Cinta Kedua Suamiku

Cinta Kedua Suamiku

Episode 1

Ibu baru saja meninggalkan rumah. Aku masih bisa memandang punggungnya masuk kedalam mobil yang menanti di halaman. Masih terngiang di telingaku apa yang ibu sampaikan tadi.

"Kamu sama Nehan sudah menikah selama 8 tahun Rum, itu bukan waktu yang sebentar."

"Mana usahamu untuk bisa punya momongan?"

"Bapak sama ibu sudah tua, pastinya kami ingin ada penerus keluarga."

" Siapa yang akan meneruskan semua usaha bapak dan suamimu kalau kalian tidak memiliki keturunan."

Aku mendengarkan tanpa bersuara, karena aku faham benar ketika aku menjawab, aku hanya akan menjadi seorang menantu yang kurang ajar.

"Kamu jangan diam saja, jawab pertanyaan ibu!"

"Setahuku selama ini aku tidak memiliki menantu bisu."

Aku berusaha tersenyum, "kami sudah berusaha mengikuti program hamil Bu."

"Kalau perlu ikut bayi tabung Rum."

"Kalau program hamil yang biasa belum tentu jadi," wajah ibu mulai menunjukkan rasa kesal.

"Tapi Mas Nehan ingin yang alami Bu."

"Ah, kamu, bawa-bawa nama suami, kalau kamu yang minta, Nehan pasti mau mengikuti maumu."

"Kamu nya saja yang kurang mau berusaha."

"Tapi, Bu..."

"Sudah, kamu kalau diberi kesempatan untuk menjawab jadi kurang ajar!"

Aku menarik nafas, cangkir teh yang aku pegang terasa makin panas. Harusnya sekarang sudah dingin, tapi ini lebih panas dari sebelumnya.

Ibu mengambil tasnya yang tergantung di kursi, merapikan kebayanya dan mengatakan sesuatu sebelum melangkah pergi.

"Aku akan menemui Nehan, kamu siapkan dirimu, apapun nanti yang aku putuskan, kamu hanya perlu menurut."

Aku mengangguk sambil tersenyum dan meraih tangan ibu untuk kucium.

"Sedang memikirkan kalimat ndoro sepuh, ndoro putri?" suara mbok Nah membuyarkan lamunanku. Mbok Nah adalah seorang abdi yang sudah mengikuti keluarga suamiku bertahun-tahun, bahkan Mbok Nah lah yang merawat suamiku waktu kecil.

"Sedikit Mbok," kalimat ibu yang terakhir tadi membuat hatiku khawatir.

"Ndoro sepuh memang seperti itu, jangan dipikirkan," Mbok Nah membersihkan dua cangkir teh yang ada diatas meja.

"Tehnya masih panas ya mbok?"

"Ah, tidak kok ndoro putri, tehnya sudah dingin," tapi kenapa tadi waktu aku bicara dengan ibu teh itu tidak mau dingin. Kalau dia dingin, paling tidak dia akan bisa mendinginkan hatiku.

"Ya sudah mbok, tolong bersihkan ya."

"Baik, ndoro putri."

Aku membawa kakiku menuju kebun mawar di halaman belakang. Aku sangat suka mawar, indah karena memiliki banyak warna, tapi memang harus hati-hati karena mawar adalah jenis bunga yang memiliki duri.

Mbok Nah mengikutiku ke kebun belakang setelah selesai membersihkan meja ruang tengah tempat aku dan ibu tadi berbincang.

"Sudah selesai mbok membersihkan mejanya?"

"Kalau sudah, tolong ambilkan saya gunting yang ada di meja di sana itu," ditengah kebun ada sebuah meja dan dua buah bangku dengan posisi berhadapan yang biasanya digunakan untuk istirahat setelah lelah merawat kebun.

"Ini ndoro putri," sebuah gunting diulurkan kepadaku.

"Apa tidak sebaiknya si Jono saja yang melanjutkan, jangan terlalu capek ndoro putri," Mbok Nah memang seorang abdi yang selalu perhatian padaku. Dia bilang kalau dia sangat menyayangi Mas Han, karena Mas Han sangat mencintaiku, jadi Mbok Nah juga sangat menyayangiku.

