Episode 8

"Sini kamu, dilihat...kalau ada hidangan yang habis, di depan, kamu bilang ke orang dapur biar ditambah."

"Jangan hanya diam, orang suami nikah kok, santai ngobrol."

"Injih Bu," jawabku tanpa membantah.

Aku segera ke depan melihat apakah ada hidangan yang habis atau kurang. Sambil berkeliling, sekali-sekali menyapa tamu yang semuanya masih kerabat Mas Han.

"Yang kuat ya Rum," setiap kali mendengar kalimat itu, aku akan mengangguk. Meskipun sebenarnya kalimat itu malah membuat aku merasa terpuruk, dan aku tak suka dikasihani.

Suami dan maduku menyapa satu persatu tamu yang ada. Ketika melihatku dalam ruangan, Mas Han menunjukkan ekspresi bahagia.

Beberapa kali aku melihat dia berusaha melepaskan tangannya dari pelukan tangan Sekar tapi gagal. Aku jadi ingin tertawa melihat wajahnya yang berubah kesal.

Karena lelah, aku duduk di salah satu kursi tamu sambil beristirahat. Ternyata tidak mudah menjadi petugas katering, padahal kelihatannya tugasnya ringan hanya mengecek dan mengisi ulang makanan.

Satu per satu para tamu mulai mengundurkan diri, tinggal keluarga inti. Aku pikir ibu akan tetap memintaku untuk membantu urusan dapur, tapi ternyata aku salah. Ibu berbaik hati memintaku untuk istirahat.

Aku masuk kamar yang biasanya aku dan Mas Han tempati ketika menginap. Mandi, mengganti baju terus rebahan pasti akan membuat badanku kembali segar.

"Rum," baru akan masuk kamar mandi, tanpa mengetuk pintu, ibu sudah ada dalam kamar.

"Ibu, saya mau mandi dulu."

"Kamu jangan berharap Nehan akan masuk kamar ini."

Hatiku serasa jatuh, sehari ini entah berapa kali hatiku jatuh.

"Terus, ibu minta kamu segera pulang, tidak perlu pamit sama Nehan. Biar Nehan nginap disini beberapa hari."

Aku yang akan masuk ke kamar mandi jadi mematung di depan pintu, "ah...iya Bu."

"Ya sudah, ganti baju wae, ora usah adus, langsung mulih."

(Ya sudah, ganti baju saja, tidak perlu mandi, langsung pulang).

Hah...ibu?

Inginnya membantah, tapi yang keluar dari bibirku adalah, "Injih ibu."

Aku mengurungkan rencanaku, aku tidak menemukan dimana keberadaan Mas Han. Aku ambil tas kecil berisi dompet dan identitas diri, ganti baju pun tidak kulakukan. Pikiranku hanya satu, segera pulang sebelum ketahuan Mas Han.

Sampai di depan rumah, ternyata Pak Dul sudah siap di sisi mobil dengan pintu terbuka. Semuanya tertata rapi. Segera setelah aku masuk mobil, Pak Dul memacu mobil menuju rumah.

Aku tidak perlu berakting lagi. Dalam mobil aku menangis sepuasnya. Aku membuang semua rasa malu. Lagi pula Pak Dul dan Mbok Nah adalah dua orang yang selalu bersikap seperti ayah dan ibuku sendiri.

Pak Dul mengangsurkan sapu tangan untukku, "terimakasih pak, maafkan saya,"

Aku sesenggukan di bangku belakang. Sampai beberapa menit kemudian aku mulai bisa mengendalikan tangisku.

"Ndoro putri harus kuat," suara Pak Dul berusaha menghiburku.

Aku tak mampu menjawab, aku hanya mengangguk sedangkan Pak Dul melihatku dari kaca spion.

"Ndoro putri bebas nangis sampai lega. Jangan ditahan."

Lagi-lagi aku hanya mengangguk.

"Pak Dul, nanti kita pulang sebentar, saya akan mengambil beberapa baju, kemudian kita berangkat lagi."

