Dalam suasana pagi, Riana merasa meriang. Badannya mengigil sehingga tidak bisa berdiri untuk siap-siap sekolah.
"Riana? sudah bangunmu. Siap-siap sekolah lagi," kata ibu Riana sambil mengetuk pintu kamar Riana.
"Ya Bu," jawab Riana.
Tapi sudah setengah jam Riana belum juga keluar dari kamarnya. Ibu Rianapun masuk ke kamar Riana.
"Riana kenapa masih berbaring?" tanya ibunya sambil memegang tangan Riana.
Merasakan tangan Riana panas, ibunya memegang dahi Riana. Ternyata Riana demam sehingga ibunya menyuruh Riana ke puskesmas. Riana hanya mengangguk dan ibunya duluan siap-siap berganti baju sehingga baru disusul Riana siap-siap untuk berangkat.
Setelah sampai di puskesmas ibu Riana dan Riana mengambil nomor antrian dan duduk di bangku antrian.
Setelah lama antri, akhirnya nama Riana di panggil. Dan Riana masuk ke ruangan dokter bersama ibunya.
"Nama mu siapa?" tanya dokter ke Riana sambil memegang dahi Riana.
"Riana," jawab Riana dengan lemas
"Kapan Riana mulai sakit?" tanya dokter lagi.
"Baru pagi ini saya merasa tidak enak badan," jawab riana.
Setelah selesai dokter memeriksa tubuh Riana. Akhirnya dokter memberikan resep obat ke ibunya Riana dan mereka berdua segera menuju tempat apotik dan membeli obat sesuai saran dokter.
Setelah selesai membeli obat, mereka pun pulang kerumah. Selama perjalanan pulang pakai kendaraan angkutan umum. Riana hanya bermenung sambil melihat arah luar melalui jendela mobil angkutan umum. Melihat Riana bermenung lalu ibunya mendekatkan kepala anaknya ke bahunya.
Ibunya khawatir dengan kondisi anaknya yang semakin larut dalam kesedihan. Ibunya tahu rasa kehilangan orang yang berharga sejak di tingal sama almarhum suaminya. Sehingga dia mengerti perasaan Riana, hanya waktu yang berjalanlah yang bisa mengikhlaskan semua yang terjadi dan berharap semua cepat berakhir.
Setelah sampai di rumah, Riana dan ibunya melihat bungkusan obat dan membaca pemakaian obat. Setelah Riana meminum obat, Riana kembali istirahat di kamarnya dan tertidur.
Sementara itu di kediaman rumah Rey. Terlihat Rey memainkan pianonya dengan alunan nada sedih yang mengisyaratkan perasaanya yang masih sedih.
Sudah berjalan 2 bulan namun mereka berdua belum bisa untuk melepaskan kesedihan mereka berdua.
Setelah selesai bermain piano, Rey pun memintak ke ibunya agar Rey bisa ke desa tempat Riana tinggal. Ibunya memberi izin saat libur sekolah. Namun Rey memintak hari minggu untuk kesana yang berarti masih ada 3 hari lagi.
Di dalam ke diaman rumah Riana. Ibunya ternyata mendapat kabar kalau keluarga dari ibunya menyuruh ibu Riana dan Riana pindah kerumah almarhum nenek Riana dan ibunya setuju karena tempat rumah yang akan di tinggali tidak jauh dari pasar sehingga mudah untuk ibunya Riana pergi berjualan.
dua hari sebelum hari minggu, ibunya dan tetangga tahu kalau keluarga Riana mau pindah dan mereka membantu untuk mengemas barang. Riana tidak bisa membantu karena keadaan Riana masih sakit. Riana setuju karena dia inggin agar bayangan dia bermain bersama Rey dirumah dia sekarang tidak selalu teringat. Setelah semua barang di masukkan dalam mobil, mereka pun berangkat.
Hari pun berganti hari sabtu. Paginya Rey siap-siap berangkat ke tempat Riani karena sekolah sedang libur dan juga perjalanan ketempat Riani sanggat jauh. Setelah semuanya beres, si Rey pun berangkat ditemanin sama supir pribadi ayahnya.
Dalam perjalanan Rey tidak sabar untuk bertemu sahabatnya yaitu Riana. Rey membayangkan kisahnya dulu saat bermain sama Riana. Selama perjalanan, diapun memejamkan mata untuk tidur berharap saat terbangun, mereka sudah sampai tempat Riana.
Saat malam hari, rey yang masih dalam perjalanan, tiba-tiba tersentak kaget akibat supirnya membangunkan Rey.
"Tuan muda...Tuan muda," supirnya yang berusaha membangunkan Rey.
Setelah berulang-ulang membangunkan Rey. Rey akhirnya bangun dan mengusap matanya.
"Tuan muda, ayok kita makan malam dulu," pintak supirnya yang telah memakirkan mobil di depan restoran.
"Lanjut aja Pak, jangan buang-buang waktu. Rey tidak sabaran jumpa dengan Riana," pintak Rey yang masih dalam keadaan baring.
"Tuan muda kita mesti makan dulu. jangan sampai tuan muda sakit," ucap supirnya.
"Baiklah Pak," Rey pun turun dari mobil dan menuju restoran.
Supir yang melihat Rey sebenarnya merasa iba. Supir pribadi Rey sebenarnya sudah mengangap Rey seperti anaknya sendiri.
Saat mereka berdua makan. Mereka mengobrol sambil bercanda. Sehingga membuat Rey bisa sedikit tersenyum. Supir Rey tau apa yang bisa membuat Rey tertawa.
Setelah mereka selesai makan. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Rey yang awal yang semula duduk di belakang. Sekarang duduk di depan. Rey merasa nyaman jika bersama supirnya itu. Dalam perjalanan Rey bercanda dengan supir dan begitu juga dengan supirnya bercanda balik ke Rey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Kartika laura
sedih gue jadinya
2020-12-06
1
Epron Putra
next
2020-06-04
0
Fatiha Syamil
jadi kebawa sedih .... ayo lanjutkan ceritanya
2020-05-29
0