Episode 9

Ibu terus saja mengekor di belakangku. Aku yang mondar-mandir antara almari dan kasur tempat tasku tergeletak, ibu juga ikut melakukan hal yang sama. Lama-lama aku jadi ingin tertawa.

"Hehe...ibu kenapa mbuntut terus dibelakangku, sih?" aku hampir tergelak melihat tingkah ibu yang lucu.

"Aku curiga Rum, pasti ada yang tidak beres antara kamu sama Han. Iya kan? Rum...jawab ibu."

"Hahaha...," aku mengambil tangan ibu dan mengajaknya duduk di pinggir tempat tidur.

Kupegang erat tangan ibuku, aku pandang ibuku hangat. Ada rasa bersalah terselip, begitu jarang aku pulang untuk menjenguk ibu yang hidup sendiri disini.

"Bu...Rumi dan Mas Han baik-baik saja. Tidak ada masalah diantara kami."

"Apa Han menyakitimu?"

Ah...ibu, betapa ingin aku memiliki anak dan menjadi seorang ibu sepertimu.

"Rumi bahagia Bu, Mas Han memperlakukan Rumi dengan baik, percaya sama Rumi ya...kami baik-baik saja."

"Kamu tidak bohong kan?"

Aku menggeleng, ibu aku peluk erat, " Rumi tidak bohong Bu, Rumi baik-baik saja."

"Kamu harus bahagia Rum. Kamu terlalu lama susah, maafkan ibu yang tidak bisa membahagiakanmu."

"Ibu jangan bilang seperti itu, saat-saat yang paling membuat Rumi bahagia adalah waktu bersama ibu dan waktu menikah dengan Mas Han."

"Maaf mbak yu, mengganggu," suara Pak Dul tiba-tiba terdengar, kami jadi teralihkan dan melihat Pak Dul yang sedang berdiri di pintu, "boleh saya pinjam baju, saya tidak membawa baju ganti, hehehe..."

"Pak Dul paling bisa merusak suasana haru," sahutku hampir tergelak, suasana yang tadi membuat terhanyut berubah seratus delapan puluh derajat karena ulah Pak Dul.

"Boleh...boleh, kebetulan baju-baju ayahnya Rumi masih ada, sepertinya juga ukurannya hampir sama."

"Wah, mbakyu masih ingat ukuran badannya suami ya."

Ibu yang berjalan di depan Pak Dul berhenti, memutar badan kemudian berkacak pinggang, "ya tentulah saya ingat, dia itu laki-laki satu-satunya dalam hidup saya," kemudian dengan santai berlalu masuk kamar.

Aku tertawa geli, ada-ada saja ibu, aku pikir tersinggung karena perkataan Pak Dul. Aku yakin Pak Dul tadi sudah menahan napas karena takut kena damprat.

Sambil menoleh padaku, Pak Dul berkata, "saya sampai kaget ndoro Putri, saya pikir ibunya tadi mau marah," aku menggeleng dan tertawa melihat Pak Dul mengelus dadanya berkali-kali.

"Nah ini," ibu keluar dari kamarnya sambil membawa sepasang baju milik ayah, atasan dan sarung.

"Maaf mbak yu, kalau ini bisa saya terima," Pak Dul mengambil Hem yang dibawa ibu, "kalau sarungnya, saya sungkan mau pakai, khawatir nanti ada orang salah mengira."

"Halah siapa yang tahu, sudah pakai saja," ibu meletakkan sarung diatas Hem yang sudah berada di tangan Pak Dul.

"Pakai saja, Pak. Asal jangan dibuat jalan-jalan," ucapku.

"Iya Ndoro Putri, saya akan langsung masuk kamar dan istirahat."

"Ngomong-ngomong, ini sudah berapa tahun tidak dicuci ya mbak yu?" lah Pak Dul cari perkara, tapi dari mimik wajahnya aku yakin tujuannya adalah menggoda ibu dan memancingnya untuk marah.

Ibu yang tadi akan berjalan menuju dapur mengurungkan niatnya, dengan cepat mengambil baju yang ada diatas tangan Pak Dul dan akan membawanya lagi.

"Ya sudah, ndak usah ganti, repot amat," menggerutu sambil menekuk muka.

"Maaf mbak yu hanya bercanda," Pak Dul bergegas mengambil baju yang ada di tangan ibu dan berlari masuk kamar.

"Rum, kamu tunggu di kamar, biar istirahat kalian enak, ibu mau membuat sesuatu."

"Iya, ibu jangan capek-capek."

"Ndak lah, capek apa."

Aku masuk kamar, membongkar tas dan melanjutkan menatanya dalam almari. Baju-baju lamaku masih ada, tidak ada satu pun yang berubah. Ukuran badanku juga masih sama, jadi aku tidak menyesal membawa sedikit baju. Mau berapa lama pun aku menginap tidak menjadi masalah.

Setelah semua rapi, aku baru melihat ponsel. Ternyata baterainya mati, entah sudah berapa lama. Aku ingat sejak semalam aku lupa tidak mengisi baterai ponselku. Aku pasang charger tanpa menghidupkannya. Untuk malam ini aku akan membiarkan ponselku mati, aku tidak mau diganggu.

Ibu ternyata merawat kamarku dengan baik, setelah semua barang yang aku bawa sudah ditempatnya aku bisa langsung merebahkan tubuhku.