"Baik Ndoro Putri."

"Pak Dul nanti langsung istirahat dulu, kita akan melakukan perjalanan agak jauh, Pak."

"Sejauh apa Ndoro Putri, apakah kita akan luar kota?"

"Saya ingin pulang ke rumah ibu, Pak."

"Saya bisa melakukan perjalanan selama 4 jam kedepan Ndoro Putri, jadi kita langsung berangkat saja."

"Saya mau meminta sesuatu dari bapak, boleh?" tanyaku hati-hati, tak ada satu orang pun yang boleh tahu aku akan berada dimana.

"Sampaikan saja Ndoro Putri," mobil memasuki gerbang rumah, nanti saja aku minta ketika dalam perjalanan ke rumah ibu, rumah dimana aku dibesarkan. Aku harap mendapat ketenangan disana.

"Nanti saja pak," aku turun, melangkah cepat masuk kamar.

Membuka almari, mengeluarkan tas agak besar, mengambil beberapa baju harian yang nyaman untuk aku jadikan ganti selama disana. Kebutuhan harian bisa kupenuhi nanti. membawa beberapa jenis pelembab untuk wajah dan kulit, sudah.

Setelah menyiapkan apa yang perlu kubawa, aku baru masuk kamar mandi. Mandi cepat saja kemudian ganti dengan baju yang nyaman.

Kusahut tas yang tadi kusiapkan, setengah berlari aku menuju mobil yang menunggu di depan. Tanpa banyak tanya Pak Dul melajukan mobilnya.

Mobil melaju perlahan. aku menghadap belakang memandang rumah yang selama ini kutempati bersama Mas Han mengecil, menjauh akhirnya hilang dari pandangan.

Baru kemudian aku menghadap depan, menata hati dan mental ketika nanti aku bertemu lagi dengan mas Han.

"Pak Dul..."

"Iya Ndoro Putri, ada yang bisa saya bantu?"

"Pak Dul, saya punya permintaan," laki-laki setengah baya itu diam, tapi aku tahu dia mendengarku dengan baik.

"Jangan bilang pada siapapun kemana kita pergi hari ini."

"Nanti, tolong sampaikan ke mbok Nah, kalau dia tak perlu khawatir, saya akan baik-baik saja."

"Baik Ndoro Putri."

"Bagaimana kalau Ndoro Kakung yang bertanya?"

"Jangan menjawab apapun kalau Mas Han bertanya, dia tahu kemana dia harus menghubungi saya."

"Baik Ndoro Putri."

Sekarang baru hatiku sedikit tenang. Aku tidak tahu apa rencana ibu untuk Mas Han dan Sekar. Tadi waktu ibu bilang aku tak perlu menunggu mas Han pulang, pasti ibu memiliki rencana buat mereka berdua.

Baru beberapa menit perjalanan, mataku mulai terasa mengantuk. Kombinasi goyangan perjalanan dan hembusan angin dari jendela mobil yang terbuka seperti sebuah buaian sebelum tidur. Aku ingin angin membawa himpitan dalam hatiku pergi.

Aku sudah merindukanmu mas. Seperti senja yang selalu menanti mentari untuk pulang. Atau seperti malam yang menunggu rembulan menghadiahkan cahayanya meskipun cahaya itu bukanlah miliknya sendiri, aku ingin kamu ada disini.

Aku membuka mata ketika kurasakan mobil tak lagi bergerak. Rumahku ada di depan mata, tempat ibu yang melahirkan ku menungguku untuk pulang.

"Silahkan turun Ndoro Putri, kita sudah sampai."

"Iya, saya tahu pak," aku tersenyum. Berdiri disini, di depan rumah tempat aku dibesarkan, tempat aku menghabiskan hampir seluruh hidupku bersama ibuku.

Dari arah pintu pagar kayu yang hanya setinggi pinggang, aku bisa melihat ibu yang sedang menjahit. Aku melihat jam tangan, hampir menunjukkan pukul delapan malam, mengapa ibu masih menjahit jam segini.