"Tidak mbok, kali ini saya ingin melakukannya sendiri."

"Sambil mencari keringat."

Cara ini adalah satu-satunya cara yang aku tahu untuk mengurangi beban hatiku. Ibu yang selalu mendesak ku, sedangkan Mas Han selalu menolak permintaanku dengan alasan tidak tega melihatku menanggung sakit. Entah siapa yang bilang kalau program bayi tabung itu menyakitkan, aku sendiri tidak tahu.

Padahal kami sudah melakukan semua cara, termasuk juga mencari pengobatan alternatif yang katanya manjur dan bisa membuat seseorang dengan mudahnya hamil. Tapi entah mengapa itu tidak berguna bagi kami berdua.

Karena kegalauan hatiku, aku putuskan untuk mendatangi kantor Mas Han, satu hal yang selama ini belum pernah aku lakukan.

Aku meninggalkan kebun bunga menuju kamar, setelah menutup pintu, aku lepaskan pakaianku sambil berjalan menuju kamar mandi. Tubuh polosku memantul indah pada sebuah kaca besar di kamar mandi.

Ah, tubuhku masih tetap sama seperti dulu, tidak ada yang berubah. Setiap kali kami bercinta, Mas Han selalu membisikkan kata, "kamu selalu cantik Rum, tubuhmu sama sekali tak berubah, tetap sama seperti dulu."

Aku tersenyum, tapi sebentar kemudian senyumku menghilang. Kenapa tubuhku tetap sama? Aku ingin seperti wanita yang lain setelah menikah. Aku ingin ada selulit di perutku, aku ingin tubuhku menjadi lebih gemuk, atau ukuran cup behaku berubah menjadi lebih besar, karena itu menandakan kalau aku pernah hamil.

Dalam hati aku berteriak, wahai para wanita jangan keluhkan tubuhmu yang banyak berubah, karena aku iri pada kalian. Lihatlah tubuhku yang tetap langsing dan mulus, aku benci itu, karena aku menginginkan tawa bayi atau celoteh balita dalam rumahku.

Ada setitik air mata mengalir di sudut-sudut mataku. Tapi kemudian aku menarik diriku kembali ke dunia nyata, aku harus kuat, air mataku hanya boleh mengalir untuk sesuatu yang penting.

Aku berdiri di bawah shower, membiarkan air mengalir menghapus air mata yang tadi sempat tumpah. Setelah mandi badanku menjadi segar dan hatiku lebih tenang. Mbok Nah berdiri menungguku di depan kamar mandi.

"Mau pakai baju apa ndoro putri?"

Mataku melirik sekilas ke arah ruang ganti yang terbuka. Ada banyak baju, aksesoris dan sepatu berjajar rapi.

"Pilihkan saya pakaian apa saja dengan warna hitam putih mbok."

"Saya ingin tampil dengan kesan rapi dan tidak terlalu mencolok."

"Karena hari ini pertama kali saya mendatangi kantor Mas Han."

Mbok Nah tersenyum, dia masuk dan memilihkan ku pakaian yang sesuai lengkap dengan aksesoris dan sepatu.

"Monggo Ndoro Putri, semua sudah saya siapkan."

"Terimakasih mbok," aku melihat pilihan pakaian dari Mbok Nah tidak terlalu buruk.

"Seleramu bagus juga mbok," godaku.

"Wo alah, ndoro putri ini bercanda, saya hanya suka melirik teman-temannya ndoro sepuh yang kadang suka diajak kemari."

"Oh, iya benar," jawabku sambil tertawa.

"Seharusnya ndoro putri memilih sendiri pakaian yang mau dipakai."

"Tidak, ini saja, sudah sesuai kok, untuk saya pakai ke kantor Mas Han."

"Sekarang Mbok Nah keluar, beri tahu Pak Dul untuk menyiapkan mobil, ya," pintaku kepada perempuan sepuh yang setia itu.

"Baik ndoro putri."

Aku memakai baju yang disediakan mbok Nah lengkap dengan aksesorisnya. Sebuah tas tangan sedang dan sebuah sepatu tanpa hak warna silver juga sudah siap. Rambutku aku Gelung rendah. Semoga dandananku ini sesuai dan tidak memalukan.