"Jangan tidur dulu, ibu masih kangen," cepet banget ibu sudah ada disini lagi sambil membawa teh dan kudapan yang diletakkan diatas piring.

"Ini dimakan, tehnya hangat, kita ghibah dulu, ayo," ibu menepuk pantatku keras.

"Ibu, Rumi capek pengen tidur," mataku yang Watt nya hampir habis jadi terbuka lagi.

"Geser," ibu menyorongkan tubuhnya dan ikut tidur di sisiku.

"Katanya disuruh minum teh hangat, sayang juga itu lumpia dibiarkan diatas piring," aku yang hampir duduk jadi sulit buat bangun.

"Katanya ngantuk?"

"Nggak jadi, habis ibu pukul pantat aku keras banget."

Aku turun, duduk di depan meja rias dan menyeruput teh hangat buatan ibu, rasanya luar biasa, "aku disini seminggu bisa kena diabet Bu."

"Ndak akan, ibu membuatnya dengan kasih sayang, ndak bakal jadi penyakit."

"Bagaimana kehidupanmu di rumah suamimu, apa kamu bahagia, apa Han menuruti semua maumu, apa tata rumah kamu yang mengatur?"

Tidak ibu, aku hanya menempati, semua pengaturan disamakan dengan rumah orang tua Mas Han. Aku tidak diperbolehkan mengubah apapun di rumah itu.

"Iya Bu, semua Rumi yang atur," tapi aku tidak akan menceritakannya pada ibu. Aku ingin ibu menganggap aku adalah ratu di rumahku.

"Walah, ndah niyo senenge ayahmu Rum, nek kowe seneng, ibu melu seneng, ayahmu mestine yo melu seneng neng kono."

(Walah, senengnya kalau ayahmu tahu Rum, kalau kamu senang, ibu ikut senang, ayahmu pastinya juga ikut senang disana)

"Jangan begitu Bu, Rumi nggak mau cerita kalau ibu terus melow karena ingat ayah. Ayah sudah senang di surga," melihat mata ibu yang berkaca-kaca membuat hatiku teriris.

"Kalau mertuamu baik ndak Rum?"

Aku menikmati lumpia buatan ibu, "kapan ibu membuat lumpia ini?"

"Tadi pagi, tadi sudah ibu goreng sebagian, sisanya ibu simpan di kulkas, digoreng kalau sedang ingin seperti sekarang ini," aku memang membelikan kulkas satu pintu untuk ibu sebelum menikah, aku tidak mau ibu susah sering ke pasar untuk membeli bahan makanan karena jarak pasar yang cukup jauh.

"Kamu belum menjawab pertanyaan ibu, Rum."

Mertuaku...bapak adalah ayah yang baik Bu, Rumi manyayangi bapak seperti Rumi sayang sama ayah. Kalau ibu, biarkan aku saja yang tahu bagaimana perlakuan ibu mertuaku padaku.

"Hmmm...bapak sama ibu baik, memperlakukan Rumi sebagaimana seharusnya seorang mertua memperlakukan anak menantunya."

Aku melirik ibu yang mimiknya sedikit berubah, "ibu jangan berpikir macam-macam ah, Rumi bahagia ibu, percaya pada Rumi."

"Kamu mau kemana lagi Rum?"

"Gosok gigi lah, gegara ibu bawa lumpia, Rumi jadi harus mengulang gosok gigi lagi," lebih baik menghindar, setelah gosok gigi langsung tidur Rum, lihatlah, ibu mulai curiga dengan semua jawabanmu.

"Ibu tidur saja dulu," teriakku sambil berlalu ke kamar mandi.

Ketika selesai menggosok gigi, aku berharap ibu sudah tidur, tapi ternyata mata ibu masih lebar, lebih lebar dari mataku malah.

"Sana naik, sudah lama kamu Ndak dikeloni ibu."

Aku bergegas naik, tidur di sisi dinding, kemudian ibu menyusul merebahkan diri dan memelukku dari belakang, "tidurlah Rum, ada ibu disini, ibu tahu kamu bahagia, tapi rasakan kebahagiaan yang berbeda selama disini ya, nak."

Aku memutar tubuh dan menghadap ibu, meringkuk dalam pelukannya. Berusaha menahan air mataku agar tidak membasahi dada ibuku. Menikmati gosokan punggung yang lama sekali tak lagi kurasakan. Rasanya aku ingin kembali menjadi gadis kecilmu seperti dulu Bu.

...***...

Hai kalian, pulanglah jika lelah dan masalah menderamu, pulanglah saat bahagia memenuhi hatimu.

Mungkin kalian memang telah menjadi dewasa.

Tapi pelukan hangat ibu tak mengukur kedewasaan atau besarnya tubuhmu.

Ibu akan selalu membuka lebar pelukannya setiap kali kalian datang.

Bersedia menerima dan berbagi beban sebesar apapun yang kau tanggung, meskipun hanya sebagai pendengar, atau penampung cerita duka lara dan bahagia.

Semoga kalian ingat untuk selalu mengunjungi orang tua kalian ya...

Terimakasih sudah bersedia mampir dan membaca novel ini.

Tinggalkan jejak dengan memberi like dan komen, sebagai bentuk apresiasi kalian pada author amatir ini 🥰

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

kebahagiaan orang sederhana hanyalah 'kasih sayang' diantara anggota keluarga.... ❤️

2022-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Bukan Bab baru (Pengumuman)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Bukan Bab baru (Pengumuman)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!