"Pak Dul pulang besok pagi-pagi saja ya," kasihan kalau pulang sekarang, hari sudah menjelang malam. Penglihatan lelaki setengah baya seperti Pak Dul pasti tidak seakurat dulu.

"Baik Ndoro."

Pak Dul mengeluarkan tasku yang ada dalam bagasi mobil. Tas yang isinya tak seberapa, hanya beberapa helai baju saja.

"Silahkan Ndoro Putri."

Aku berjalan lebih dulu kemudian membiarkan Pak Dul menutup pintu pagar. Ketika terdengar bunyi berderit dari engsel yang bergerak, ibu segera melihat kearah asal suara dimana kami berjalan.

Kacamata yang sebelumnya dipakai dengan benar, sekarang diturunkan agak menggantung ke bawah karena kacamata itu adalah kacamata baca.

"Rumi..." teriakan ibu membuat air mataku hampir jatuh lagi.

"Ibu," aku berlari bersimpuh di bawah kaki ibu yang duduk di kursi jahit.

"Hai...kamu kenapa?" aku tak mau mengangkat kepala, tidak, sampai air mata yang hampir jatuh bisa kembali kukendalikan.

Ibu terus berusaha mengangkat kepalaku yang rebah di pangkuannya. Ketika aku membiarkan ibu berhasil mengangkat kepalaku, senyum lebar sudah hadir menghias wajahku.

"Aku kira kamu kenapa?!" seru ibu sambil memukul bahuku, "ibu sudah mikir yang tidak-tidak tadi."

Aku melihat Pak Dul yang berdiri di belakangku, memberi sebuah kedipan mata, "tolong tasnya masukkan dan diletakkan di kamar ya pak, terimakasih," ucapku.

"Pak Dul mau tidur sini juga Rum?" bisik ibu padaku.

"Iya, biar besok saja pulangnya."

Ibu meletakkan kacamatanya diatas mesin jahit, menuntunku menuju meja tamu yang terbuat dari kayu.

"Kamu datang kok ndak ngabari toh," tanya ibu.

"Mau bikin surprise buat ibu."

"Halah surprise, ngabari saja loh ibu pasti tetap akan terkejut, soalnya kamu susah pulang kesini."

"Jangan bicara seperti itu, Bu," aku memeluk ibu dan menciumi pipinya, "aku juga kangen tahu Bu, makanya sekarang pulang."

"Iya, tapi nggak biasanya si Han mau melepasmu pergi sendiri begini."

"Dia lagi sibuk," aku berdiri berusaha menghindari tatapan ibu.

"Mbakyu, saya boleh ikut mandi toh?" tiba-tiba Pak Dul berdiri di depan pintu kamar yang letaknya dibelakang ruang tamu.

"Boleh, Monggo. Kalau mau istirahat bisa tidur di kamar yang belakang sendiri pak."

"Aku mau ganti dulu ya Bu," aku berjalan ke kamar, ternyata ibu masih mengekor di belakangku, "ngapain ibu ngikutin terus?" tanyaku sambil tertawa.

"Kangen, berapa hari kamu mau tinggal disini? kok bawaanmu banyak?"

"Hanya beberapa hari, Bu."

"Hanya beberapa hari, Rum? Beberapa hari?" ulang ibu lagi, "Rum, kamu sama Han baik-baik saja kan?"

Aku memandang ibu dalam diam, apa yang harus kukatakan Bu?

...***...

Rum...

Seorang ibu itu pasti peka jika berhubungan dengan anaknya.

Belum tentu rencana kebohonganmu nanti sukses mengelabuhi ibu.

Terimakasih buat kalian yang sudi untuk membaca ya, ini tulisan dari author yang baru brojol.

I lope U all

Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan YME ya... aamiin

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

lanjut baca 💪💪💪

2022-01-22

1

💕Damian&Ainsley 💕

💕Damian&Ainsley 💕

next.. semangat ka thoorr ❤️

2021-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Bukan Bab baru (Pengumuman)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Bukan Bab baru (Pengumuman)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!