Pak Dul menunggu di sisi pintu mobil yang sudah terbuka ketika aku keluar. Dia adalah sopir serba bisa yang disediakan Mas Han khusus untuk mengantarku kemana-mana, padahal dia sendiri tidak mau menggunakan jasa sopir.

"Sudah siap ndoro putri?" tanya Pak Dul sopan sekali.

"Iya, mari pak, kita ke kantor bapak ya."

"Siap ndoro putri, serahkan semuanya pada saya," ucap Pak Dul menutup pintu setelah aku duduk di bangku belakang.

"Biasanya sedikit macet ndoro putri," ucap Pak Dul ketika mobil mulai melaju perlahan.

"Iya, saya tahu."

"Kita santai saja, pak. Tidak perlu terburu-buru," aku tak ingin perjalanan siang ini tergesa, biarkan aku menikmati pemandangan jalanan kota di siang hari, pemandangan yang sudah lama tidak kulihat.

Selama perjalanan, Pak Dul banyak bercerita, sesekali dia melihat kaca spion untuk melihatku yang duduk di belakang. Bagaimana suasana kantor, nanti siapa yang harus kutanya. Aku tersenyum dan mengiyakan semua yang disampaikan lelaki tengah baya itu, meskipun aku faham betul bagaimana harus bersikap nanti di kantor suamiku.

Ternyata kantor suamiku banyak berubah, sekarang gedungnya lebih megah dan modern. Dulu waktu kami awal menikah aku pernah datang beberapa kali, tapi setelah itu aku lebih senang diam di rumah sambil mengurus mawar-mawarku. Untuk menghadiri agenda kantor pun tidak selalu aku sanggupi, aku akan hadir pada acara yang sangat penting saja.

Aku langsung menuju resepsionis dan menanyakan dimana kantor Mas Han, suamiku. Dari situ aku tahu kalau Mas Han sekarang menempati lantai 13. Aku sampaikan kalau aku adalah istrinya dan ingin memberi kejutan, jadi petugas resepsionis aku minta untuk tidak menghubungi Mas Han.

Sampai di lantai yang aku tuju, ternyata hanya ada satu ruangan saja. Di pintunya juga tertulis angka 13, apa-apaan suamiku ini, sikapnya yang memilih lantai tiga belas menjadi lantai tertinggi dan angka 13 yang menempel di pintu membuat kepalaku mengembang dan telingaku menjadi panas, tahu kenapa? karena tiga belas adalah tanggal kelahiran ku.

Aku memacu langkahku lebih cepat, tidak sabar untuk memberinya sebuah kejutan. Ketika aku akan mengetuk pintu, tanganku kutarik kembali karena mendengar suara ibu dan Mas Han sedang berdebat di dalam.

"Kami sudah melakukan semuanya Bu."

"Mulai medis sampai alternatif, bahkan Nehan mendatangi orang pintar yang katanya bisa memudahkan seseorang punya keturunan."

"Kita hanya harus menunggu Bu, sabar."

"Dokter bilang kami sehat kok, tidak ada yang salah dengan kami berdua."

"Ibu tidak mau tahu Han."

"Kamu harus segera punya anak, kalau tidak, ibu akan mencari cara lain agar kamu punya anak."

"Cara apa lagi yang ibu maksud?" aku dengar suara Mas Han bernada ingin membantah ibunya.

"Aku akan Carikan kamu perempuan yang bisa mengandung anakmu."

Tubuhku kaku, kakiku gemetar, tanganku bahkan tidak bisa ku gerakkan. Aku diam mematung, tanpa tahu harus bagaimana. Otakku rasanya mati. Tuhan...apa yang harus aku lakukan sekarang? teriakku dalam hati.

...***...

Terpopuler

Comments

Andhini Putri Arinta

Andhini Putri Arinta

q hanya bisa menahan napas

2022-02-06

1

Uthie

Uthie

Baru mampir 👍❤️

2022-01-22

1

Sulati Cus

Sulati Cus

ibu mertua jgn terlalu mencampuri urusan rt anak sm menantu g baik loh bumer

2022-01-11

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Bukan Bab baru (Pengumuman)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Bukan Bab baru (Pengumuman)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!