itu dan menghadap ke arahnya dan menatapnya lekat-lekat.
Tasya yang tidak biasa dekat-dekat dengan laki-laki merasa sangat aneh dan risih.
Eh eh eh. Ngapain sih dia duduk disitu? Emang gak ada tempat lain apa? Ih, nyebelin banget, ganggu konsentrasi orang aja.
Eh, itu tuh matanya dijaga dong, gak bisa liat cewek cantik dikit napa? Batin Tasya sedikit kesal.
Kamu memang sangat cantik dan anggun. Dan yang paling penting, kamu gadis yang sholeha, dan pandai menjaga diri. Aku memang tidak salah tergila-gila padamu dan menobatkanmu sebagai calon istriku di masa depan. Batin Hendra sambil terus menerus menatap Tasya lekat-lekat.
Wah wah wah, pertunjukan menarik nih. Batin Dewi sembari memperhatikan keduanya.
Setelah duduk selama sekitar 10 menit, Hendra pun akhirnya membuka pembicaraan.
"Sudah sampai dimana?"
"Sebentar lagi, Kak. Maaf membuat, Kak Hendra menunggu," ucap Tasya sambil terus fokus pada pekerjaannya.
"Tidak apa-apa, tidak usah terburu-buru," ucap Hendra dengan nada santai.
Sebenarnya aku memang sengaja. Aku memang sengaja membuat soal yang begitu banyak agar kamu tidak bisa menyelesaikannya dengan cepat. Dan aku, aku bisa duduk di sini, di dekatmu, menatapmu lebih dekat dan lebih lama.
Hendra kemudian pura-pura sibuk dengan smartphone-nya, padahal sebenarnya pemuda itu sedang mengabadikan momen tersebut. Dia tidak sadar kalau Dewi dibelakangnya sedang memperhatikan gerak-geriknya.
Seandainya aku jadi Tasya, aku pasti akan jadi cewek paling bahagia di seantero desa Tadanpili ini. Kurang apa coba kak Hendra? Dia ganteng, anak orang kaya, baik, sopan, sholeh, dan sepertinya juga bertanggung jawab. Tasyanya aja yang gak bisa buka hati buat dia. Batin Dewi.
Beberapa menit kemudian, pekerjaan Tasya akhirnya selesai juga. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, Hendra ingin segera kembali ke sekolah.
"Terima kasih ya." Seperti biasanya, Hendra tersenyum sambil menatap gadis itu lekat-lekat.
"Sama-sama, Kak." Tasya menyerahkan lembaran soal yang sudah selesai dia ketik dan cetak pada Hendra.
"Maaf sudah merepotkan. Akhir-akhir ini aku sangat sibuk, jadi tidak bisa menyelesaikannya sendiri," kata Hendra beralasan. Nyatanya ini hanya akal-akalannya saja.
"Nggak apa-apa kok, Kak. Ini 'kan memang bagian dari pekerjaan saya."
"Kalau begitu aku kembali ke sekolah dulu ya," pamit Hendra sambil memamerkan senyuman mautnya.
"Iya kak, silahkan," ucap Tasya sambil membalas senyuman Hendra.
Tidak tahu kenapa pagi ini Tasya bisa berbicara sebanyak itu dengan Hendra. Biasanya juga dia selalu menghindar saat pemuda itu datang.
Senyum kak Hendra kenapa bisa semanis itu sih? Tasya bergumam dalam hatinya.
Eh eh eh, kenapa ini? Bisa-bisanya aku berkata
seperti itu dalam hati. Kamu nggak boleh terpesona dengan cowo mana pun Tasya, gak boleh. Batinnya lagi menyadarkan diri.
...----------------...
Pagi menjelang siang, Fathur baru terjaga dari tidurnya. Perjalanan jauh kemarin sungguh teramat sangat melelahkan dan menguras tenaganya. Dia mengecek jam di ponselnya, jam sudah menunjuk angka pukul 10:42. Pemuda itu pun segera bangkit dari tempat tidurnya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya dengan air dingin.
Karena hari sudah menjelang siang, Fathur merasa sangat lapar. Dia kemudian berjalan menuruni tangga menuju dapur di lantai bawah.
"Bi! Bi Inah!" teriak Fathur saat sudah sampai di meja makan.
"Iya, Tuan!" sahut bi Inah dari belakang sambil berlari kecil memasuki ruang dapur.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" lanjutnya bertanya.
"Saya lapar, Bi."
"Tunggu sebentar, Tuan, saya siapkan makanannya dulu." Bi Inah segera mengambil makanan di dalam lemari dapur lalu menatanya di atas meja makan.
"Mama sama papa kemana, Bi?"
"Tuan besar dan nyonya sedang pergi ke kondangan, Tuan," jawabnya sambil meletakkan piring kosong dan gelas yang sudah diisi dengan air minum.
"Oh. Memangnya siapa yang menikah, Bi?"
"Tasya dan Yudi, Tuan."
"Apa Bi?!" Fathur kaget mendengar nama mempelai wanitanya.
"Tasya ... Tasya anaknya om Rudi?" lanjutnya lagi ingin memastikan.
Semoga saja bukan dia.
"Oh, bukan, Tuan. Kalau Tasya yang ini anaknya pak Tamrin, tetangga kampung sebelah," jelas bi Inah.
Syukurlah. Batin Fathur lega.
"Kalau anaknya om Rudi, Bibi kenal 'kan?" Fathur kembali bertanya sambil mengisi piringnya dengan makanan.
"Ya kenal lah, Tuan. Saya 'kan disini sudah puluhan tahun, masa satu kampung sendiri tidak kenal, bagaimana sih, Tuan ini?" jawab bi Inah sambil tertawa kecil.
Fathur ikut tertawa.
"Iya juga yah, Bi. Ngomong-ngomong dia sekarang ada dimana, Bi?" tanyanya penasaran.
"Ada kok, dia tidak kemana-mana. Dan setahu saya bekerja di toko percetakan milik pak Rahmat," jelas Bi Inah.
"Pak Rahmat? Oh pak Rahmat yang tinggal disamping sekolah SMP itu bukan?" tanyanya ingin memastikan.
"Iyyap, betul sekali. 2 Juta rupiah," canda bi Inah. Fathur ikut tertawa kecil mendengarnya.
"Memangnya dia tidak kuliah, Bi?"
"Sepertinya tidak, Tuan. Memangnya kenapa, Tuan Fathur tanya-tanya soal, hm?" tanya Bi Inah sambil menaik turunkan sebelah alisnya untuk menggoda anak majikannya itu.
"Ah, tidak apa-apa kok, Bi." Dengan cepat Fathur memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Dia merasa malu digoda seperti itu oleh wanita setengah baya tersebut.
"Tahu aja primadona di kampung ini. Hem ... apa jangan-jangan, Tuan Fathur lagi cari calon bini, ya?" goda bi Inah.
"Ah, Bi Inah bisa aja. Ayo sini, makan bareng, Bi." Fathur mengalihkan topik pembicaraan.
"Hehe terima kasih, Tuan, saya masih kenyang. Kalau begitu, saya permisi dulu mau melanjutkan pekerjaan saya dulu dibelakang."
"Iya, Bi. Silahkan."
...----------------...
Hai guys! Baca juga karya-karya Author yang lainnya. Siapa tau ada yang nyangkut di hati para pembaca😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
_rus
Aku mampir Thor, tidak lupa dengan 5 like serta Rate-nya .... 😆
Salam Kenal dari "Sebuah Kisah Cintaku" & "Sang Ratu Sekolah" 😆🙏🏽
2022-04-10
0
Mari ani
tasya mulai perhatian ni
2022-02-27
0
FigurX (IG @mahisa_campaka)
Fatkur aama bi inah aja gmn?, keknya cocok! 😆🤣
2021-11-21
1